10.Armstrong

222 21 0
                                    

Tawaran dari Calvin itu langsung Rigel terima dan ia dibawa kesalah satu ruangan yang lumayan kotor, mirip dengan rumah kosong. Mata Rigel menyapu bersih seluruh ruangan ini, nampak di dinding terdapat beberapa coretan oleh pilox. Sampailah Rigel dan para anak buah Calvin di meja bundar, mereka duduk untuk memperkenalkan apa visi misi Armstrong.

Bruk....

Anak buah Calvin memberikan Rigel satu dus yang entah isinya apa, Rigel diam dengan wajah datarnya. Nathan selaku tangan kanan Calvin langsung menjelaskan apa isi di dalam dus ini. "Ini isinya rokok dan beberapa permen yang dirancang oleh atasan kita dapat membuat candu, tak jauh berbeda dengan rasa narkoba atau ganja, itu yang menjadi daya tarik dari apa yang kita operasikan, satu rokok atau permen kita jual belikan dengan harga yang tak main-main, bahkan bisa sampai satu juta ke atas. Dan guna lo disini jual ini dalam jangka waktu yang cepet sebab bila kita bisa cepat menjualnya sampai habis atasan akan memberikan lagi dengan cuma-cuma, keuntungan besar buat kita, soalnya kita beli juga harganya lumayan mahal dari pendapatan kita. Terakhir yang bisa jual cepet dan langsung ke tangkap Armstrong angkatan Chandra, ya karena nggak mudah jual barang terlarang ke anak-anak sekolah. Banyak yang mengawasi memantau dan menyerang dari belakang," ucapnya menjelaskan panjang lebar.

Para anak buah itu membuka dus-nya dan benar isinya permen dan rokok. Rigel memegang satu bungkus rokok terlarang itu. "Pembeli kita nggak cuma cowok tapi juga cewek, itu mengapa ada permen juga di dalamnya," tutur Nathan.

Rigel menatap dingin pada Nathan. "Apa efek sampingnya?"

Mendengar pertanyaan itu Nathan tersenyum kecut sendiri, ia masih ingat jelas salah satu teman dekatnya ada yang terkena candu dan mengalami efek samping yang cukup parah. "Bikin candu, geger otak dan bisa jadi gila. Itu yang bikin ini bener-bener terlarang, contohnya Harry anak Baines dia geger otak sampai meninggal dan itu bukan yang pertama kalinya."

Apa-apaan ini, Rigel harus mendapatkan keuntungan dengan nyawa seseorang sebagai taruhannya? Ini sudah sangat gila menurutnya. "Gimana?" tanya Calvin yang baru menampakan wujudnya.

Terjadi keheningan beberapa menit. Lalu Rigel kembali membuka suara. "Kalau gue bisa jual ini dengan cepet, gue keluar. Deal?"

Malah Calvin yang sekarang terdiam, ia sebagai ketua angkatan ini tak boleh mengecewakan angkatan sebelumnya, ya Calvin memang dari kalangan orang berada, ia menjalani ini hanya untuk mencari nama panggung. "Dalam jangka empat bulan lo berhasil ngabisin satu dus, sepakat lo boleh keluar." Rigel tersenyum kiri mendengarnya. "Ada satu syarat lagi." Lanjut Calvin membuat alis Rigel terangkat satu. "Ikut gue, ini masalah lain."

Calvin menjelaskan pada Rigel tentang keinginan Novia dan menjelaskan juga kalau mereka bersaudara. "Kalau lo nggak mau, bukti dengan mudah langsung sampai ke bokap gue," rahang Rigel mengeras, ia selalu mendapatkan ancaman seperti itu, sialan.

"Oke," balas Rigel singkat lalu pergi dari hadapan Calvin. Acel datang saat Rigel pergi.

"Berhasil," ucap Calvin pada Acel dan mereka berdua tersenyum penuh kemenangan.

Primily Edrea Leta Leteshia adalah anak kesayangan orang tuanya, sebab dia adalah anak satu-satunya jadi kesalahan sebesar apapun orang tuanya tetap sayang dan mendukung, bahkan apapun selalu dituruti. Sekarang Primily tengah mengangis akibat mimpi buruknya. "Telpon ya sama momy Rigelnya?" tanya Ibu Primily dan ia pun mengangguk.

Rokok itu Rigel matiikan saat telponnya berdering. Isak tangis Primily membuat Rigel khawatir. "Ri-ri-ri-gell aaahh!"

"Ada apa?" tanya Rigel hingga raut wajahnya berubah panik. Ya, raut wajah anak ini berubah bila memyangkut gadis tersebut.

Overthinking [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang