17.Tolong

203 21 0
                                    

Novia menarik paksa tangan Tara untuk mengikuti mereka. Sungguh tempat ini sangat sepi.

Syila mendorong hingga Tara tersungkar di tanah. Mereka memberikan tatapan tajam pada Tara. "Lo pikir gue nggak tahu lo kemarin modus sama Rigel dan Hero?" Tanya Novia. Ya, memang kemarin saat dimintai jemput Rigel tengah mengantar Novia berbelanja dan dengan seenak jidatnya laki-laki cuek itu meninggalkan Novia, karena penasaran akhirny Novia mengikuti dari belakang.

"Udah jadi sampah aja bisa-bisanya maruk, gila nggak tahu malu!" ucap Kayla sambil mencudah kesembarang tempat.

Jika bukan Hero maka Tara yang terkena imbasnya dan itu penyabab mengapa Tara sangat menjauhi semua orang. "Hero dan Rigel bukan siapa-siapa," balas Tara yang masih terduduk di tanah.

"Di sini gue tegasin ya anak napi dari rahim orang gila Rigel is mine, understand?" tanya Novia sengit dan Tara mengangguk kecil walau hatinya sangat tak terima itu.

"Satu lagi, apa harus gue kasih kaca yang gede biar lo sadar diri kalau Hero itu bukan sandingan yang tepat buat lo, jijik tahu nggak gue liatnya!" timpal Kayla yang dari awal mengagumi ketampatan Hero.

Dalam hati Tara menggertu mereka tak tahu saja bahwa laki-laki pemaksa itu sebenarnya sama keras kepala dengan dirinya.

"Jauhin Hero!" tegas Kayla.

"Rigel juga!" lanjut Novia.

"Jangan cari panggung sama mereka, inget diri lo siapa, cuma sampah!" timpal Syila membuat luka itu sempurna di hati Tara.

"Iya kak," balas Tara pelan.

Tiba-tiba saja Novia melemparkan benda ke dalam danau yang terdapat banyak lumut. "Ambil buat gue, cepettt!!!" perintah Novia membentak. Tara melihat ke danau itu, pandangannya buram yang ia lihat hanya hijau.

"Ambil!!!" kata Syila dengan nada meninggi. Tara bangkit dari duduknya dan berjalan ke dekat danau, perlahan danau itu jelas. Mata Tara membulat saat wajahnya mendekati danau.

Firasat buruknya mulai berdatangan, di dalam sana bisa saja ada yang membahayakan baginya dan yang paling bisa ia tebak pasti ketiga setan ini akan meninggalkannya disini.

Tara menoleh pada ketiga nenek lampir dan tersenyum kecut sebagai tanda tak menerima  penolakan. "Cepetan!" kata Novia.

"Kak ini terlalu bahaya," balas Tara jujur.

"Gue nggak mau tahu!" bentak Novia tak terbantahkan.

"Tapi janji kalian jangan ninggalin," tawar Tara yang diberi anggukan oleh ketiganya, ketiganya memang tahu Tara akan berkata seperti itu.

Tara bergidig ngeri sebelum memasuki danau ia membuka tasnya, baju putihnya perlahan terkena lumut. Novi dan kedu sohibnya bergidig jijik melihat itu. Ternyata tidak terlalu dalam bagi Tara yang memiliki perawakan tinggi, tanggannya mulai meraba mencari barang milik Novia.

"Barangnya apa?" teriak Tara.

"Kunci mobil!" balasnya berbohong.

"Kalau nggak ketemu kita nggak bisa pulang, cepet!" tandas Kayla. Tara mengangguk dan coba mencari lagi.

Kunci mobil benda sekecil itu, rasanya sangat sulit untuk dicari. Tara berusaha semaksimal mungkin. Ia memasukan wajahnya ke dalam air dan mencoba membuka mata, tak sadar air itu ia telah sedikit terminum dan rasanya sangat pahit. "Uhuk!" Tara terbatuk dan saat melihat ke sana sudah sepi tak ada siapapun, benar. Ia terus saja dikerjai.

"Aaaaaaaaaaaaa!" teriak Tara menggema ke tempat yang tak berpenghuni ini.

Tara coba naik keatas dengan baju dan sepatu yang basah, ia juga lupa tak membawa ponsel. Tubuh kecilnya mulai kedinginan, entah kemana langkah Tara tertuju, tak habis pikir apa ketiga ular itu psikopat? senang sekali membuat orang menderita seperti ini.

Overthinking [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang