25

3.8K 293 19
                                    

Nata bersenandung sembari menuruni undakan tangga. Namun belum sampai anak tangga terakhir, ia berhenti seketika ketika melihat sang kakak yang tengah asik tertawa menatap layar ponsel yang menampilkan senyum cantik sang bunda.

"Byan kangen tau bun" ucap Byan yang sayup-sayup terdengar setelah tawanya.

"Iya, beberapa hari lagi bunda sama ayah pulang kok. Kakak udah sarapan?"

"Ini mau sarapan, eh maksudnya lagi sarapan bun" ujar Byan mengarahkan kamera pada hidangan yang tertata rapi di meja.

"Pinternya anak bunda, jangan lupa minum obatnya. Jangan lupa jaga kesehatan, kalau ada apa-apa langsung kasih tau abangnya atau bunda yah. Jangan bandel yah kak" nasehat sang bunda.

"Siap bunda, jangan lama-lama pulangnya. Oleh-olehnya jangan lupa yah bun, salam buat ayah juga"

"Iya nggak lupa oleh-olehnya udah ada, iya nanti Bunda sampaiin. Bunda tutup yah, see you kakak" pamit sang bunda.

"See you bundaa" sahut Byan

Setelahnya hening, Byan terlihat melanjutkan acara sarapannya yang tinggal setengah dari nasi goreng.

Nata yang mendengar obrolan Byan dan sang bunda terduduk di anak tangga. Kenapa rasanya sesakit itu. Hatinya, jantungnya, semuanya serasa sakit sekali. Dua hari ia sakit, tak sekalipun sang bunda menghubunginya. Padahal ia terus menunggu panggilan dari sang bunda. Berkali-kali bertanya pada abangnya, bertanya pada Aldi dimana sang bunda. Namun ternyata tidak ada satu celah untuknya.

Setitik bulir itu jatuh tanpa diminta. Cepat-cepat ia usap dengan punggung tangannya. Tak jadi melanjutkan langkah untuk niat awalnya, tak tergoda dengan aroma nasi goreng yang menjadi favoritnya. Kembali membalikkan badannya menaiki tangga menuju kamar miliknya. Menghempaskan tubuhnya ke ranjang kemudian mengabari seseorang yang tengah ia butuhkan.

"Dimana?" Tanyanya lirih dengan getar suara yang terdengar menyesakkan.

"...."

"Jemput, mau mang Asep"

"..."

"Jangan lama, gue tunggu" ujarnya sebelum memutuskan sambungan telepon.

***

Nata agak berlari ke luar rumah menghampiri Aldi yang menunggu di dalam mobil. Membuka pintu mobil kemudian langsung merebahkan tubuhnya mencari posisi ternyamannya.

"Kenapa?" Ujar Aldi yang melihat Nata merebahkan diri.

"Ke mang Asep dulu yah? Udah laper pake banget" jawab Nata menolehkan kepalanya dengan mata memelas.

Aldi memutar matanya malas, lantas melajukan mobilnya ke tempat tujuan tanpa bertanya lebih lanjut.

Tak butuh waktu lama untuk sampai pada warung kopi 24 jam, yang nyata nya tak buka hingga 24 jam sehari. Yang bisa dikatakan isinya sangat lengkap, mulai dari makanan ringan hingga yang berat. Dari makanan pembuka sampai makanan penutup. Dengan berbagai macam jenis minuman masa kini yang sedang naik daun pun pasti ada. Tempat kece yang digandrungi oleh semua kalangan baik remaja maupun dewasa.

Nata lebih dahulu masuk tanpa peduli keberadaan Aldi. Langsung memesan menu favoritnya. Diikuti Aldi yang ikut memesan.

"Kenapa?" Suara Aldi menjadi suara lain yang Nata dengar selain intro musik dari lagu kala cinta menggoda milik Chrisye yang baru-baru ini di cover oleh band Noah yang nampaknya disukai banyak orang.

"Apanya?" Sahut Nata dengan masih sibuk memainkan papan nomor meja.

"Ck, jangan pura-pura"

"Ohh, itu-"

"Wihh ada 2 badung nih" potong pemuda yang biasa disapa mang Asep, padahal sangat jauh dari nama aslinya Satria Putra. Perihal ini dikarenakan banyak yang bilang namanya tidak cocok untuknya. Jadilah Asep yang lebih dirasa cocok untuknya.

"Eh si mamang" sahut Aldi

"Gimana nih kabarnya?" Tanya Asep

"Baik terus gue mah" jawab Aldi

"Baik" ujar Nata

"Lo udah baikan? Denger-denger kmren sakit. Sakit apa?"

"Biasa sakit meriang dia mah" bukan Nata yang menjawab melainkan Aldi.

"Meriang apa nih? Merindukan kasih sayang?" Sahut Asep dengan senyum menggoda.

"Lo mah gitu, suka durhaka jadi yang lebih tua" sungut Nata kesal pada Aldi.

Aldi dan Asep yang tak tahan tertawa terbahak lihat betapa asyiknya mengusik anak itu.

"Dah ah, gue tinggal yah" pamit Asep, dan diangguki keduanya.

"Lanjut" ucap Aldi setelah Asep berlalu dari hadapan mereka.

Nata kemudian menceritakan semuanya. Bagaimana interaksi antara Byan dan sang bunda. Tentang dirinya yang merasa sakit saat melihatnya tanpa menutupinya. Kemudian pesanan mereka akhirnya datang yang mengalihkan atensi keduanya. Senyum berlubang milik Nata terbit, memandangi sepiring nasi goreng dengan mata berbinar. Keduanya larut dalam obrolan dengan mulut yang sibuk mengunyah.

***

Bersambung...

Kita BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang