21.Keluarga

195 18 0
                                        

Sudah berjalan satu Minggu Tara bersembunyi dan coba tidak diketahui Hero, ini seperti bermain petak umpat. Alhasil satu Minggu itu wajah Hero murung dan satu Minggu itu juga Tara kewalahan berpikir dimana tempat ia harus sembunyi. Selain Hero diam-diam Rigel juga rindu pada Tara, kenapa bisa rasa ini muncul.

Malam itu setelah mengantar Tara ke rumahnya, Rigel memikirkan ucapan Tara, ingatan lamanya sedikit demi sedikit kembali datang, hasil akhirnya Rigel ingat semua itu. Ia bahkan sampai tersenyum geli mengingat anak sekecilnya dulu sudah berani mengajak menikah. Dari dulu Tara memang sangat menarik bagi Rigel, gadis itu dulu selalu ceria dan pemberani, jika ada kegiatan yang diharuskan bernyanyi pasti Tara lah yang paling semangat dari yang lain, wajah polos itu masih dapat Rigel ingat. Pantas saja selama ini ia selalu merasa cintanya hilang. Ya, setelah mengatakan itu Rigel pindah ke Bandung dan mulai melupakan Tara dengan kehidupannya yang baru.

Semesta kembali mendekatkan kedua cinta yang terpisah itu, sayangnya Rigel tak akan bisa kembali sebab ia akan menjadi ayah untuk anak dalam kandungan Primily.

Hero:
Bawa aja mobilnya, gue nebeng Bara.

Pesan dari Abangnya itu hanya Rigel baca, lagi pula memang pulang sekolah ia akan pergi ke basecamp Armstrong untuk menyelesaikan visi misi setannya.

Rahang Rigel yang kokoh itu mengeras saat ia duduk sambil melihat dus yang harusnya sudah habis, tapi mengapa tiba-tiba selalu ada. Ia benar-benar merasa janggal dan ada yang ditutupi.

"Kenapa?" tanya Nathan.

Mata tajam itu menatap pada Nathan. "Lo pada main licik?" tanya Rigel langsung ke inti.

"Nggak ada yang main licik, apa maksud lo?" tanya Nathan dengan anak buah di belakangnya.

Dus itu Rigel sodorkan pada Nathan. "Kemarin sisa setengah dan sekarang...."

Nathan tertawa renyah diikuti yang lain. Rigel terdiam. "Efek sampingnya kena ke lo, dus ini diisi sedikit bubuk yang dapat membuat halusinasi dan sedikit pusing saat pertama buka, lo nggak sadar itu pasti," kilahnya.

"Lo pikir gue bocah?" tanya Rigel ketus. Ia memang tak pintar tapi ia juga tidak mudah untuk dibodohi.

"Kalau lo ngerasa udah setengah ke jual, gue ambil setengah lagi agar sisanya sedikit, puas?" tanya Calvin yang baru datang. Ia langsung menghidupkan rokoknya dan duduk di sebelah Nathan.

Jujur saja Nathan terkejut akan ucapan Calvin, ia dan yang lain memang benar licik tapi itu agar Rigel tetap bertahan lama disini. Tapi Nathan yakin Calvin punya rencana sendiri. "Ambil!" perintah Nathan pada anak buahnya dan mereka langsung mengambil setengah rokok dan permen itu dari dus Rigel.

Entah apa lagi yang mereka rencakan, yang pasti itu membuat Rigel sangat muak. Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun Rigel keluar dan berjalan menuju mobilnya.

"Urus semua!" ucap Calvin pada seseorang di sebarang sana setelah Rigel benar-benar pergi.

"Siap asal gue masih bisa nempel terus sama dia," balas Novia yang sangat dipercaya oleh Calvin dan anah buahnya. Rigel tak tahu saja nanti yang akan terjadi.

Tara pulang setelah satu jam anak-anak pulang, sudah sangat sepi sekali, justru kesepian ini yang paling Tara sukai.

Ia menghirup nafas tenang saat keluar dari gerbang dan berjalan santai menuju halte. "Tetap bertahan kaya gini," ucapnya dengan suara berat. Tara menoleh kesamping dan ternyata yang mengucapkan itu adalah Rigel Canis Majiros dengan wajah yang lebih dingin darinya.

Jika orang lain melihat mungkin akan terasa aneh, seperti melihat dua orang yang memiliki banyak beban karena muka keduanya sangat masam.

Jujur Tara masih berharap pada Rigel, tapi saat dengar desas-desus dekatnya Novia dan Rigel, ia memilih mundur dari pada harus berharap yang akan membuatnya sakit. Jadi sekarang Tara pura-pura acuh walau hatinya tengah menjerit senang.

Overthinking [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang