41.Selalu ada

154 16 3
                                    

"Aku kesana sekarang," ucap Hero lalu mematikan sambungannya. Ia berjalan menuju bara.

"Anter gue," kara Hero pada Bara yang tengah bergoyang ria dengan teman yang lain.

"Kenapa lo?" tanya Bara karena wajah Hero sangat mengenaskan.

"Anter gue bar," kata Hero sekali lagi, bara tak mau bertanya lagi akhirnya ia memutuskan mengantar Hero. Dalam mobil keduanya terdiam.

Mata Bara membulat saat melihat bendera kuning di salah satu rumah, "siapa yang meninggal?" tanya Bara.

Hero menghela nafas, "Nasa." Balasnya.

Mulut Bara langsung ternganga, Hero segera turun diikuti Bara. "Gue ikut!" kata Bara, bagaimanapun Hero adalah teman dekatnya.

Rumah Nasa sudah ramai didatangi para tamu duka, jantung Hero rasanya seperti berhenti berdetak saat melihat Nasa terbaring sudah tak bernyawa. Mata Bi Mimin terlihat sangat memerah, sudah dua jam lebih dia menangis. Hero mematung di tempat.

"Hero om mau bicara," kata Ibra membuat lamunan Hero buyar.

Mereka berbicara di dekat kolam berenang, tempat ini cukup sepi dan jauh dari ruang tengah. "Ini tentang Nasa." Kata Ibra. Hero sendiri banyak diam karena merasa ini hanyalah mimpi buruk baginya.

"Ada banyak pertanyaan di benak saya tentang Nasa, om bisa bicara langsung sekarang," balas Hero.

Mata Ibra memerah, ia memang terlihat baik-baik saja tapi di dalam hati sana ia rapuh kehilangan putri tercintanya. "Tiga bulan terakhir Nasa tidak melakukan operasi, om memang melihat Nasa masuk kedalam ruang operasi, tapi disana anak itu hanya duduk diam dan mengobrol hal-hal kecil bersama para tim medis," kata Ibra membuat mata Hero membulat.

"Apa? mengapa sangat tidak profesional sekali mereka," ucap Hero kesal.

Ibra mengangguk menahan air matanya, "dia yang memintanya."

"Meminta?" tanya Hero bingung.

"Ya, dia yang memohon pada semua tim medis untuk mengrahasiakan ini dari om dan kamu, sejujurnya Nasa hanya sudah tak kuat dengan penyakit yang membuatnya setiap malam merasakan rasa nyeri yang bertubi-tubi, Bi Mimin juga bilang Nasa setiap malamnya menangis, om berharap kamu tidak sedih karena dia pergi dengan rasa bahagia," ucap Ibra lalu meronggoh sacarik amplop, "dari Nasa untuk mu."

Hero mengambil amplop itu, Ibra mengusap bahu Hero lalu pergi sebab tahu Hero butuh waktu sendiri.

Dengan tangan bergetar Hero membuka surat itu, entahlah sekarang hatinya sehancur apa. Di dalamnya terdapat beberapa foto dirinya dengan Nasa. "Cantik," kata Hero dengan suara getir saat melihat foto pacarnya itu tengah tersenyum, disana juga terdapat surat.

Berisi:

Ini surat resmi dari Nasa Alingga untuk Hero Aldevaro Vinson tercinta....

Hei, aku berharap kamu bisa baca ini dengan tersenyum.....

Membaca itu Hero tersenyum palsu menuruti perintah gadisnya ini.

Kamu lebih manis saat tersenyum Hero, kali ini aku jujur. Kamu baca surat ini ya? artinya aku sudah di dekat Tuhan. Hero kamu laki-laki baik, sebuah keberuntungan yang selalu aku syukuri saat Tuhan mempertemukan kita. Maaf aku bohong kalau selama ini baik-baik saja, sejujurnya penyakit ku ini merepotkan, aku capek sedih marah dan sakit ro, untuk bertahan rasanya energi ku sudah terkuras habis. Keputusan ku mungkin adalah kesalahan terbesar bagimu, tapi ketahuilah bagiku ini adalah keputusan paling tepat. Ro ada masanya kita harus menyerah, ini bukan tentang yang kuat dan lemah tapi tentang keinginan ku terbebas dari rasa sakit yang membelenggu. Disini aku akan meminta pada Tuhan untuk memberikanmu pengganti ku jauh yang lebih baik, sebab kamu memang pantas mendapatkannya. Aku ingin mengucapkan beribu terimakasih untuk mu agar cukup untuk membalas semua jasa baik mu padaku selama ini, apa itu cukup? tak hanya terimakasih tapi juga beribu ucapan maaf yang seharunya aku ucapkan padamu. Maaf mengecewakanmu dengan keputusanku ini, kamu dan ayah adalah orang yang paling percaya bahwa aku akan sembuh, tapi kepercayaan itu aku hancurkan. Maaf, Ro.

Overthinking [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang