11. Di hutan

213 21 0
                                    

"Bisa nggak si setiap pertemuan jangan maksa?" tanya Tara geram.

"Bisa kalau lo nurut," balas Hero.

"Hidup ini nggak bakalan terus berjalan sesuai kemauan lo Varo!" kesal Tara.

"Tapi berjalan menggunakan hati, maka dari itu ayo lah Tara kita kerja sama," balasnya.

"Lagi-lagi maksa," ketus Tara.

"Lagi-lagi ditolak, hati gue sehancur apa sekarang Tara?" Hero langsung mendaramatis berpura-pura sedih. "Hiksss, ini kali pertama lo nolak gue dua kali."

"Besok nggak," balas Tara.

Senyum Hero mengembang. "Besok diterima?"

"Besok nggak dua kali, jadi tiga kali kalau lo masih maksa!" balasnya membuat senyum Hero luntur.

"Hm, Tara lain kali kita ngobrol nggak usah kejar-kejaran gini bisa kan?" tanya Hero karena ini bukan pertama kalinya.

"Sekalian olahraga biar sel-sel di otak lo berjalan lancar buat berhenti gila!" balas Tara.

"Kreatif ya lo baru kenal udah ngajak gue berkeringat," ucap Hero membuat Tara menghentikan langkahnya.

"Apa?" tanya Hero karena Tara memandangnya dengan wajah memerah menahan kesal.

"Tinggalin gue disini," balasnya.

"Gue orangnya nggak tega-an," kata Hero. Tara memutar malas bola matanya, ia kembali berjalan mengabaikan Hero yang terus mengulang pertanyaan yang sama, dan jelas Hero akan memaksanya.

"Perasaan gue Virgo nggak keras kepala kaya lo deh," ucap Hero saat keduanya sudah duduk di kursi halte bus.

Tara menoleh pada Hero dan tersenyum kecut. "Masih percaya ramalan bintang?"

"Nggak, perasaan gue aja yang bilang gitu," balas Hero.

Tapi sebentar, bagaimana bisa ada orang yang tahu tanggal lahir Tara. "Lo nyari tahu tanggal lahir gue?"

Hero menggeleng. "Jadi beneran Virgo?"

"Nebak?" Hero mengangguk bohong.

"Salah," balas Tara.

"Oh berarti temen lo salah kasih tau gue," balas Hero.

"Gue nggak punya temen," balas Tara.

Hero terkekeh kecil mendengarnya. "Ya udah gini, mau nggak jadi teman cinta gue?" Tara diam sebagai jawaban tidak.

"Diam artinya iya," lanjut Hero. Tara menghela nafas.

"Nggak Varo, gue nggak mau," ucap Tara muak.

Hero tertawa kecil. "Temen lo baik banget, cantik juga," balasnya mengingat Nasa.

"Gue nggak punya temen," ucap Tara berharap bus cepat datang.

"Dia sedih kalau nggak lo anggap," balas Hero. Sebenarnya dari tadi dalam hati Tara sangat penasaran pada ucapan Hero, ia hanya sedikit gengsi untuk bertanya.

Dengan lancangnya Hero menarik tangan Tara karena bus sudah datang. Tara melepaskan itu. "Nggak sopan tahu nggak main tarik-tarik aja, harus izin!"

"Kemarin aja lo ngendus-ngendus baju gue nggak izin Tara, lo bakalan diperlakukan sebagimana lo perlakukan orang lain," balasnya. Ah Tara jadi malu sendiri.

"Ikut gue ya?" tanya Hero lembut. Tara diam yang artinya mengiyakan.

Kening Tara berkerut saat ia diajak ke hutan. "Mau mesum lo ya?!" tanya Tara nyolot.

Overthinking [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang