9.Dilabrak

248 21 0
                                    

Ancaman itu terus berdatangan pada Rigel, bahkan sampai membawa nama Primily, ia tak ingin pujaan hatinya tersakiti. Akhirnya dengan sangat berat hati keputusan yang sulit itu Rigel iyakan. Rigel janji setelah bukti terhapus semua ia akan keluar dari geng sialan itu.

"Siapa yang meriksa handphone gue kemarin?" tanya Rigel dengan wajah yang super duper dingin, bayangkan ia langsung ke ruangan OSIS, Rigel ingin menghabisi orang yang dengan lancang membaca pesan dari Primily.

Semua OSIS saling bertatapan, mereka juga tahu bahwa Rigel terkenal dengan gaya nengil dan kemampuan bela diri yang mahir. "Novia." Ucap Syila karena anak itu tak ada di ruangan.

Rigel terdiam begitupun orang-orang yang ada di ruangan tersebut, sungguh Rigel tak habis pikir jika benar pelakunya Novia apa tujuannya? mungkin kesal sebab Rigel siram. Tangannya mengepal dan menuju pintu lalu pergi begitu saja. "Oh shits!" umpatnya.

Ruangan itu langsung ramai, terlebih wanita di dalam langsung menceritakan pesona tampan dan dingin yang membuat wajah Rigel semakin dikagumi.

"Gagal ginjal kalau gue ajakin belajar terus pinter pasti bakalan jadi lulus ginjal bar." Ucap Hero yang tengah sarapan di kantin dengan Bara.

Bara tersedak mendengarnya. "Konsepnya bukan gitu!"

"Cuci darah pakai sabun apa kira-kira?" tanya Hero.

Gilanya kumat, Bara memelih diam. "Pandangan gue suka kabur, gue kejar bakalan jelas nggak sih?" lanjut Hero sambil meminum jusnya.

"Kalau bola mata bisa dipakai main bola bekel nggak?" tanya Hero sambil memandang Bara.

"Sini mata lo gue cokel!" kesal Bara dan Hero langsung tertawa puas.

"Hahaha!"

Mereka berdua melanjutkan makannya. "Bara, anak kelas dua ada pengumpulan data identitas ya?"

"Iya," balas Bara. "Tahu dari mana lo?"

"Adik gue kan kelas dua," balas Hero mengingat Rigel.

"Bangga banget ngaku Rigel adik," balas Bara yang tahu kalau Hero sering terkena sial karena Rigel.

"Ya gimana ya, udah cinta sampai ke usus," balas Hero.

Jam istirahat adalah yang paling ditunggu-tunggu Hero untuk mencari tahu identitas Tara. "Tapi tunggu." Hero seperti merasakan aneh saat mengucapkan kata identitas.

Ia mengendap-ngendap menuju ruang TU. Lumayan sepi sebab para Ibu-ibu TU bila jam istirahat suka merumpi.

Hm, sebentar. Apa kegiatan membicarakan orang itu kegemaran setiap wanita? tidak sepertnya karena Hero juga suka merumpi dengan bara, katakanlah Hero ibu-ibu gaul.

"Imanuel Luis?" Tanya Hero pada dirinya sendiri saat membaca nama ayah Tara. "Kok gue kaya pernah denger...." Hero menepuk keningnya sendiri.

"Oh ya!" ucapnya yang ingat tentang kasus tersebut, Hero menghafalkan tanggal lahir Tara. "Dua hari lagi Tara sweet seventeen?" sepertinya Hero punya rencana bagus untuk ini. Ia terkejut karena saat membalikan badan ada Bu Melani yang tengah tersenyum manis.

"Sejak kapan Bu belajar jadi Ninja, disini ada disitu ada?" tanya Hero dengan senyumannya.

Kalian pasti tahu akhirnya, Hero di hukum mengepel lapangan oleh Bu Melani.

Orang-orang yang menatap Hero bingung, sebab anak itu terkena hukuman malah terlihat senang, bahkan ia sambil bernyanyi-nyanyi. Yang paling mencolok adalah Hero merupakan Kakak Rigel tapi mengapa sikap mereka sangat amat bertolak belakang?

Overthinking [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang