44

1.7K 143 4
                                    

Ini hanya karangan, tidak tau benar atau tidak. Hanya sebuah imajinasi. Tidak ada ekspetasi yang bisa dianggap realita.

***

Tiba-tiba semua hening, hanya ada putih sejauh dapat melihat.

"Tempat apa ini?" ada tanya yang tak tahu untuk siapa tertuju.

Berkeliling tak kunjung akhir dan membuat semakin bingung, kesal, cemas semuanya bercampur.

"Haii" tiba-tiba suara yang begitu ceria menyapa

Saat berbalik, ada dua orang berdiri di belakangnya. Anehnya, keduanya memiliki wajah persis sepertinya.

"Kalian siapa?"

"Aku bagian dari dirimu, begitu pula dengan orang yang ada disebelahku" jawab pemberi salam dengan ceria.

Ditatapnya kedua orang itu, salah satu dari mereka terlihat lebih muda. Dengan wajah yang berseri, berbeda dengan yang ada disebelahnya. Terlihat seperti remaja yang persis dengan dirinya namun tidak ada raut bahagia disana.

"Kenapa aku disini? Apa aku sudah mati?" pertanyaan random yang mungkin ada benarnya.

"Hahaha melihat diriku sendiri, sungguh lucu ya pengen gigit" ujar yang lebih muda.

"Maksudmu?" jelas sekali ia kebingungan.

"Hmm, biarkan dia yang bercerita, aku malas melakukannya" ujarnya menyenggol orang disebelahnya.

"Dia, aku dan kamu adalah satu. Dia adalah dirimu tiga tahun lalu sebelum kecelakaan, dan aku dirimu beberapa bulan yang lalu" jelasnya yang membuat semakin bingung.

"Kamu jangan sedih, ingatan itu akan datang sedikit demi sedikit. Jangan terlalu memaksa, dan pilihlah bagaimana kehidupanmu yang baru kedepannya"

"Mungkin terasa sedikit sulit, tapi tenang ada kak Aldi yang akan bersamamu. Dia adalah kakak terbaikk sepanjang masaa" ujar yang lebih muda antusias.

Kedua orang dihadapannya perlahan meninggalkannya dengan tanda tanya besar. Keduanya meninggalkannya dengan senyuman seolah memberikan semangat.

***

Nata terbangun, terasa begitu jelas apa yang baru saja ia alami. Bertemu dengan dirinya dengan dua versi yang berbeda. Dan sekarang ia adalah versi selanjutnya.

Masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya, masih belum memahami situasi apa yang terjadi. Belum selesai rasa penasarannya tiba-tiba ingatan entah darimana berdesakan menyerangnya.

"Agrhhh"

Nata menggeram, menarik rambutnya, kepalanya terasa seperti akan pecah. Sakit sekali.

Teriakan tiba-tiba dari Nata membangunkan Aldi yang terlelap di sebelahnya.

"Heiii, berhenti kepala mu bisa terluka" ujar Aldi menahan tangan Nata yang tak hanya menarik rambutnya tetapi juga memukul kepalanya sendiri.

Aldi panik, ia berusaha menahan kedua tangan Nata yang tak mau diam. Kenapa tenaga anak ini besar sekali. Aldi mendekap erat Nata, jujur ia takut.

"Dokterrr"

"Dokter"

Aldi berteriak kesetanan saat melihat darah mengalir dari kedua hidung Nata secara tiba-tiba. Dengan tangan bergetar, dan sebelah tangan mendekap erat Nata, Aldi berusaha menekan tombol bantuan. Sungguh Aldi benci berada disituasi seperti ini.

Tak lama, terdengar beberapa langkah kaki orang berlari. Beberapa dokter serta perawat masuk dengan panik ke ruang itu.

Aldi ingin berteriak rasanya, kenapa mereka lama sekali. Tidak tahukah mereka jika adiknya perlu bantuan?

Aldi diminta untuk memberikan ruang untuk dokter memeriksa Nata. Dengan sangat berat hati dan juga raut yang sangat tidak suka Aldi beranjak. Belum sempat berdiri, Aldi merasa sebuah tangan menahannya.

Yah, Nata memang masih histeris dan berteriak kesakitan tetapi tangannya menahan Aldi dengan kuat. Seolah berkata tetap disisinya dan jangan pernah pergi.

"Lakukan saja tugas kalian saya tetap disini" ucap Aldi

Dokter seperti memahami dan mulai melakukan tugasnya. Pertama dokter itu menyuntikkan obat penenang kepada Nata. Aldi hanya menatap datar tanpa ekspresi. Namun, tidak dipungkiri jika ia rasanya ingin menerjang mereka semua karena kesal.

Nata perlahan mulai tenang, tubuhnya melemas. Tangannya tak lagi menarik rambutnya sendiri. Tapi genggamannya pada Aldi masih erat.

Suster-suster itu mulai membersihkan wajah Nata yang sudah berhiasi darah. Mereka juga mengganti baju Nata menjadi yang lebih bersih. Beruntung hanya selimut yang terkena darah, jadi mereka tidak perlu mengganti seprai hanya perlu membawakan selimut yang baru.

Dokter juga sudah mengganti infus yang tadi sempat terlepas. Nata juga sudah terpejam kembali. Kepala Nata yang sempat dijahit karena operasi aman. Tidak terkena tarikan dan pukulan Nata membuat dokter menghela nafas lega.

Aldi turut menghela nafas lega, beruntung dirinya ada disini. Jika tidak, Aldi tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi.

Aldi kembali memeluk tubuh rapuh yang kini memejamkan mata indahnya. Memeluknya erat memberikan kehangatan, menepuk pundak Nata pelan mengalirkan kenyamanan.

***

Dokter Edi, dokter yang menangani Nata tadi tengah berbicara serius dengan dokter Dion. Dokter Dion mengurut pelipisnya, kepalanya tiba-tiba sakit.

Menurut dokter Edi, Nata mungkin membutuhkan psikolog. Mengingat Nata yang pernah mengalami amnesia sebelumnya, dan kini karena operasi ia juga mengalami amnesia. Dokter Edi berpendapat jika ingatan Nata masuk tak beraturan dan saling bertubrukan.

Hal itu akan menggangu kesehatan mental Nata. Akan terjadi bentrokan antar identitas yang masuk bersama-sama. Nata mungkin bisa tertekan jika terus dibiarkan.

***

Asli ini karangan, mana tau iya atau ga nya. Kalau mau komen jangan yang nyelekit pliss🙏

Kita BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang