8.Mengungkapkan

298 26 0
                                    

"Tara gue jujur, gue suka sama lo," ucap Hero menjelaskan.

"Sejak kapan?" tanya Tara membuat Hero langsung membeku di tempat, bahkan ia tak tahu rasa ini benar-benar sudah ada atau hanya demi Nasa.

"Mati itu kapan datangnya?" tanya balik Hero.

"Nggak tahu," balas Tara.

"Itu jawabannya, lo nanya pertanyaan yang bahkan gue aja nggak sadar kapan rasa ini tumbuh, lo butuh gue Ra." Ucapnya membuat Tara bingung.

"Butuh?" Hero mengangguk. Tara tersenyum kiri tak mengerti.

"Tara plis gue cuma butuh kerja sama lo," ucap Hero memohon.

"Tara..."

"Altara...."

"Altara-"

"Jangan maksa!" kesal Tara.

"Kapan kita mati itu nggak tahu datangnya Ra, sebelum itu terjadi lo harus jalani hari-hari ini sebaik dan sebahagia mungkin, gue bisa bantu itu Altara, stop overthingking. Ayo kerja sama," ucap Hero dengan wajah serius.

"Gue nggak butuh lo," balas Tara.

"Gengsi berlebihan nggak baik," ucap Hero.

Tara berdecih, percaya diri sekali laki-laki di sebelahnya ini. "Gue denger kabar orang berlebihan percaya diri beresiko mati muda," kata Tara menaukuti.

Hero terkekeh kecil. "Kalau gue mati muda siapa yang bakalan nemenin masa depan lo?"

"Yang penting bukan lo!" ucap Tara sengit. Mereka sudah keluar dari sekolah dan berjalan menuju halte.

"Gue yakin lima ata empat tahunan lagi lo nyesel ngomong gitu," balasnya.

"Yang ada gue bangga bisa ngomong gitu," kata Tara. Hero tertawa kecil.

"Tahu nggak lo nyeselnya saat lagi apa?" Tara diam. "Saat dipelukan gue disitu posisinya kita udah lama kerja sama bangun cinta."

"Ya-ya-ya," balas Tara dengan bola mata yang berputar.

"Tara keras kepala itu bukan sifat lo kan?" tanya Hero.

"Berkat lo gue jadi keras kepala!" jawabnya ketus.

Hero tersenyum semakin lebar. "Tuh kan apa kata gue, lo bakalan banyak berubah kalau kita kerja sama."

"Tapi ini berubahnya jadi lebih buruk!" balas Tara.

"Ya kan baru sebentar, coba kalau lama mungkin aja-"

"Gue nggak butuh kemungkinan, yang gue mau kepastian." Entah mengapa mulut Tara terus menjawab ucapan Hero. Mereka duduk di kursi tunggu halte.

"Gue bisa kasih keduanya," balas Hero yakin. "Hari ini gue kasih ke mungkinkan dan besok kita membuktikan agar pasti, setuju?"

"Lo gila," kesal Tara.

"Semakin lo puji gue semakin gue yakin kalau gue nggak salah orang buat suka." Ah rasanya ingin sekali Tara mencubit ginjal Hero.

Overthinking [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang