Alis Tara bertautan saat mendengar jawaban Hero, rasa apa yang ia maksud.
Melihat kebingungan itu Hero tersenyum manis. "Jatuh cinta sama lo itu ibaratkan harus baca buku novel yang tebel, selembar dua lembar gue nggak akan paham tapi kalau udah setengah baca atau hampir mencapai tamat baru gue paham, tentang awal masalah, puncak masalah sampai titik terang masalah. Tentu itu membutuhkan proses yang lumayan lama tapi karena cinta selama apapun prosesnya gue seneng Tara ngejalaninnya," tutur Hero membuat Tara kagum. Jika bijak Hero jadi lebih terlihat tampan.
"Setau gue orang-orang yang menjalani proses baca buku novel itu bukan karna cinta tapi karna-"
Ucapan Tara terpotong oleh Hero. "Penasaran?" Tara mengangguk mantap. "Semua emang bermula dari penasaran tapi saat kita kenal tokohnya, kebiasaan dan cara dia membuat kita terus-terusan mau lanjut baca yang membuat rasa cinta itu timbul, bahkan semakin lama rasa penasaran itu bakalan berubah menjadi rasa sayang, sayang apa? sayang kalau novelnya cepet tamat ya karena udah sesayang itu sama mereka," balas Hero.
Tara menelan saliva di mulutnya, benar apa yang Hero katakan. Apa yang tadi Hero katakan juga sama seperti dirinya pada Hero, penasaran dengan sikap gilanya lalu jatuh cinta begitu saja, Tara juga bahkan tak ikhlas Hero menjauhinya.
"Ya, gue paham yang lo maksud," ucap Tara.
"Cinta? maksud gue perselingkuhan, itu yang lebih mau lo denger penjelasannya kan Tara?" tanya Hero berhasil membuat mata Tara membulat.
"Hah?"
"Gue juga minta maaf nggak bisa jadiin lo satu-satunya, gue punya pacar Tara tapi gue sayang sama lo," ungkap Hero jujur.
Rasa sakit itu tiba-tiba datang ke hati Tara, padahal memang sebelumnya Tara tahu laki-laki gila ini memiliki kekasih, Tara menunduk tak mau menunjukan wajah sedihnya. "Asal lo tahu Tara pacar gue sama sekali nggak marah atas semua ini, dia sayang gue dan dia juga sayang lo," kata Hero dengan suara serak.
Hujan itu terhenti, mata Tara memerah mendengar ucapan Hero yang sangat jelas di telinga Tara. "Lo pacaran sama cowok?" tanya Tara.
"Ah-hah?!" tanya Hero terkejut. Tara mengangkat kepalannya dan menoleh pada Hero.
"Kalau cewek nggak mungkin sayang-sayang ke gue, gue nggak lesbi! oh atau mungkin lo pacaran sama nyokap gue diem-diem kan?" tanya Tara membuat Hero memasang wajah memelas pasrah mengapa pula bisa terpikir seperti itu.
"Tara tadi lagi sedih lho, masa jadi lawak banget," balas Hero dengan tampang ngenesnya.
"Terus siapa?!" tanya Tara dengan nada meninggi.
"Emang sesama cewek kalau saling sayang harus lesbi, hei ayolah kita cuci otak dulu," kesal Hero sambil menarik tangan Tara untuk mengantarnya pulang.
Dari situ mereka berhubungan baik kembali, hal itu menjadi berita baik bagi Novia yang mengincar Rigel.
Malam harinya di kamar terjadi perdebtan kecil antara kakak beradik itu.
"Ngapain deketin Tara lagi?" tanya Rigel dengan wajah dingin.
Hero yang tengah membaca cerita Tara di wattpad tersenyum tipis. "Cie iri," ucap Hero tanpa menoleh.
Dan bisa-bisanya Rigel terbawa perasaan. "Pikirin Nasa!"
Tatapan Hero beralih pada Rigel. "Inget punya anak mas?" tanya Hero, wajah Rigel langsung merah menahan kesal.
"Bangsat!" kata Rigel sambil menendang ranjang Hero.
"Bun...." teriak Hero sambil menahan tawa.
Setelah itu Rigel duduk di kasurnya untuk mengangkat telpon dari Primily.
KAMU SEDANG MEMBACA
Overthinking [END]
Ficção AdolescenteOverthingking adalah keadaan dimana manusia berpikir secara berlebihan sehingga bisa menyebabkan takut akan masa depan yang belum terjadi, hanya orang kuat lah yang bisa tidak meragukan hal itu dan aku bukalah manusia kuat tersebut, sialnya lagi ak...