45.Akhirnya [EDN]

537 27 12
                                    

Aneh sekali semua anak di kumpulkan di lapangan sebelum melaksanakan ujian. Tara dapat melihat Rigel tapi tidak dengan Hero, entah anak itu kemana. Tak mungkin jika tidak masuk sebab ini penentu mereka lulus dan tidaknya.

Kesiswaan mulai menaiki panggung dan memegang mic, semua anak menyimak. Hero benar-benar tak terlihat.

"Baik anak-anak bapak ingin menyampaikan sedikit keluhan tentang sekumpulan organisasi terlarang yang dari dulu sudah pihak Baines bubarkan, tapi masih saja ada. Armstrong, sekarang masih beroperasi bahkan memakan banyak korban. Semalam saya sendiri mendengar kabar bahwa wakil ketua OSIS kita juga pemakai, saya tak perlu menyebutkan namanya pasti kalian tahu, kami pihak sekolah tidak bisa membenarkan salah satu sebab keduanya sama-sama salah, tapi yang lebih salah yaitu penyebarnya, fatalnya sang wakil ketua OSIS sekarang tengah mengalami sakit yang cukup parah, itu adalah efek samping dari barang haram tersebut, zat-zat berbaya yang terkandung dalam barang itu menyebabkan rusaknya di sel otak bagi wakil ketua OSIS," ucap kesiswaan membuat semua anak menjadi ricuh.

Terutama Tara, wajahnya berubah menjadi pucat, ini yang tak ia inginkan. Rigel pasti akan tertangkap. "Setelah beberapa kali gagal mencari info akhirnya ada salah satu yang melapor pada kami, ketua itu adalah..."

Semua nampak tegang dan penasaran, Novia tersenyum kiri mendengar itu. Ini memang ulah dirinya yang mengadu pada kesiswaan, bila tak bisa mendapatkan Rigel setidaknya Rigel tak boleh terlihat dimiliki oleh siapapun di hadapannya.

"Rigel Canis Majoris, silahkan kemari untuk bertanggung jawab tentang ulah yang diketuai oleh mu," lanjutnya.

Deg....

Jantung Tara benar-benar langsung berpacu kencang, kenapa baru sekarang semua terbongkar disaat akan ada ujian.

Dengan santai dan wajah dinginnya Rigel melangkahkan kakinya menuju ke depan. "Saya bukan ketuanya," ucap Rigel jujur, sebab sampai saat ini ketunya masih Calvin.

"Benar begitu?" tanya kesiswaan. Rigel mengangguk sebagai balasan.

Jawaban Rigel membuat kesiswaan tersenyum tipis, sang ketua OSIS pun langsung mengeluarkan paket yang berada dalam tas Rigel. "Ini tas milik mu?" tanya ketua OSIS. Rigel menoleh sekejap lalu mengangguk.

Semua kembali ricuh tak menyangka dengan apa yang baru saja mereka lihat, Acel terlihat bahagia melihat Rigel. Kemarin Acel dan Novia yang merencakan ini dengan menuduh bahwa Rigel adalah ketuanya. Brengsek memang.

"Sudah cukup menjadi bukti jika kamu bersalah?" tanya kesiswaan.

Rigel terdiam beberapa detik lalu kembali membuka suara. "Saya bukan ketuanya, saya hanya anggota yang masuk dalam bentuk paksaan," tutur Rigel jujur.

"Jika benar kamu bukan ketuanya lantas mengapa barang itu hanya ada di tas kamu, tadi para anggota OSIS telah menggeledahnya, sebab ketua adalah orang yang berani mengambil keputusan berat seperti mu ini, masih mau mengelak?" tanya kesiswaan yang terdengar sudah muak.

"Saya berkata jujur, saya bukan ketuanya dan barang-barang itu bukanlah sejenis konsumsi yang berbahaya, itu hanyalah sebuah permen biasa," kata Rigel membuat mata Tara membulat, sudah ketangkap masih saja bisa mengelak.

"Benar kah begitu?" tanya ketua OSIS. Sebelum menjawab mata Rigel mencari keberadaan Tara yang baris paling depan, ia tersenyum manis dan mengangguk.

"Benar, apa harus saya sekarang membuktikan dengan cara mengonsumsinya di depan kalian langsung ?" tanya Rigel.

"Harus!" teriak anak-anak serempak, ah sial. Bagaimana jika tubuh Rigel tidak kuat dengan zat berbahaya yang ada di dalam permen tersebut?

"Berikan padanya!" perintah kesiswaan, para guru hanya bisa geleng-geleng kepala melihatnya.

Overthinking [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang