38.Rigel peduli

135 15 0
                                    

Hari terus berjalan, Nasa dan Hero di sekolah selalu bersama dan Rigel kembali pada Tara, hal itu membuat Acel panas dingin, emosi, marah dan kalut.

Tara ingin kembali tertutup tapi Rigel terus menarik gadis itu dengan lembut agar biasa saja sebab Tara hanyalah korban.

"Lo itu tipe cewek yang suka dipaksa-paksa gitu ya?" tanya Rigel dengan senyum mengerikannya.

"Lo itu tipe cowok yang sok tahu ya?" tanya balik Tara.

"Ga," balas Rigel singkat.

Tara mendengus, kadang sikap Rigel lembut, cuek lalu kadang seperti anak kecil. "Gue laper," kata Rigel setelah lama terdiam.

"Gue nggak minta lo temenin di sini," kata Tara yang berada di belakang perpus.

"Tapi mau disuapin," lanjut Rigel menghiraukan ucapan Tara.

"Ishhh," desis Tara pada ucapan Rigel.

"Gue bisa bikin jus mangga spesial buat lo di kantin, gimana?" tawar Rigel dengan alis yang terangkat satu. Tahu saja Rigel kelemahan Tara.

Tara menggigit bibir bawahnya, ia ragu tapi mau. "Hm, oke deh."

Sebelum melangkah Rigel berbisik pelan. "Jangan kebiasaan gigit bibir bawah," ucapnya pelan sampai bulu kuduk Tara meremang.

Jujur Tara tak tahu apa pengaruh bagi Rigel saat Tara menggigit bibir bawahnya.

Pemandangan Rigel saat tengah membuat jus di kantin membuat heboh satu SMA, bisa-bisanya saat membuat jus tampangnya masih cool. Gadis-gadis mengantantri ingin mencicipinya tapi hanya Rigel lewatkan dan berjalan ke arah Tara, jus spesial itu ia berikan pada Tara, wajah gadis yang menunggu langsung kecewa.

Tidak mendapatkan kakaknya malah adiknya, pikir mereka pada Tara.

Apapun yang bersangkutan dengan buah mangga Tara selalu senang memakannya, moodnya pun langsung naik. Rigel tersenyum puas jerih payahnya mendapatkan senyuman manis dari Tara.

"Makasih," kata Tara dengan senyum semanis gula Jawa.

"Habisin," balas Rigel. Tara mengangguk.

"Harus coba!" ucap Tara sambil menyendokan jus yang berisi banyak toping itu ke mulut Rigel, tepat sekali Hero datang dengan Nasa dan melihat pemandangan itu.

Wajah Hero yang tadinya ceria langsung berubah sedih, Nasa sangat sadar itu. "Ro?"

"Eh ayo!" kata Hero lalu tersenyum. Ia pikir Nasa tak melihat.

Rigel dan Tara asik berdua sampai tak sadar mereka jadi tontonan warga kantin, wajah Tara yang kemarin-kemarin terkena bully sekarang malah terlihat amat ceria.

"Makasih ya Rigel, tapi besok jangan gini lagi," kata Tara saat Rigel mengantarnya pulang.

"Gue maksa," kata Rigel.

Kata pemaksa membuat Tara mengingat Hero. "Eh--"

Belum sempat bicara motor Rigel sudah pergi dari hadapan Tara, dasar anak itu.

Ini sudah tiga hari dari kejadian hari itu, Tara selalu berada di sisi Rigel. Bukan Tara yang memintanya tapi Rigel yang memaksa, begitupun Hero ia selalu bersama Nasa tapi setengah jiwanya berada pada Tara.

Hero sekarang tengah duduk berdua bersama Nasa di tepi lapangan, akan ada tanding basket antar sekolah. "Ro...." panggil Nasa.

"Pakai sayang nanti aku noleh," kata Hero yang tengah memandang lapangan.

Mendengar itu Nasa tersenyum manis. "Hero sayang!" ralatnya membuat Hero langsung menoleh.

"Kenapa?" tanya Hero.

Overthinking [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang