14.Curiga

219 21 0
                                    

"Rigel!!!" ucap Primily dengan senyum manisnya saat laki-laki berwajah dingin itu baru saja datang. Ia memeluk calon suaminya tersebut.

Kedatangan gadis ini sangat tiba-tiba sekali, saat memeluknya Rigel mencium bau Primily, laki-laki ini selalu teliti akan hal apapun itu, baunya sangat beda sekali ia lebih dekat mencium leher jenjang milik calon istrinya itu. "Hei tunggu sah lah jangan sekarang," ucap Rain yang baru selesai memasak kue untuk Primily.

Rain dulu saat mendengar Rigel menghamili anak orang jelas ia marah, tapi makin hari amarahnya mereda dan ia mulai menerima dengan memperlakukan Primily sangat baik sebab di dalam perutnya mengandung anak Rigel. "Ayo duduk dulu, makan kuenya masih anget," ucap Rain dengan suara lembut. Primily menarik tangan Rigel agar laki-laki itu ikut duduk dengannya.

Saat makan mata Rigel memandang pada Primily bahkan mata gadis itu memerah seperti habis menangis. "Kapan datang?" ucap Rigel tanpa mengalihkan pandangannya dari gadis di depannya itu.

"Jam setengah tigaan, eummm Bun enak!" ucapnya karena ia tengah mencicipi kue.

Rigel menyodorkan kue tersebut. "Buat kamu," ucapnya singkat.

"Ini banyak banget Rigel, kamu mau aku gendut?!" kesal Primily.

"Sekarang kamu makan nggak cuma buat kamu sendiri, habisin," ucapnya. Jujur seperti ada yang tak beres pada Primily. Tiba-tiba datang seperti jailangkung padahal beberapa hari yang lalu ia bilang malas pergi kemana pun.

Rain ikut duduk dekat mereka. "Gimana keadaan Dede bayinya?" tanya Rain dengan senyuman hangat.

"Baik Bun, aku tiba-tiba datang ya karena anak ini ngidam papi-nya!" ucap Primily sangat bersemangat sekali.

"Kenapa nggak bilang dulu?" tanya Rigel membuat Rain tersenyum manis pada putra dinginnya itu.

"Kejutan dong gel," balas Rain yang disetujui oleh Primily.

"Kamu kok kaya nggak seneng?" tanya Primily melihat wajah pacarnya itu.

"Nggak, kalau mau apa-apa bilang sama aku jangan ngerepotin Bunda aku mandi dulu," ucap Rigel lalu mendekati Primily untuk mengusap lembut rambut gadisnya itu.

"Bunda nggak papa kok gel direpotin sama calon mantu sendiri," teriak Rain membuat Primily tersenyum lebar. Ia senang karena Ibu tiri Rigel sangat baik.

Saat Rigel ingin membuka pintu kamarnya ia mendengarkan ucapan Hero di dalam yang tengah bertelponan dengan pacarnya, Rigel penasaran sebab sepertinya obrolan itu sangat serius.

"Ya tapi aku takut Nasa, takut kamu tahu kan?" ucap Hero.

"..."

"Nasa..."

"Iya oke, tapi kalau dia-"

"..."

"Aku-- oke!"

Hero terdiam saat Rigel membuka pintu, mereka bertatapan tanpa mengeluarkan suara dan Rigel mengambil handuk lalu pergi menuju kamar mandi.

Obrolan Hero dan Nasa kembali berlanjut, emosi Hero sudah sedikit melunak.

"Maafin aku ro harus libatkan kamu, tapi aku nggak tahu siapa lagi yang bisa aku libatkan," ucapnya dengan nada mengenaskan.

Hero ikut sedih mendengarnya, ia terdiam beberapa detik. "Aku cuma takut rasa ini nyata buat Tara." Lirih Hero sambil menahan sesak di dada. Ia tahu pasti Nasa tengah menangis disana untuk itu ia mengatakan ini di telpon sebab jika langsung Hero tak sanggup melihat Nasa yang selalu ceria meneteskan air mata.

Overthinking [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang