34

2.7K 227 14
                                    

Surprise, kaget nggak kaget nggak harus dong masa enggak

***

Flashback on

Cerita sebelum Nata lupa...

Renaldi Nugraha atau Aldi, anak yang memiliki sikap ceria, perhatian, jangan lupakan humoris. Bagi Nata Aldi itu bukan hanya sekedar sepupu atau seorang sahabat, Aldi lebih dari itu. Aldi bisa menjadi ayah, ibu, kakak, bahkan adik bagi Nata. Seseorang yang selalu mengerti dirinya. Namun siapa sangka, dibalik sikapnya yang terlihat dewasa menyimpan begitu banyak rahasia. Aldi itu seorang yang tidak bisa ditinggalkan seorang diri. Ia akan merenung sepanjang waktu tanpa melakukan apapun jika sendirian. Sering menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi. Kasih sayang yang tak sepenuhnya didapatkan dari orang tuanya membuatnya menjadi seperti ini. Ia sangat benci sendirian rasanya seluruh dunia meninggalkannya jika ia sendirian. Perhatian yang diberikannya kepada Nata merupakan bentuk pengalihan dari rasa kesepiannya. Ia suka Nata yang manja padanya, Nata yang membutuhkan, Nata yang mengandalkannya. Nata itu seperti dunia baginya. Ia mendapatkan semuanya bersama Nata.

Masa kelam pernah ia alami, self injury. Melampiaskan rasa sakit dengan kesakitan. Pertama kali ia melakukan aksinya saat masih duduk di bangku kelas 1 SMP, keadaan rumah yang sepi bak tak berpenghuni membuatnya kesepian. Entah bisikan darimana, tiba-tiba ia menggoreskan silet pada pergelangan tangannya. Lega, itu yang dirasakan olehnya. Meskipun sakit akibat luka yang didapatnya, namun itu mampu menutupi sakit di hatinya. Setelah kejadian itu, ketika ia merasa terpuruk atau kesepian ia pasti akan menggoreskan benda tajam apapun untuk melukai dirinya.

Kejadian itu tak selamanya dapat disimpan baik oleh dirinya. Nata, tak sengaja melihat bekas luka ditangannya menanyakan hal itu. Tentu saja ia menjawab itu sebuah ketidaksengajaan. Nata yang saat itu percaya saja apa yang dikatakan oleh Aldi. Sampai, suatu saat Nata memergokinya yang kala itu sedang melancarkan aksinya di kamar mandi miliknya. Saat melihat Aldi tengah melukai tangannya sendiri dengan pisau kecil, Nata tersentak. Pikirannya kacau. "Gue kecewa" dua kata yang diucapkannya sebelum pergi dari rumah Aldi. Dua kata yang mampu membuat Aldi melepaskan pisau digenggamnya. Aldi juga ikut berlari mengejar Nata, hendak menjelaskan kebenarannya. Namun Nata tampak tak peduli, ia tetap berlari meninggalkan Aldi. Dua minggu sejaj kejadian itu terjadi, tak sepatah katapun keluar dari mulut Nata. Ribuan maaf Aldi utarakan namun tak satupun digubris oleh Nata. Berbagai penjelasan sudah ia berikan namun Nata masih bersikap dingin terhadapnya. Sekedar bertatap mata pun Nata tampak enggan.

Aldi frustasi, jelas. Dalam dirinya terbersit keinginan untuk melukai dirinya lagi. Namun dengan susah payah ia menahan dirinya. Entah mungkin ia sudah menyerah untuk mendapatkan maaf dari Nata, sore ini ia kembali berdiam dikamar mandinya dengan pisau digenggamnya. Gemercik air dari shower terdengar berirama. Ia tersenyum, tidak ada lagi yang menyayanginya. Saat ia akan menggoreskan pisau pada pergelangan tangannya, pikiran buruknya meracuni otaknya. Nata juga meninggalkan dirinya seperti orang tuanya. Dunianya pergi lalu ia bisa apa?

Aldi masih larut dalam pikirannya tanpa sadar pintu kamar mandinya terbuka menampilkan sosok Nata dengan nafas yang memburu.

"Lo mau mati? Ya udah, lakuin gue mau liat orang mati bunuh diri kayak apa" ujar Nata dengan senyum miring serta suara terdengar menahan amarah

Aldi menggelengkan kepalanya, entah ia rasa tak ingin Nata melihatnya hancur seperti ini.

"Kenapa? Mau bareng? Boleh" ujar Nata melihat Aldi menggelengkan kepalanya yang mengeluarkan pisau dari saku celananya.

Aldi menggelengkan kepalanya lagi, ia tak mampu bersuara. Ia mendekat ke arah Nata.

"Ayo, mau mati bareng kan?" Ucap Nata lagi

Kita BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang