Selesai makan malam baru lah ketiga orang itu mengobrol ringan di sofa, jika Rigel hanya ingin berduaan dengan pacarnya dan tak bisa diganggu beda dengan Hero yang ingin selalu Rain ikut mengobrol bersama pacarnya. Karena selain Rain menjadi penengah antara obrolan dirinya dengan Nasa, Hero juga merasa Nasa nyaman dekat dengan Bundanya, semacam Hero seperti melihat Nasa dengan Ibu kandungnya, jujur Nasa selalu berkata pada Hero kalau ia merindukan Ibu yang tak pernah ia lihat.
"Nasa senengnya berkali-kali lipat saat denger Bunda berhenti kerja, hm ... jadi kalau Nasa main Bunda selalu ada deh! dulukan jarang-jarang ada," ucapnya dengan senyum manis.
"Bunda lebih seneng, sering-sering kesini cantik, nanti minta Hero yang jemput ya," balas Rain yang mendapatkan anggukan dari Nasa.
"Tapi Bunda kenapa berhenti kerja?" tanya Nasa.
"Ya gimana lagi Nasa Bunda udah banyak uang, tuh di gudang numpuk," balas Hero. Posisinya Rain duduk di tengah, Nasa di kanan dan Hero di sebelah kiri.
Nasa terkekeh kecil mendengar jawaban Hero. "Memang iya Bun?" tanya Nasa pura-pura percaya.
Rain mengangguk dengan senyumnya. "Iya biarin Hero yang kerja sekarang, pacar mu jago lho di bidang perbabian, Rigel sama Bunda ya bisa aja jaga lilin," balasnya dan Nasa tertawa puas mendengar itu.
"Hahaha," tawa Nasa.
Hero yang diledek ikut tertawa, ia tahu ini hanyalah gurauan. "Syukur Bun, akhirnya tahu bakat terpendam ku, harus ku asah lagi ni," kata Hero.
"Ya harus biar uang kita semakin banyak," balas Rain. Asik sekali Ibu dan anak ini, Nasa sampai lelah tertawa terus.
"Hm, ayah lembur?" tanya Nasa karena tak melihat batang hidung Farel.
"Iya sayang, kamu mau nginep disini?" tanya Rain. Nasa menggeleng.
"Tidurnya sama aku boleh Bun?" Tanya Hero yang langsung terkena jitakan dari Rain.
"Adik mu aja yang jadi papi muda kamu mah harus jadi ustaz dulu," balasnya.
"Hahaha, kurang yakin aku," kata Nasa.
Sesudah itu Hero diabaikan, Nasa asik mengobrol ini dan itu pada Bundanya. Tak apa, karena bagi Hero apapun yang membuat Nasa bahagia ia ikut bahagia, kecuali kalau Nasa bahagia berkat Hero mendapatkan Tara, jujur itu menyedihkan.
Jum'at ini setelah pelajaran biologi kelas Hero melakukan renungan di masjid sekolah, itu hanya khusus bagi siswa maupun siswi yang beragama Islam.
Sebagian anak menangis akibat mendengar ceramah ustaz yang ditampilkan tadi, tapi tidak untuk Hero karena pikirannya tengah tidak fokus, ia galau berat akibat tak berdebat dengan Tara. Sepertinya Tara memakai pelet pada kedua kakak beradik itu.
"Hiks .. hiks ... hiks... Makkk maafin Bara jarang nyapu sampai luar, paling cuma nyampe pintu kamar doang sisanya dilanjut si Kakak, ya Allah Kak lo baik banget sama Mama Kak," celoteh Bara saat selesai renungan. Kalian harus tahu kalau Bara benar-benar menghayati sampai ingusnya kemana-kemana.
Renungan memang dibuat untuk menyadarkan jiwa-jiwa yang selalu durhaka pada kedua orang tua atau untuk lebih menyadarkan kita pentingnya orang tua bagi kehidupan kita. Hero mendengus kesal pada Bara. "Bar masukin lagi bar ingusnya," pinta Hero dengan wajah pasrah saat mereka berjalan menuju kelas.
Bara menoleh pada Hero. "Gila, bisa-bisanya lo nggak nangis."
"Gue sedih sih Bar, apa lagi ya kalau setiap hari libur liat Bunda gue beres-beres rumah sendirian, jujur si kasihan. Alhasil gue bangun siang biar nggak liat," ucap Hero yang langsung terkena jitakan dari Bara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Overthinking [END]
Fiksi RemajaOverthingking adalah keadaan dimana manusia berpikir secara berlebihan sehingga bisa menyebabkan takut akan masa depan yang belum terjadi, hanya orang kuat lah yang bisa tidak meragukan hal itu dan aku bukalah manusia kuat tersebut, sialnya lagi ak...