Lupakan jika terasa menyakitkan, kemudian kembalilah dengan senyuman
***
Saat pertama membuka mata, hanya ruangan sepi dan begitu luas yang terasa asing. Sampai seseorang membuka sebuah pintu yang mungkin itu adalah kamar mandi berlari ke arahnya dengan antusias. Ah, ia tau siapa itu, itu Aldi kakaknya hanya itu yang bisa ia ingat.
Nata rasa pelukan Aldi begitu hangat, ada kerinduan yang ia rasakan. Ia tersenyum, walaupun bingung juga sedang dalam situasi seperti apa.
"Lo inget gw?" kalimat pertama yang Aldi tanyakan pada Nata.
Nata mengangguk, dengan senyum khusus untuk kakaknya. Ia ingin mengeluarkan suaranya tapi rasanya begitu sulit, bergerak pun terasa begitu kaku.
"Nggak apa-apa, nanti gw temenin terapi. Badannya kaku ya? Gw pijitin deh" tawar Aldi
Nata mengerjabkan matanya, seakan mengiyakan pertanyaan Aldi. Aldi tersenyum kemudian memeluknya kembali, Nata ingin membalas pelukan Aldi, namun apa daya tidak semudah itu bestiee. Menggerakkan tangannya saja rasanya ia tidak memiliki cukup tenaga.
Aldi mengurai pelukannya, membuat Nata mengerutkan keningnya. Padahal pelukan Aldi begitu hangat ia masih ingin berada dalam dekapan Aldi sedikit lebih lama. Seperti sudah lama tidak bertemu dengan Aldi.
"Bentar dulu ya, gw panggil dokter dulu" pamit Aldi yang entah mengapa tidak menekan tombol bantuan saja, malah repot-repot keluar memanggil langsung.
Tak lama Aldi kembali bersama seorang dokter yang tidak dikenalnya. Juga ada suster mengikuti dibelakang yang memberikan senyuman ramah.
"Hai jagoan, ada keluhan?" tanya dokter Dion sembari memeriksa Nata.
Nata menggelengkan kepalanya pelan. Keadaannya cukup baik kecuali badannya yang kaku dan suaranya yang tak mau keluar.
"Bisa mengenali saya?" tanya dokter Dion, dan Nata menggeleng.
Aldi terkejut tentunya, tadi anak itu mengenalinya. Apa Nata sedang bercanda?
"Kalau dia?" tanya dokter Dion lagi menunjuk Aldi. Nata menatap Aldi tanpa ekspresi, membuat Aldi harap-harap cemas. Tapi anggukan Nata membuat Aldi serta dokter Dion sedikit menghela napas.
"Al nanti kalau Adi kesini tolong kasih tau untuk ke ruang om ya?" titah dokter Dion diangguki Aldi.
"Pelan-pelan ya ingatnya, jangan dipaksa oke?" Pesan dokter Dion mengelus kepala Nata sebelum meninggalkan ruangan itu.
Sepeninggalnya dokter Dion, Aldi mendekat ke arah Nata. Mendudukkan dirinya di brankar anak itu yang kini sudah posisi bersandar.
"Mau minum?" tawar Aldi, Nata mengangguk.
Aldi membantu Nata minum dengan pipet. Setelahnya menaruh kembali botol di atas meja.
"Gw nggak tau mau ngomong apa, tapi makasih mau bertahan" lirih Aldi menatap Nata.
Nata tidak bisa membalas perkataan Aldi, ia mengangkat tangannya sedikit ingin dipeluk Aldi. Beruntung Aldi memahami maksud Nata, ia langsung membawa Nata dalam dekapannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Beda
Roman pour Adolescents"Hidup bagaimanapun jalannya tetap harus dijalani". -Abiyana Adinata Nugraha- "Penyesalan adalah sesuatu yang pasti akan terjadi". -Abyan Aditya Nugraha-