36.Kehadiran Nasa

150 15 0
                                    

"Kenapa kamu ro?" tanya Rain. Hero segera mungkin merubah raut wajahnya.

"Nggak Bun." Kilahnya lalu pergi ke kamar untuk berpikir.

Di kamar Hero berjalan mondar-mandir mencari solusi, Rigel yang tengah bermain game di ranjangnya merasa risih.

"Lo diem bisa gak?" tanyanya ketus.

Hero menoleh pada Rigel dan duduk di sebelah kiri ranjangnya. "Gel kalau Primily satu sekolah lagi sama lo, apa tanggapan Tara?"

"Sekolah dengan perut yang besar?" tanya balik Rigel.

"Ah iya juga," balas Hero. Mungkin ini sudah jalannya.

Wajah bingung Hero membuat Rigel bersorak gembira di lubuk hati sana.

"Lo mau deketin Tara lagi?" tanya Hero.

"Urusan?" tanya balik Rigel.

Jika bukan adiknya sudah Hero cingcang, ia pun berdiri dan pergi dari kamar untuk mencari angin agar tidak terlalu pusing.

Kejadian hari kemarin terlintas di benak Tara, malam ini mungkin ia tak akan overthingking lagi, ia tersenyum manis. "Hero ... hm baik sih, tapi nggak bisa digapai," ucapnya lalu berjalan menuju laci untuk mencari kacamata pemberian Hero kala itu, Tara berniat memakainya besok.

Kacama itu sudah Tara pegang, ia tersenyum-senyum sendiri dan langsung mencobanya. Pandangan yang tadinya buram jadi nampak terlihat jelas, bagaimana Hero bisa tahu ukuran min Tara.

"Gel tukeran kendaraan mau nggak, nggak enak gue kalau jemput Nasa pakai motor," ucapnya pada Rigel yang tengah mengancingkan seragam. Pagi ini perdana Nasa akan sekolah.

Tanpa menjawab Rigel melamparkan kunci mobilnya, ia juga harus ikut membantu ini agar rencananya berjalan sempurna. Hero pergi menggunkan kan mobil Rigel sedangkan Rigel menggukan motor Hero.

Nasa terlihat cantik menggukan kembali seragam SMA, dalam wajah cantiknya itu terlihat kegugupan. "Om titip Nasa ya," kata Ibra pada Hero.

"Siap om, aman sama saya mah," balasnya lalu menarik Nasa untuk di sebelahnya. Mereka berpamitan.

Di dalam mobil Hero coba menghibur Nasa kalau semua akan berjalan baik-baik saja, padahal ia sendiri tak tahu nanti akan seperti apa. "Nanti gimana?"

"Apanya? kamu cantik kok," balas Hero menggoda.

Senyum Nasa terukir tipis. "Ih serius dulu om!" balasnya kesal.

"Hei, mana ada aku om-om," omel Hero.

Walau ragu Nasa tetap mengatakannya. "Nanti jangan akui aku sebagai pacarmu di sekolah-"

"Nggak, apaan si Nasa. Nggak ah, santai aja kali ... Tara ngerti kok," balasnya.

"Dia masih inget aku nggak ya?" tanya Nasa dengan wajah murungnya.

"Siapa yang nggak inget gadis cantik blasteran indo surga ini?" tanya balik Hero coba menggoda.

"Ishhhh, Hero!" rengek Nasa malu.

Sekolah yang Ibra pilih memang benar bagus, Nasa senang walau ada sedikit rasa resah di hatinya.

Novia tengah make up tipis di dalam mobilnya lalu melihat kesamping ada mobil yang baru saja datang, Novia pun keluar dan ia terkejut saat melihat Hero alashil ia bersembunyi di belakang mobil Hero, yang lebih mengejutkan ada gadis yang ikut turun dari mobil tersebut.

"Aku ke kelas sendiri aja ya, nggak enak kalau berdua sama kamu," ucap Nasa.

"Nggak aku anter aja," balas Hero yang khawatir.

Overthinking [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang