Rigel tengah duduk di balkon kamarnya memikirkan semua yang sudah kacau ini, pertama ia harus menjadi ayah dari anak Primily, kedua ia telah bergabung dalam geng sialan itu, ketiga ia harus berpacaran dengan Novia dan menutupi ketiga rahasia besar ini dari Primily. Kepala Rigel rasanya sebentar lagi akan meledak.
"Cewek saraf," ucap Rigel mengingat permintaan Novia.
"Dipanggil Bunda." Kata Hero yang baru datang dari menjenguk Nasa.
Tanpa mengucapkan apapun Rigel keluar menemui Ibunya. "Ya elah gel, makasih kek," ucap Hero ketika adiknya sudah hilang dari hadapan dirinya.
Hari ini adalah hari Guru jadi Baines tidak KBM dan kalian pasti tahu semuanya sibuk terutama para anggota OSIS. Calvin bilang hari ini Rigel harus berkata perihal perselingkuhan pada saudaranya itu.
Acara apapun itu Tara selalu pergi ke belakang perpus menghindari tatapan dan ucapan jahat dari mereka semua. Ia dibuat terkejut saat melihat ada laki-laki yang tengah merokok dengan baju urak-urakannya. Itu adalah Rigel, ia menoleh pada gadis yang baru datang. Rigel masih ingat ini gadis yang dekat dengan Hero dan waktu itu ia bantu. Ada keberanian besar pada hati Tara ia mendekati Rigel dan matanya langsung terfokus pada bagian dada Rigel yang terekspos sebab ia tak mengancingkan dengan rapi, keduanya terdiam dengan pikiran masing-masing, Tara sangat yakin luka yang Rigel miliki terjadi saat laki-laki itu mengambilkan buah mangga untuknya. "Canis Majiros, itu nama belakang lo kan?"
Bukan menjawab Rigel malah mematikan rokoknya dan mendekati wajah Tara, sontak Tara menjauhkan wajahnya, Rigel sangat tercium bau rokok. Anak itu hanya mendekat tak mengatakan apapun padahal dalam hati ia tengah mengagumi kecantikan Tara. Sudah itu Rigel melangkah pergi. "Lo my first love gue Rigel!" ucap Tara sedikit berteriak hingga langkah kaki Rigel langsung terhenti.
Firs love? bahkan mereka baru bertemu. Rigel membalikan badannya menatap tajam pada Tara, tatapan itu sangat menakutkan. "I-iya lo orangnya!" lanjut Tara sedikit gugup. Ia dari dulu menanti-nantikan hal ini. Kaki Rigel kembali melangkah mendekati Tara.
Wajah dingin Rigel seolah bertanya maksud ucapan Tara. "Lo dulu pernah ngajak gue nikah saaat kita TK," ucap Tara dengan badan sedikit bergetar sebab tatapan Rigel sangat intens. "Dan lo juga bilang suka saat itu."
Penuturan Tara membuat senyum kiri Rigel tercetak, bisa-bisanya ada gadis yang mengaku-ngaku seperti ini. "Salah orang," balasnya singkat dan ketus. Saat Rigel ingin pergi Tara menahan tangan laki-laki itu, sungguh Rigel akan marah jika ia di pegang oleh gadis selain Bundanya dan Primily.
Rigel membalikan badannya dan menarik Tara untuk Kedinding lalu ia tahan Tara mengunakan satu tangannya, wajah dingin itu menatap mata Tara dengan jarak yang sangat dekat hingga Tara bisa merasakan hembusan nafas Rigel, bahkan wangi parfum yang tercampur rokok dari tubuh Rigel tersebut dapat Tara cium. Ketampanan Rigel bertambah jika dari dekat seperti ini dan itu membuat jantung Tara tak aman, ia sampai menahan nafas. Rigel mengetahui ketakutan di wajah Tara. Jari Rigel mengetuk-ngetuk pelipis Tara. "Lo pikir gue peduli?" tanyanya ketus.
"Lo harus tanggung jawab!" balas Tara mencoba memberanikan diri.
Mendengarnya membuat Rigel berdecih sambil tersenyum kiri, kenapa hidupnya dipenuhi dengan gadis-gadis yang meminta pertanggung jawaban darinya akan hal yang ia tak ingat kapan dan dimana itu terjadi. "Berani juga lo," ucapnya.
"Mungkin lo nggak inget masa itu, tapi gue masih inget jelas, kita satu TK, setelah kejadian lo nyatain perasaan ke gue, lo pindah entah kemana ngebiarin gue sendiri terikat rasa suka ke lo," kata Tara dengan suara yang jelas.
"Terus?" tanya Rigel dengan alis tebal yang terangkat satu.
Tara menelan saliva di mulutnya dan menggigit bibir bawah karena ia mulai gugup, mengapa pula Tara harus menggigit bibir bawah seperti itu, bagi Rigel kegiatan seperti itu dapat membangkitkan hawa nafsunya. "Lo harus memastikan ini supaya gue nggak ngerasa digantung," balas Tara.
Mata Rigel fokus pada bibir Tara yang sekarang sudah basah. "Lo mau apa?" tanya Rigel. Posisi mereka masih sangat dekat.
"Kita tetap bersama karena gue yakin first love dapat mengubah hidup seseorang," kata Tara yang terobsesi pada film disney.
Pesona Tara dari dekat membuat Rigel tergoda dan ya katakanlah ia sedikit percaya pada kata-kata Tara. "Lo pikir gue percaya?" tanya Rigel.
"Luka di leher deket dada lo itu bukti, dulu lo jatoh saat ngambil mangga buat gue, lo pasti inget kalau nggak geger otak," balas Tara. Rigel sadar ia memiliki luka itu, tapi ia lupa itu terjadi karena apa sebab ia banyak berkelahi dengan orang-orang dan bisa saja itulah penyebabnya.
Rigel menatap mata Tara. "Lain kali nggak usah gigit bibir bawah," ucapnya lalu pergi begitu saja. Tara menghirup nafas dalam-dalam, kenapa ia tak berontak diperlakukan seperti tadi.
Semua anak Baines di haruskan berkumpul di lapangan untuk mengikuti rangkaian acara sekolah. Calvin berjalan ke lapangan diikuti Acel di belakangnya.
Acel yang mempunya nama asli Alatas Wijaya Pratama itu berkulit putih dengan mata yang sipit, sebab ia dan keluarganya orang China, dulu mereka tinggal di Bandung dan sekarang pindah ke Jakarta, ia sangat manis, bila tersenyum pesonanya semakin bertambah. Mata tajam Rigel melirik pada Acel, dari pertama masuk sekolah hingga sekarang ia baru melihat sahabat lamanya itu.
Saat tengah berjalan tiba-tiba saja ada papan spanduk besar yang akan menimpa mereka berdua, Acel dengan ceketannya mendorong Calvin dan berlari.
Suasana menjadi ricuh sekali terlebih bagi orang-orang dibarisan depan, bukan selamat Acel malah tertimpa sepanduk yang tadi terdorong oleh spanduk yang akan terjatuh.
"Aaaaaaaa!" jerit orang-orang yang melihat itu. Spanduk sialan itu membuat tubuh Acel tersungkar ke tanah dan merasakan tulangnya remuk akibat tertimpa, pandangannya mulai kabur, lalu ia pingsan begitu saja.
Acaranya menjadi gagal total, para ambulan berdatangan ke sekolah sebab yang terkena bukan hanya Acel, beruntungnya Calvin bisa selamat dari timpaan tersebut. Yang disalahkan para anggota OSIS yang memasangnya tidak benar hingga membuat banyak orang terluka. Dari banyaknya orang yang paling parah yaitu Acel. Rigel juga sebenarnya panik tapi wajahnya tak menujukan kepanikan itu.
"Lo nggak papa Tara?" tanya Hero saat anak-anak dipulangkan.
"Gue ada aja nggak di acara itu," balas Tara membuat Hero terkekeh kecil, bagaima ia bisa lupa akan hal itu.
Ucapan Tara langsung Hero tulis di buku yang ia pegang. "Ngapain lo?" tanya Tara ketus.
"Nulis hal-hal kebiasaan lo," balas Hero sambil menulis.
1.Tara nggak suka ada acara dan dia nggak akan datang ke acara sekolah.
Mendengar itu Tara berdecih. "Daya ingat lo payah?"
"Daya ingat gue udah dipenuhin bahan buat debat sama lo," balas Hero membuat mata Tara membulat, pantas saja selalu ada jawaban dari laki-laki gila ini.
"Terserah deh," ketus Tara.
Mereka sudah duduk di halte bus. "Tara kenapa bisa ada orang yang nulis buku tentang cara mendapatkan hati perempuan dingin lah, manja lah dan lain-lain, padahal mereka itu berbeda masing-masing ya walaupun mungkin dominannya cuek."
"Itu menurut lo aja," balas Tara tanpa menoleh. Hero menggeleng.
"Dari beberapa isi buka yang mereka jabarkan tentang mendapatkan hati wanita dingin, sama sekali nggak akan ngaruh buat lo, ya karna setiap orang berbeda bukan?" tanya Hero dengan wajah meyakinkan.
"Ya, terus?" tanya balik Tara dengan wajah malas.
Hero menujukan buku yang tadi ia bawa. "Untuk itu gue mau bikin buku versi gue sendiri, versi tata cara memenangkan hai Altara, kuno si emang. Tapi setiap gue nulis hal-hal baru dari lo rasanya seneng, oh ini mungkin hobi gue yang baru buat gue-"
"Udah," sekat Tara yang pening mendengarkan ocehan Hero.
"Oke," balas Hero lalu kembali menulis.
2.Tara nggak suka orang yang banyak omong.
Tara bisa membaca apa yang Hero tulis. Ia berdecih. "Dasar aneh dan pemaksaa," gumam Tara yang terdengar oleh Hero.
"Dasar galak dan keras kepala," balas Hero membuat Tara terdiam.
********
KAMU SEDANG MEMBACA
Overthinking [END]
Teen FictionOverthingking adalah keadaan dimana manusia berpikir secara berlebihan sehingga bisa menyebabkan takut akan masa depan yang belum terjadi, hanya orang kuat lah yang bisa tidak meragukan hal itu dan aku bukalah manusia kuat tersebut, sialnya lagi ak...