39.Putus

162 15 0
                                    

Rigel dan Tara memasuki rumah sakit, disana sudah ada Acel yang menunggu.

Atalas? batin Tara bertanya-tanya.

"Gimana keadaanya?" tanya Rigel pada Acel dengan wajah yang benar-benar panik.

"Dia tadi ngamuk nggak terima bayinya hilang, tapi udah dikasih obat penenang jadi sekarang dia tidur," kata Acel yang tak kalah panik.

"Gara-gara apa ini bisa terjadi?" tanya Rigel.

Acel terdiam beberapa detik, ia tak enak mengatakannya. "Jatoh di kamar mandi, maaf gue nggak bisa jaga dia," kata Acel merasa bersalah. Rigel mengepal kuat tangannya.

Mata tajam itu memandang wajah Acel. "Bangsat!" kata Rigel dengan emosi yang tertahan, tak baik pula jika terjadi baku hantam disini. "Kalaupun diharuskan sedih seharusnya lo yang nangis darah karena itu anak lo."

"Maaf," ucap Acel. Tara terdiam bingung sendiri dengan percakapan yang ia dengar, Rigel menarik nafas dalam-dalam agar emosinya sedikit mereda. "Gue butuh bicara empat mata sama lo," lanjut Acel lalu mereka berjalan mencari tempat sepi.

"Kalau Tara resmi jadi pacar lo sekarang, Primily balik ke gue, setuju?" tanya si Acel yang super licik ini.

Jelas Acel ingin balik pada Primily sebab bayi di perut gadis itu telah hilang. Rigel tersenyum kiri mendengarnya. "Oke, lo berdua sama bangsatnya jadi cocok," ketus Rigel yang sudah tahu sikap asli dari mereka berdua.

Sejujurnya ia berat harus melepaskan Primily, ia sangat menyayangi wanita itu. Acel menerima ucapan apapun yang keluar dari mulut Rigel, karna ia berhak mendapatkan itu bahkan kata-kata lebih kejam, "setelah Primily bangun bilang sama dia kalau lo berdua resmi pacaran."

Permintaan Acel membuat sikap Rigel menjadi canggung pada Tara, gadis itu sedari tadi memilih diam. Sebelum Primily sadar Rigel harus menjadikan Tara pacarnya, mengapa rasanya lidah seperti kelu saat ingin mengungkapkan rasa ini pada Tara.

Mereka berdua terdiam selama lima belas menit di kursi tunggu yang berada di dekat ruangan Primily. "Tara." Panggil Rigel gugup.

Tara menoleh dengan wajah polosnya. "Apa?"

"Hmmmm...."

Dasar Rigel payah! kembali lagi terdiam. Tak lama ruangan Primily kembali terisi tangisan gadis itu, artinya Primily telah sadarkan diri.

"Bayiku hiks ... bayiku!" ucapnya berulang-ulang, Acel langsung memeluk pacar gelapnya itu.

"Tenang sayang," kata Acel sambil mengusap lembut puncuk kepala Primily.

Ini sudah saatnya Rigel mengutarakan rasanya, "lo harus jadi pacar gue!" kata Rigel.

Sungguh Tara terkejut mendengarnya. "Hah?"

"Gue first love lo," balas Rigel.

Tara mengedipkan matanya berulang-ulang, ini seperti mimpi baginya, Rigel bukanlah Hero yang mudah terus terang, jadi sekalinya terus terang pasti langsung dapat dipercaya, "pacar?"

Rigel mengangguk mantap. "Mau kan Tara?"

"Hmmm...." Tara menimang-nimang sedangkan waktunya sudah semakin menipis.

Terpaksa Rigel harus berbohong. "Gue si pemilik akun bernamakan Pahlawan yang mengunakan foto profil Marvel, gue juga yang selalu baca dan komen karya lo, gue Tara cinta yang lo anggap hilang itu, ayo kembali kita tata ulang mau kan?" tanya Rigel dengan wajah yang benar-benar meyakinkan.

Jantung Tara berdetak kencang, akhirnya ia mengetahui siapa si pemilik akun itu, artinya Rigel mencari tahu tentang Tara. Cinta ini sepertinya nyata untuk Tara, tak ada alasan untuk menolak.

Overthinking [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang