40

2.1K 173 1
                                    

Antara hidup dan celah yang menarik untuk menghilang

***

Adi memasuki ruangan dokter Dion untuk mendengarkan penjelasan mengenai kondisi Nata.

Tampak Dion tersenyum menyambut Adi ketika ia masuk ke dalam ruangan sahabatnya itu.

"Apa yang terjadi?"

"Semalam seseorang memberikan racun pada Nata, beruntung Aldi cepat mengetahuinya. Walaupun sempat henti jantung tapi Nata berhasil diselamatkan" jelas dokter Dion

Adi menghela napas lega, setidaknya masih terdengar menenangkan.

"Dan pendarahan pada otaknya sudah semakin menyebar, hampir menutupi seluruh bagian otaknya. Pembedahan harus segera dilakukan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan" lanjut dokter Dion

"Apakah separah itu?" tanya Adi khawatir

Dokter Dion hanya mampu mengangguk untuk menjawab pertanyaan sang sahabat. Ia bisa merasakan apa yang Adi rasakan.

"Setelah pembedahan, Nata bisa baik-baik aja kan Yon?"

Dokter Dion menghela napas, ia ragu harus memberitahu kemungkinan apa yang bisa terjadi.

"Kemungkinan Nata bisa baik-baik saja dalam pembedahan ini sangat kecil. Melihat kondisinya sekarang, mungkin berita baiknya ia bisa selamat walaupun nantinya ia akan kembali amnesia seperti akibat kecelakaan beberapa tahun lalu, dia juga pasti akan kesulitan dalam beberapa hal. Berita buruknya, ia bisa meninggal di meja operasi" jelas dokter Dion

Adi yang mendengar penjelasan tersebut sontak menatap dokter Dion, ditatapnya mata sang sahabat. Tidak ada kebohongan disana.

"Kumohon lakukan yang terbaik untuk Nata Yon" ucap Adi

Dokter Dion mengangguk seraya berucap "tentu, akan kuupayakan yang terbaik untuk Nata, Nata sudah aku anggap seperti anakku sendiri"

***

Setelah keluar dari ruangan dokter Dion, Adi berjalan dengan berbagai pikiran. Lamunan Adi buyar saat punggungnya ditepuk dari belakang. Dihadapankannya pada orang tersebut, terlihat Byan yang wajahnya sedikit pucat.

Ditatapnya manik abu-abu cerah sang anak, dilihatnya mata itu memerah dengan lingkar hitam dibawahnya. Adi tau Byan baru saja menangis, diusapnya lembut kelapa putranya itu.

Kemudian direngkuhnya tubuh ringkih itu, diusapnya pelan punggungnya. Byan sontak membalas pelukan sang ayah dengan erat, disembunyikan wajahnya pada dada sang ayah.

Bahunya berguncang, ia tak tahan dengan semuanya. Adi tahu, Byan pasti mendengar pembicaraannya dengan dokter Dion.

***

Operasi pembedahan yang dilakukan oleh Nata masih berjalan. Semuanya tampak menunggu termasuk bi Narti yang sudah menyusul tadi. Arkan juga ikut andil dalam pembedahan sang adik.

Tiga jam sudah terlewati, dan operasi masih berlangsung. Semua menunggu dengan tenang hanya hening yang tercipta, sibuk dengan pikiran masing-masing serta doa-doa yang mereka panjatkan untuk Nata.

Tak ada yang menyadari keadaan seseorang yang sedari tadi sudah mulai merasa ada yang tak beres dalam tubuhnya. Ya, Byan sedari tadi hanya diam dan sesekali melirik kearah pintu operasi, tubuhnya sekarang rasanya sedang tidak bersahabat tapi ia tak ingin merepotkan semua orang. Jadilah ia hanya diam dan mencoba menenangkan dirinya.

Sekarang sudah pukul 21.15, artinya sudah lima jam sejak operasi dimulai. Lampu ruang operasi mati, dan pintu terbuka menampilkan dokter Dion dan Arkan serta dokter dan perawat lain keluar dari sana. Arkan dan dokter Dion mendekat, sedangkan yang lain berpamitan.

Kita BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang