7

7K 541 6
                                    

Kelopak itu bergerak perlahan untuk membuka mata, kemudian ditutup kembali saat sinar terang dari lampu ruang terasa sangat menyilaukan mata. Mata itu berkeliling meniti setiap sudut ruangan. Sepi, itulah yang didapatnya. Jendela dengan kaca besar disamping kanannya juga sudah tertutup oleh gorden, namun masih bisa dilihat gemerlap lampu malam dari gedung-gedung disekitar dari celah gorden yang terbuka.

Tidak ada suara yang terdengar, hanya detak dari jarum jam yang mendominasi. Wajar, angka jarum jam telah menunjukkan pukul 01.15 pagi dini hari. Dimana semua orang pasti sedang terlelap dalam alam bawah sadar menjelajahi dunia mimpinya. Hal yang sudah biasa dirasakannya, terjaga tengah malam yang sunyi tanpa siapapun didekatnya.

Nata mencoba memejamkan matanya kembali, mencoba menjemput bunga tidurnya. Namun, seakan terjadi pergelutan dalam dirinya yang menolak logikanya. Dilepaskannya nassal canula yang masih bertengger di hidung mancungnya, lalu didudukkan badannya bersandar pada kepala ranjang. Ditatapnya ponsel miliknya yang tergeletak di atas nakas. Diambilnya ponsel tersebut, lantas dihidupkannya. Foto keluarga yang tampak bahagia muncul pada layar depan ponselnya. Nata tersenyum memandangi satu persatu wajah yang ada dalam foto tersebut.

Nada tunggu sambungan telepon terdengar, beberapa detik berikutnya terdengar suara dari sebrang telpon.

"Halo, siapa ya kok malem-malem ganggu orang tidur" terdengar suara seperti orang yang baru bangun tidur

"Al" ujar Nata

Tak terdengar sahutan dari sebrang telpon, Nata kembali bersuara.

" Kak Al" ucap Nata lagi

Aldi yang tampak baru sadar terdengar mengumpat dari sebrang telpon, dan Nata hanya terkekeh kecil.

"Eh adek kelapa tercinta kenapa lo nggak tidur? Malem-malem tu tidur bukannya telpon orang, ganggu orang tidur aja lo" cerocos Aldi

"Sepi kak" seru Nata lirih

Keheningan tercipta, Aldi diseberang pun tak menyahuti ucapan Nata, ia mengerti maksud dari Nata.

"Mau gue kesana?" Tanya Aldi

Nata seketika mengangguk, kemudian senyum kecil terbit di sana. Seakan Aldi bisa melihatnya. Ia tau Aldi akan selalu mengerti dirinya.

"Lo ngapain sih? Ditanya kok diem aja?" Tanya Aldi

"Kak Al mau kesini? Tapi masih malem" ujarnya terdengar lirih

"Elah, Lo kayak ngak pernah ngerepotin aja. Tunggu gue kesana, mau nitip nggak?" Sahut Aldi

"Nggak usah ntar nyusahin"

"Duhh, nelpon tengah malam gini aja udah nyusahin dedek gemes. Udah cepet mau apa, biar nyusahin nya plus-plus"

"Pengen gado-gado deh kak"

"Eh adek kelapa, mana ada gado-gado malem-malem gini. Yang lain aja yang normal dikit" gerutu Aldi

"Hmm, sate kambing ya" pinta Nata kemudian, setelah berpikir sejenak.

"Ya udah tunggu Dian di situ nggak usah ngapa-ngapain" pesan Aldi

Setelahnya sambungan telepon terputus, diletakkan kembali ponselnya ke atas nakas. Aldi adalah seorang yang saat mengerti dirinya. Meskipun tak diberitahu terlebih dahulu, Aldi pasti memahami perasaannya.

Kak Al, panggilan dari Nata yang tak akan pernah bisa tergantikan bagi Aldi. Walaupun Byan memanggilnya serupa, namun baginya sangat terdengar berbeda di telinganya. Nata yang tak akan memanggil Aldi dengan embel-embel kak jika sedang bersama orang lain. Males, alasan yang dilontarkan Nata setiap ada yang bertanya kepadanya.

Kita BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang