27.Menyerah

166 19 0
                                    

Sewaktu umur Hero empat tahun ia sering sekali mendengar Rain menangis berteriak mengacak benda-benda di kamar, mungkin karena faktor tak punya siapa-siapa, apa lagi dulu Rain masih sangat muda saat memiliki Hero kecil, mereka juga sengaja mengasingkan diri dari keluarganya jadi seperti Rain menanggung semuanya sendiri tanpa siapun yang bisa mengertinya sebelum Farel datang mengubah hidup Rain. Bila Rain kambuh ia selalu meminum obat penenang, penyakitnya juga kambuh saat malam, ia kira Hero tertidur dan tak akan mengetahuinya tapi kenyataannya Hero mendengar dan ingat jelas sampai laki-laki itu mengalami penyakit PTSD (post-traumatic stress disorder) atau gangguan stres pascatrauma adalah gangguan mental yang muncul setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa yang tidak menyenangkan. PTSD merupakan gangguan kecemasan yang membuat penderitanya teringat pada kejadian traumatis.

Yang dapat Hero ingat dengan jelas adalah suara Rain yang menyebut nama Vinson berulang-ulang, dari situ Hero tahu nama belakangnya itu diambil dari nama ayahnya yang ia tahu telah mencampakkan dirinya dan Rain. Bila diingat-ingat kadang Hero sangat membenci sekali pada ayah kandungnya itu, menghamili lalu lari dari tanggung jawab. Banci!

Tatapan antara Farasya dan Hero langsung terputus karena Farasya mulai kambuh, ia mengacak rambutnya dan berteriak. "Pergi-pergi!" usirnya berteriak, persis sekali dengan Rain kala dulu.

Dada Hero langsung terasa sesak, ia jadi sangat sedih. Dulu memang penyakit ini sudah sembuh tapi akan kambuh bila mengingat kejadian yang sama. Air mata Tara tak hentinya terjatuh.

"Maaa," lirih Tara tersedu-sedu.

Kepala Farasya semakin menggeleng-geleng. "Aaaaaaaaa!" teriak Farasya sambil menendang tubuh Tara.

Saat Tara tersungkar ke tanah Hero tak membantunya karena ia sendiri tengah kalut, "Bu tenang," ucap Amel lalu membantu Tara bangkit.

"Saya tidak punya anak, saya istri napi napi napi napi," kata Farasya berulang-ulang sambil menjambak kasar rambutnya.

Suara Farasya yang menggelegar membuat para tim medis datang, Amel menarik tangan Tara dan Hero untuk keluar dari ruangan ini. "Mama," ucap Tara nyaris seperti bisikan.

"Aaaaaaaaaaa!" teriakan Farasya menggelegar.

Bruak!

Barang-barang di dalam sampai jadi korbannya, Hero mematung saat sudah sampai di luar. "Kalian sebaiknya pulang," ucap Amel khawatir takut semua semakin parah.

"Tapi Mama-"

"Tara kamu hanya harus yakin kalau Mama mu akan bisa sembuh, do'akan dan kalian pulang yah," potong Amel, ia harus segera membantu menenangkan Farasya.

Tara mengangguk dan Amel pun langsung berlari ke ruangan Faraysa. Tara langsung menutup wajahnya dan terisak pilu, ia sedih dan hancur. Sebentar, mengapa Hero tak bersuara sama sekali?

Mata Tara menatap pada Hero yang diam dengan tatapan kosong, apa yang Tara takutkan benar terjadi. Hero juga tak bisa menerima ini. "Bilang sama gue, gimana caranya nggak overthingking saat punya latar belakang keluarga yang kaya gini Ro?" tanya Tara dengan suara parau.

Tetap, Hero diam tak menanggapi. "Apa ro?!" tanya Tara sedikit meninggi. "Gue selalu bilang sama lo jauhin gue Varo, ini baru setengah yang lo tahu, belum lagi ayah gue yang napi, lo deket sama gue sama aja deket sama sampah, gue berharap setelah hari ini lo ngerti sesulit apa gue menghadapi overthingking yang lo kira cuma main-main dan gue juga berharap ... kita jadi orang asing," lalu Tara tertawa hambar. "Sebentar, memangnya kita hanya sebatas orang asing kan? jadi kembalilah seperti semula, lo nggak akan bisa bikin overthingking gue hilang yang ada lo yang bakalan hilang," kata Tara. Ia kembali terisak.

Overthinking [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang