Setiap ada celah sekarang Rigel selalu mengganggu Tara, entah untuk mencari kesenangan semata atau memang niat dari hati.
Bahkan gosipnya sudah menyebar ke penjuru sekolah tentang kedekatan dua manusia berwajah datar itu. Kadang Tara bingung siapa yang menyebar gosip itu hingga bisa langsung pesat.
Novia jelas patah hati, ia ingin menjambak rambut Tara tapi selalu Acel awasi, Acel tak mau rencananya gagal hanya karena gadis centil ini.
"Sabar pasti lo dapet giliran!" ketus Acel pada Novia yang mengerutkan bibirnya melihat Rigel berjalan di sebelah Tara.
"Pergi lo!" ucap Tara tanpa menolah pada Rigel yang berdiri di sebelahnya, Tara tahu sekarang ia jadi pusat perhatian dan ya, akan jadi santapan bully di kelas.
Kenyataannya tidak sama sekali karena orang-orang enggan berurusan dengan Rigel, jujur Tara jadi merasa terjaga bila dekat dengan Rigel.
Sepulang sekolah Rigel selalu menarik tangan Tara untuk pulang bersamanya, kalian tahu dari jauh Hero tersenyum sedih melihat itu.
"Besok gue nggak mau balik bareng lo!" ketus Tara.
"Kemaren juga lo bilang gitu," balas Rigel dengan wajah datar.
"Ya tapi lo kan maksa!" ketus Tara.
"Ya terus?" tanya Rigel tanpa menoleh.
Tara geram sendiri, ia mendengus kesal. "Dasar keras-"
Ucapan Tara terhenti saat mengingat umpatan itu ia gunakan hanya untuk Hero, Tara langsung terdiam. "Ngapain mikirin cowok yang udah punya cewek," kata Rigel seolah mengerti kenapa Tara melamun.
"Nggak tuh!" balas Tara berbohong.
Rigel terdiam, ini sudah ke lima kali Rigel mengantarkan Tara pulang, "makasih!"
Tanpa menjawab Rigel memasuki mobil dan pergi begitu saja, Tara berdecih bingung.
Malam harinya setelah makan malam Tara terdiam di kamar sambil memikirkan ucapan Rigel, dia benar. Untuk apa Tara memikirkan Hero yang jelas-jelas sudah punya pacar, ya katakanlah Tara bodoh sudah menyimpan sedikit rasa pada laki-laki yang mengajaknya berselingkuh.
"Gue nnggak boleh serendah itu!" ucap Tara kepada dirinya sendiri.
Hero menghembuskan nafas lelah saat ia baru turun dari angkutan umum, mata Hero membulat saat melihat ada motor sport berwarna hitam di depan rumahnya artinya ada tamu, teman Rigel? ah anak itu mana mungkin punya teman.
Ketika Hero membuka pintu Farel melamparkan kunci pada Hero, Rain tersenyum pada putranya yang tengah kebingungan. "Apa ni apa nii?" tanya Hero dengan wajah yang ia buat curiga.
Farel ikut tersenyum, "maafkan Rigel suka ninggalin kamu, jadi sebagai gantinya kamu ayah beli kan motor biar lebih gampang juga, udah kelas dua belas kan?"
Tanpa malu Hero langsung memeluk Ayahnya. "Makasih lho yah padahal aku nggak bisa bawa motor," kata Hero bergurau lalu melepaskan pelukannya.
Rain terkekeh kecil. "Ya jangan di bawa, di dorong aja!"
"Ide bagus Bun sekalian pasangin centong isi bubur ayam aku mau dagang," balas Hero membuat orang tuanya tertawa renyah. Ini lah Hero berbeda dari Rigel.
Hero merangkul kedua orangtuanya itu sambil berjalan ke meja makan, jujur Rain merasa bersalah akan hari itu tapi Hero masih baik padanya. "Bagi dua hasilnya sama ayah Ro." Ucap Farel.
"Iya yah kalau buburnya nggak laku aku bagi sebaskom buat Ayah." Kata Hero.
"Gendut nanti Ayahmu!" balas Rain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Overthinking [END]
Teen FictionOverthingking adalah keadaan dimana manusia berpikir secara berlebihan sehingga bisa menyebabkan takut akan masa depan yang belum terjadi, hanya orang kuat lah yang bisa tidak meragukan hal itu dan aku bukalah manusia kuat tersebut, sialnya lagi ak...