23

3.1K 268 10
                                    

Aldi turun dari mobil kemudian berjalan ke arah kursi penumpang menghampiri Nata yang terlihat masih tertidur. Tanpa pikir panjang ia langsung menggendong Nata. Ia gunakan sebelah tangannya untuk memutar kenop pintu rumah didepannya.

Arkan yang hari ini tidak memiliki shift dan duduk di ruang tamu dengan sebuah buku di tangannya mengalihkan perhatiannya ke arah pintu yang terbuka. Terlihat Aldi memasuki rumah dengan Nata dengan mata terpejam di gendongannya. Arkan lantas menghampiri Aldi dengan perasaan khawatir.

"Adek kenapa Al?"

"Tidur bang, bantuin berat"

Arkan langsung mengambil alih Nata dari Aldi. Sebenarnya Nata tak seberat yang di katakan Aldi. Sebenarnya Aldi hanya ingin kembali ke mobilnya dan mengambil tas keduanya.

Arkan lantas membawa Nata ke kamar sang adik. Melewati begitu saja Byan yang bertanya dari ruang keluarga.

"Kak Al" seru Byan

"Eh, lagi belajar" jawab Aldi yang melihat Byan bersama kak Mira.

"Adek kenapa?"

"Nggak kenapa-kenapa kok. Lanjut lagi sana belajarnya. Permisi kak" ujar Aldi dan berpamitan pada Byan juga Mira. Mira balas tersenyum.

"Ayo lanjut lagi" ujar Mira pada Byan, Byan lantas mengangguk.

***

"Ini Nata kenapa?" Tanya Arkan pada Aldi yang baru memasuki kamar Nata.

"Asam lambung naik kata Bu Melly" jawab Aldi yang kini merebahkan diri di samping Nata dengan ponsel digenggamnya.

"Rada-rada demam dikit bang" lanjut Aldi. Aldi menyimpan ponsel ke atas nakas dan kembali berbaring. Memperhatikan apa yang dilakukan Arkan kemudian memejamkan matanya.

"Bang gue tidur ya, ngantuk" ucapnya yang tak disahuti Arkan.

Tanpa mempedulikan Aldi, Arkan mendekati Nata menaruh tangannya pada dahi Nata. Panas sedikit memang. Huh, apakah dirinya sangat begitu sibuk hingga keadaan adiknya sendiri pun ia tak tau.

Arkan kemudian beranjak ke arah kotak obat yang ada di kamar Nata. Mengambil plester penurun panas di dalamnya. Kembali mendekati Nata dan menempelkan plester tadi pada dahi Nata. Kemudian menyelimuti tubuh Nata sampai batas dada.

"Kalau lagi nggak enak badan itu bilang dek bukannya bilang nggak apa-apa" gumamnya pelan namun masih bisa terdengar di telinga Aldi.

Ceklek, pintu terbuka. Byan menyembulkan kepalanya terlebih dahulu. Arkan yang mendengar suara pintu terbuka refleks menolehkan kepalanya melihat ke arah pintu.

"Ngapain yang nongol kepalanya doang? Sini masuk, kok udahan belajarnya?" Arkan bertanya pada Byan yang kini memasuki kamar.

"Adek kenapa?" Tanyanya tanpa peduli dengan pertanyaan yang diajukan oleh Arkan.

"Ditanya balik tanya, jawab dulu coba"

Byan memutar bola matanya malas, enggan menjawab pertanyaan yang diajukan sang kakak. Ikut merebahkan tubuhnya di samping Nata. Memposisikan dirinya menghadap sang adik yang masih terpejam.

"Kalo aku sakit pasti adek juga ikutan sakit, tapi kenapa ya kalo adek yang sakit aku malah nggak ngerasain apa-apa" monolog Byan yang membuat Arkan ikut memperhatikan wajah damai Nata.

Tak ada sahutan dari Arkan, ia bingung harus menanggapinya bagaimana. Ia juga ikut bertanya kenapa demikian, rasanya ia baru menyadari hal itu sekarang. Kemudian menatap sang adik yang kini juga ikut tenggelam dalam alam mimpi itu, mengukir senyum tipis. Kemudian mengalihkan atensinya pada sang adik bungsu, mengelus surai Nata yang terasa basah oleh keringat, kemudian beranjak membiarkan ketiga adiknya tidur dengan ketenangan.

***

Nata mengerjakan matanya, menyesuaikan dengan cahaya yang terasa begitu menyilaukan mata. Matanya menyipit, masih merasakan pusing di kepalanya. Tangan kanannya terangkat memijit pelipisnya, dahinya mengernyit merasakan sesuatu menempel di sana. Kemudian masih dengan tangan di dahi ia menolehkan kepalanya menatap dua orang yang masih terlelap di sebelah kiri dan kanannya. Perutnya terasa berat tertindih sebelah kaki Aldi, sedangkan tangan kirinya tak bisa digerakkan karena dijadikan guling oleh Byan. Mencoba menggerakkan sedikit badannya, namun Byan malah tambah erat memeluk tangan kirinya. Diikuti Aldi yang juga mengubah posisi menjadi mendekap erat tubuhnya.

"Se-sak" ujarnya dengan suara parau

Tak ada respon dari Aldi maupun Byan. Nata menghela nafas pelan. Menggerakkan tubuhnya namun tenaganya seperti hilang entah kemana. Nata menyerah.

"Kak" ucapnya lirih sambil menatap Byan yang masih memeluk tangannya posesif.

"Kak Byan" panggilnya sekali lagi

Byan terusik, terlihat ia sudah mengerjapkan matanya. Nata masih memperhatikan setiap ekspresi yang ditujukan sang kakak. Kemudian tersenyum manis saat berhasil membuat sang kakak bangun.

Hal pertama yang Byan lihat saat membuka kedua matanya ialah senyum manis yang sangat ia suka. Senyum dengan dua lubang yang terlihat sangat jelas. Meski wajah yang menampakkan senyuman itu masih terlihat pucat. Ia lantas ikut tersenyum.

"Udah mendingan?" Tanya pada sang adik

Nata mengangguk masih dengan senyum manisnya.

"Kenapa bisa sakit?" Tanyanya tanpa hendak mengubah posisinya

Nata yang ditanya demikian hanya mengendikan bahunya dengan bibir yang melengkung ke bawah.

"Jangan sakit, kakak nggak bisa ikut ngerasain. Beda kalo kakak yang sakit" ujar Byan dengan rasa bersalah.

Nata menggelengkan kepalanya membuat pusing yang tadinya terasa semakin menjadi-jadi. Tangan nya senantiasa memijit keningnya, berharap pusingnya segera hilang.

"Kenapa? Pusing? Mana yang sakit?" Tanya Byan khawatir dengan suara sedikit meninggi.

Aldi terbangun karena mendengar suara Byan, masih mencoba mencerna keadaan. 15.45 wib waktu yang di tunjukkan jam digital di atas nakas di sebelahnya. Cukup lama ia tertidur, mungkin efek tak tidur semalaman karena keasyikan bermain game online. Lantas menengok kesebelahnya. Matanya membulat dan Aldi langsung terduduk menghadap Nata yang terlihat menahan sakit.

"By, ini Nata kenapa?"

Byan menggeleng, "nggak tau kak tadi tiba-tiba gini" ucap Byan dengan nada cemas.

"Gue panggil bang Arkan dulu" ujar Aldi diangguki Byan.

Baru hendak beranjak dari tempatnya, Aldi merasakan tangannya di tahan dari belakang. Meski tak kuat ia tau Nata yang melakukannya.

"Ngak pa-pa" pelan tapi masih bisa terdengar jelas oleh Aldi maupun Byan. Aldi membalik badannya menghadap Nata. Menghela nafas sejenak.

"Yaudah, kenapa? Pusing? Sini gue pijitin" Aldi kemudian memijit kening Nata lembut. Nata memejamkan matanya menikmati pijatan lembut Aldi.

Kemudian Aldi menatap Byan yang hanya duduk di sebelah Nata terlihat wajahnya sedikit pucat.

"By, Nata ngak apa-apa. Lo udah makan siang belum? Sana makan dulu, udah lewat jam minum obat tu" kata Aldi

Byan tersadar dari lamunannya, menatap Aldi kemudian mengangguk. Lantas beranjak meninggalkan tempat duduknya melaksanakan perintah Aldi.

Sekarang Nata sudah terlihat lebih tenang. Tak lagi terlihat kesakitan. Meski ia masih memejamkan matanya walaupun tak tertidur.

"Nat gue ambil makan dulu ya" pamitnya pada Nata yang masih setia memejamkan matanya. Nata mengangguk. Mendapat anggukan dari Nata Aldi kemudian melesat meninggalkan Nata.

***

Bersambung...

Kita BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang