34.Isi hati

149 18 0
                                    

Sambil menunggu filmnya selesai Hero mengirim pesan pada teman kampret nya itu.

Hero:
Celana Bu Milah merosot
Bismillah headshot!!!

Hero:
🔫🔫🔫🔫

Hero:
Mati lu mati Bara

Hero:
Bangke, lo merusak acara pdkt gue

Bara yang membaca pesan itu tertawa puas lalu segara ia balas.

Bara:
Celana Hero merosot
Ya berkah buat cewek

Bara:
Hahaha, ayo lah men kita udah legal

Bara:
Gw emang baik, iya sama-sama😘

Balasan Bara membuat Hero bergidig geli, kenapa bisa ia mau berteman dengan laki-laki gila itu.

Ponsel itu Hero masukan pada saku celananya lalu ia menoleh pada wajah Tara yang tengah memejamkan mata. Cantik, ia merasa seperti melihat Nasa pada wajah Tara.

Lalu Hero ikut seperti Tara, menutup mata dan makin lama malah terbawa ke alam mimpi, dasar pelor!

Mereka terbangun jam empat sore, tempat ini sudah sepi. Bahkan Tara dibangunkan oleh seseorang yang melihat mereka tertidur. Tara merasa malu, ia menepak-nepak pundak Hero dan tak lama anak itu terbangun. "Ayo!"

Hero memutuskan mengajak Tara ke caffe yang bertema mangga, sebelumnya juga mereka pernah kesini.

"Sekarang gue traktir lagi," kata Hero.

"Lo anggap gue nggak punya duit?" tanya Tara dengan alis yang terangkat satu. Mereka duduk di pojok dekat jendela.

Mata Hero menyipit seolah tak yakin. "Hmmm, nggak nganggap sih," balasnya lalu membuka buku menu.

"Terus?" tanya Tara.

"Emang lo nggak punya," balasnya lalu menyengir.

"Oh, oke gue pulang!" kesal Tara. Hero segera menahannya.

"Oke deh lo yang traktir sekarang," kata Hero.

"Selagi lo bisa cuci piring ngapain gue harus traktir lo?" tanya Tara bergurau membuat Hero terdiam beberapa saat lalu terkekeh kecil.

"Ya kalau gue cuci piring nanti nggak punya tenaga buat debat sama lo," kata Hero.

Tara mengangguk-ngangguk, "kalau gitu kita berhenti debat aja."

"Berhenti debat lanjut nikah aja, gimana? udah paling adil itu," kata Hero membuat Tara tertawa kecil.

"Nikah-nikah! Inget pacar," omel Tara.

"Apa susahnya nikah sekaligus dua cewek?" tanya Hero membuat bola mata Tara membulat sempurna.

"Bajingan lo Varo!" ucap Tara dengan nada meninggi.

Yang diberi umpatan malah terkekeh kecil. "Hero Tara." Ralatnya, orang ini dalam kedaan apapun selalu saja meralat nama panggilannya.

"Lo itu bukan pahlawan gue," ucap Tara dengan wajah yang kembali datar.

"Tipe pahlawan lo itu kaya gimana sih?" tanya Hero dengan wajah serius. Apa perjuangannya selama ini masih belum apa-apa.

"Kaya ... marvel," ucap Tara yang mengingat seseorang yang selalu berkomentar tentang ceritanya di wattpad.

Yang terlintas di benak Hero saat Tara mengatakan marvel adalah dirinya sendiri yang dari dulu membaca cerita Tara. Apa Tara masih belum sadar kalau laki-laki itu adalah Hero? ah biarkan begitu saja.

Overthinking [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang