18

3.7K 327 6
                                    

Nandira berjalan menuju kelas tanpa mempedulikan sekitarnya, ia berjalan lurus dengan pandangan tetap ke depan. Tapi tidak dengan pikirannya yang sedari tadi sudah tidak fokus. Di kepalanya di kelilingi oleh banyak sekali pertanyaan. Sejak tak sengaja berpapasan dengan Nata kemarin yang sama sekali tak melihat ke arahnya, seakan mereka tak saling mengenal. Yang faktanya memang mereka tidak saling mengenal kecuali nama masing-masing. Tidak, mana mungkin Nandira tidak mengetahui tentang diri seorang Nata yang seakan selalu menjadi topik terhangat di seantero SMA Patra Mandiri. Ah, mungkin Nata hanya tak melihatnya, satu asumsi yang selalu ia pikirkan. Tunggu mengapa tiba-tiba ia merasa seperti ini? Mengapa ia berharap Nata melihat kearahnya? Apa yang terjadi pada dirinya? Nandira menghentikan langkahnya kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya dengan mata tertutup. Berusaha mengusir pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi ia kepalanya. Saat membuka kedua matanya, Nandira dibuat kaget oleh Nata yang kini sudah berdiri tepat di depannya, dengan wajahnya yang terlihat bingung. Nandira yang terkejut refleks memundurkan langkahnya.

"Lo ngapain geleng-geleng gitu?" Tanya Nata

Nandira tak menjawab, malah ia menggelengkan kepalanya cepat. Padahal ia sendiri tidak menginginkannya, seperti ada yang salah dalam dirinya.

"Kok geleng lagi? Lehernya lagi pegel?" Ujar Nata yang kembali bertanya

"Nggak" jawab Nandira cepat

Nata tersenyum, lucu. Sikap yang di tunjukkan Nandira sangat terasa lucu baginya.

"Mau ke kelas?" Tanya Nata yang terlihat kebingungan. Nandira mengangguk mengiyakan dengan wajah yang terlihat lucu.

"Mau dianterin?" Lanjut Nata, Nandira kembali mengangguk. Kemudian matanya membulat, seperti tak percaya dengan apa yang baru saja dilakukannya. Ada apa dengan tubuhnya? Siapa yang mengendalikan dirinya?

Nata tertawa terbahak, sungguh menghibur sekali Nandira baginya. Sehari tak melihatnya rasanya Nata merindukannya?

"Ayok" ajaknya pada Nandira dengan menarik tangan Nandira. Nandira hanya diam mengikuti tanpa hendak menolak.

Sampai di depan kelas IX  IPS 1, Nata menghentikan langkahnya.

"Gih masuk" ucap Nata kemudian meninggalkan Nandira yang masih terlihat tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

"Heii" seru Tya yang baru datang di sekolah

Nandira masih diam menatap ke pergian Nata yang sudah tak terlihat di ujung koridor. Bahkan tak terkejut sedikitpun dengan kedatangan Tya yang datang dengan tiba-tiba.

"Heloow, lo kenapa si? Kok bengong, kesambet ya lo?" Ujar Tya dengan menggoyang-goyang pundak Nandira di hadapannya.

"Tya apaan si, au ah mau masuk" ucap Nandira kemudian memasuki kelas tanpa mempedulikan Tya.

"Tu anak kenapa si, kesambet beneran kali ya?" Bingung Tya yang Menatap kepergian Nadira.

***

Bel istirahat yang ditunggu-tunggu berdering membuat seluruh penghuni kelas XI IPA 1, guru yang mengajar juga sudah meninggalkan kelas. Aldi dan Eza duduk di kursi depan milik Nata serta Dirga.

Eza tampak meneliti nata dengan seksama. "Lo beneran Nata yang asli dari kelapa kan? Bukan kw lagi kayak kemaren?" Serunya masih menatap Nata lekat.

"Paan si gue manusia, mana ada manusia dari kelapa" sungut nata kesal

"Ya kan nata de coco asli kelapa muda, dan fix lo beneran Nata" ujar Eza dengan wajah penuh semangat. Berhasil membuat Aldi juga Dirga mencengkeram erat perut masing-masing karena tertawa.

"Aneh lo esa sigit, lo berdua juga apa ketawa-tawa" ucapnya kesal dengan wajah emosi.

"Ganteng dong gue" sahut Eza kembali dengan senyum yang menyebalkan bagi Nata, sedangkan Aldi serta Dirga semakin tertawa terbahak-bahak. Nata beranjak pergi meninggalkan kelasnya.

"Gila lo pada" serunya keras sebelum benar-benar menghilang dari balik pintu. Dan  semakin membuat ketiganya tertawa.

***

Disinilah Nata sekarang, taman belakang sekolah yang jarang di datangi oleh murid-murid sekolah. Taman dengan bunga-bunga cantik yang bermekaran di dalam pot-pot yang tertata rapi. Duduk di bawah pohon rindang di kursi taman dengan bersender pada senderan kursi, dan kepala mendongak ke atas. Matanya terpejam, menikmati semilir angin yang berhembus bercampur dengan wangi dari berbagai aroma bunga yang mekar. Kursi yang di dudukinya terasa diduduki oleh seseorang, tapi Nata malas hanya sekedar untuk membuka mata dan melihat siapa yang duduk disebelahnya. Biarkan saja siapapun itu, asal orang itu tidak mengganggunya ia tak peduli, tak masalah biarpun itu makhluk gaib sekalipun.

"Disini enak ya, nyaman" ucap seseorang yang berhasil membuat Nata membuka matanya. Suara itu, seperti terdengar sangat familiar di telinganya.

"Bunga-bunganya juga cantik, wangi lagi" lanjutnya dengan senyum diwajahnya.

Nata mengamati wajah seorang gadis di sebelahnya. Sepertinya Nata pernah melihatnya tapi ia lupa dimana.

"Gue Della sekelas sama lo, kali aja lupa" ucap Della memperkenalkan dirinya dan mengulurkan tangannya ke arah Nata.

Nata menyambut uluran tangan Della, "Nata" ucapnya. Mungkin ini murid baru yang diceritakan oleh Aldi kemarin. Nata masih mengamati wajah Della, wajahnya juga tampak sangat familiar diingatannya.

"Kita pernah kenal atau ketemu nggak?" Tanya Nata pada Della

"Pernahlah" satu kata yang mampu membuat jantung Nata entah mengapa serasa berhenti berdetak.

"Kemarin maksudnya" lanjut Della dengan cengiran diwajahnya.

Nata memutar bola matanya, tapi entah mengapa rasanya ini bukan pertama kalinya dia dan Della bertemu.

"Ngapain disini?" Tanya Nata

"Di kelas bosen, mau ke kantin ramenya ampun-ampunan" jawab Della dengan ekspresi cemberut.

"Lo ngapain disini? Janjian sama pacar lo ya?" Lanjut Della bertanya kepada Nata

"Nggak lah, males aja di kelas banyak orang gila" ujarnya seketika teringat dengan ketiga sahabatnya yang gila menurutnya.

Della tertawa mendengar jawaban Nata, "ada-ada aja lo, emm gue boleh temenan sama lo nggak?" Tanya Della terdengar ragu.

"Ya boleh lah, berteman kan sama siapa aja" jawab Nata tersenyum menatap Della.

Della diam terpaku dengan wajah lelaki di hadapannya. Kemudian ia mengangguk "bener ya kata putri" ujarnya menggantung ucapannya.

"Apa yang bener?" Sahut Nata dengan alisnya yang terangkat sebelah.

"Katanya lo itu baik, dan ya lo beneran baik"

Nata terkekeh kecil, "gue emang baik" ucapnya percaya diri.

"Dih, PD gila"

"Emang" seru Nata yang mampu membuat keduanya tertawa terbahak.

Kedua larut dalam obrolan-obrolan ringan dengan sesekali terdengar tawa keduanya.

Ditempat lain, ada seseorang yang tak sengaja melihat kedekatan keduanya.

***

Bersambung...

Kita BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang