20

4.5K 333 7
                                    

Kedekatan Nata dengan Nandira maupun Della semakin hari semakin terlihat dekat saja. Bahkan beredar gosip cinta segitiga diantara ketiganya. Kedekatan Nata dan Della bisa dimaklumi segelintir murid karena mereka berdua berada di kelas yang sama. Namun, kedekatannya dengan Nandira menimbulkan berbagai asumsi dari semua pihak. Apalagi keduanya tak sekelas yang bahkan berbeda jurusan. Banyak yang beranggapan bahwa Della merupakan orang ketiga antara keduanya, ataupun sebaliknya. Tak satupun dari ketiganya menanggapi gosip-gosip yang beredar. Mereka tampak acuh saja, bahkan ketiganya tak jarang sekedar makan bertiga di kantin yang mengundang perhatian banyak orang.

"Nat, nggak bosen apa lo digosipin mulu? Mana ada yang bilang lo poligami lagi", ujar Eza dengan kekehan setelahnya.

Nata mengendikan bahunya, tak peduli apa yang dikatakan oleh Eza, Eza hanya menggeleng mendapat jawaban demikian.

"Pilih aja antara tu dua, susah bener" sahut Aldi dengan jahilnya juga ikut menimpali. Eza ikut mengangguki ucapan Aldi.

Nata diam, fokus pada secangkir coklat dingin ditangannya. Sebenarnya ia juga kadang merasa risih dengan perhatian yang tertuju padanya, tapi ia menyembunyikan semua itu dengan baik. Dia sendiri bingung dengan perasaannya sendiri. Nandira itu seorang yang mampu membuatnya tersenyum, bahkan ketika hanya mengingatnya. Sedangkan Della, entah apa yang sebenarnya terjadi rasanya Della adalah seorang yang sangat dekat dengan dirinya, seperti teman lama yang bertemu kembali.

"Udah jangan dipikirin" ujar Dirga yang sedari tadi memperhatikan Nata.

Kringg,

Bel berbunyi, waktu istirahat usai. Terlihat murid-murid yang berada di kantin mulai beranjak meninggalkan kantin menuju kelas masing-masing.

"Bel lagi, abis ini sejarah kan ya?" Ujar Eza dengan mengeluh.

"Iya, tapi denger-denger pak Budiman nya nggak masuk si" jawab Aldi santai.

"Darimana lo tau?" Tanya Eza penasaran

"Tadi denger pas di ruang guru, lagian nggak keliatan juga tadi di mejanya" jelas Aldi, Eza yang tadinya terlihat lesu seketika menjadi kegirangan.

Nata bangkit dari duduknya.

"Nat, mau kemana?" Tanya Aldi heran dengan kelakuan sepupunya itu.

"Pulang" sahutnya malas, tanpa menoleh atau berhenti berjalan.

Ketiganya diam dengan saling pandang, tak bisa berkata lagi. Aldi turut berdiri kemudian pergi dari kantin setelah berpamitan dengan Eza dan Dirga.

"Nata kenapa si, lagi badmood apa ya" bingung Eza. Dirga hanya mengendikan bahunya tanda ia juga tak mengerti.

***

"Aku suka sama Nandira, dari pertama ketemu dia aku suka" ucap Byan dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya.

Nata yang juga berbaring di sebelah Byan hanya diam mendengarkan.

"Keliatannya dia baik, ya walaupun cuma sekali liat aja si. Tapi keinget terus" lanjut Byan, mengingat momen kala Nandira mengantarkan botol minum yang dititipkan oleh Aldi kepadanya.

"Ohh, jadi ini rumah keempat lo, kenapa? Perasaan kemarin santai aja dibilangin poligami" ucap Aldi yang berhasil membuat Nata terkejut. Rumah ketiga yang Aldi maksud adalah, pertama rumah Nata sendiri, kedua rumah sakit, dan ketiga rumah Aldi sendiri.

Nata menghadap kearah Aldi yang duduk di sebelahnya, kemudian pletak. Aldi meringis memegang serta mengusap kening yang barusan terkena jitakan dari Nata.

"Kelapa, lo kira nggak sakit apa. Mau gue kutuk jadi pohon kelapa tua gara-gara durhaka sama kakak sendiri?" Cerocos Aldi tak terima.

"Berisik" sahut Nata singkat

"Tu, lo aneh tau nggak. Kenapa si? Coklat bubuk di rumah lo abis? Atau bunda nggak mau buatin nasi goreng lagi apa?" Sederet pertanyaan yang diajukan oleh Aldi membuat Nata memutar bola matanya malas.

Nata diam, matanya sibuk memandang bangun-bangun di hadapannya. Ditambah angin yang berhembus cukup kencang karena mereka berada di atas rooftop sekolah membuat Nata sesekali memejamkan matanya, menikmati semilir angin.

"Lo kalo ada masalah cerita lah, gue bukan peramal yang tau segalanya. Apalagi cenayang" ucap Aldi tenang.

Keheningan cukup lama terjadi, Aldi memang membiarkan hal itu. Ia ingin Nata sendiri yang bercerita kepadanya.

"Kak Byan suka Nandira" ucap Nata tiba-tiba

"Whatt?" Sungguh Aldi terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya.

"Kok bisa, baru sekali ketemu" ujar Aldi, nata mengendikan bahunya sebagai jawaban.

Keheningan kembali terjadi, Nata yang tetap bungkam dan Aldi yang masih berpikir keras bagaimana bisa Byan secepat itu menyukai seorang perempuan hanya dengan sekali pertemuan. Kemudian Aldi teringat sesuatu yang jauh lebih penting.

"Tunggu, jangan bilang lo juga suka sama Nandira?" Tanya Aldi

Nata diam, masih bungkam. Tapi Aldi sekarang mengerti, seketika ia menghela nafas panjang.

"Jadi gimana?" Tanya Aldi menghadapkan wajahnya pada Nata disebelahnya.

Nata diam, tanpa menunjukkan suatu reaksi apapun. Pikirannya sudah tak begitu fokus sekarang, entah sudah bercabang kemana-mana. Aldi sendiri juga ikut cemas, ia takut, takut kejadian itu terulang kembali. Yang sekarang dapat ia lakukan hanya bisa menemami Nata, karena ia tau pasti siapa Nata, Nata bukan Byan yang begitu dengan mudahnya bisa mengutarakan apa yang ia rasakan.

***

"Jangan terlalu banyak menghabiskan waktu bersenang-senang dengannya, akhirnya kamu juga akan jadi yang paling menyakitinya. Ingat, jangan terbawa suasana" ucap seorang yang duduk disebuah kafe pada seseorang melalui sambungan telepon.

"..."

"Hanya mengingatkan" ucapnya dengan senyum culasnya.

"..."

"Baiklah, sampai jumpa untuk pertunjukan nanti" ucapnya mengakhiri sambungan telepon.

***

Bersambung...

Kita BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang