23.Serangan

163 16 1
                                    

Susana dalam mobil jadi sedikit mencengkram, terlebih suara Hero yang bertanya terdengar tengah berapi-api, Rigel dalam hati terkejut, ternyata kemarahan Tara sungguh berpengaruh bagi Abang sialannya ini.

Rigel terdiam tak menjawab, dasar. Apa tidak tahu ini kali pertama Hero sedikit tegas padanya. "Diem lo bikin gue yakin kalau lo ada apa-apa sama Tara yang sampai bikin dia terpengaruh buat jauhin gue," kata Hero.

Mendengar itu Rigel berdecih. "Cih, gak penting," ketusnya. Hero menarik nafas dalam-dalam.

"Jujur deh, terus ngapain lo peduli?" tanya Hero. Lagi dan lagi Rigel terdiam membuat kecurigaan Hero seolah nyata. "Cih, munafik."

"Kasihan cewek lo," jawab Rigel membuat Hero semakin bingung, rasanya sekarang ia ingin menjitak adiknya ini.

"Urusan gue, apa peduli lo," ucap Hero meniru gaya bicara Rigel.

Setelah itu mobil diselimuti keheningan, banyak pertanyaan dibenak Hero, tapi ia sedikit gengsi untuk bertanya. "Gue tahu lo dari kecil, lo bukan tipe orang yang peduli sama urusan orang lain yang nggak ada sangkut pautnya sama lo, apa lagi ini sekarang, dari semua ciri di tubuh dan sikapnya Altara bahkan satupun nggak masuk di list kriteria cewek idaman lo, terus tiba-tiba lo bilang gue harus jauhin dia, nggak mungkin tanpa alasan kan?" Rigel tak menjawab, ia fokus menyetir hingga membuat urat-urat di pelipis Hero bermunculan.

"Rigel!" panggil Hero dengan nada meninggi.

Sorot tajam mata Rigel menoleh sekilas pada Hero. "Dia first love gue," balasnya ketus.

Hero langsung ternganga, jawaban dari adiknya membuat pusing ini semakin bertambah. "Hah?" tanya Hero.

Rigel berdecak kesal. "Lo mau gue cerita semua, apa empat kata tadi nggak cukup?!" kata Rigel dengan wajah dingin.

Empat kata? yang benar saja, ya tidak sama sekali! Hero pasrah mungkin lambat laun ia akan tahu dengan sendirinya.

Sore harinya Hero berkunjung ke rumah kediaman Nasa yang baru, disini ada asisten rumah tangga yang Ibra bawa dari Bandung. BI Mimin namanya, baik sekali. Nasa dan Bi Mimin lumayan dekat jadi Hero tak terlalu khawatir bila Ibra tengah bekerja, Nasa di rumah tak kesepian.

"Mau dibuatkan apa den Hero?" tanya Bi Mimin.

"Apa aja deh yang ada, tapi kalau bisa jus alpukat ya Bi," guraunya. Bi Mimin tertawa kecil begitupun Nasa.

"Ya langsung bilang aja mau jus alpukat ih!" kesal Nasa dengan senyum manisnya.

"Kan wajib basa-basi dulu ih," balas Hero.

Hero kesini ingin menceritkan tentang Tara yang marah besar padanya dan Rigel yang tiba-tiba peduli dan berkata bahwa Nasa first love-nya. "Masa sih?" tanya Nasa saat cerita itu berakhir.

"Serius aku, kamu inget-inget coba deh," ucap Hero.

Nasa coba mengingat dan hasilnya nihil. "Nggak, ku rasa dulu TK nggak punya temen yang namanya Rigel." Ucap Nasa mengingat masa kecilnya.

Hero mengusap lembut puncuk kepala Nasa. "Anak itu emang nggak seterkenal aku," balasnya dengan percaya diri.

"Ya-ya-ya, kamu terkenal dan biang onar!" balas Nas, Hero terkekeh kecil mendengarnya.

"Soal homeschooling kamu, gimana? nyaman kan," kata Hero.

Raut wajah Nasa langsung berubah sedih. "Nggak, aku bosen nggak ada temen."

"Yaaah, nanti hari sabtu aku temenin deh sekolahnya kesini ya," ucap Hero.

"Serius?" tanya Nasa dengan senyum manisnya.

Overthinking [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang