Happy Reading!
🔥Tokyo, 11.35 AM.
Makura memerhatikan Sakura dengan serius, cara wanita musim semi itu menimang-nimang Kei, dan melangkah ke sana kemari sembari melontarkan candaan untuk bayi mungil itu, membuatnya merasakan perasaan tenang.
Sudah beberapa jam ia memerhatikan Sakura dan Kei, setelah ia menemui Iruka. Ia mengatakan pada kepala pelayan itu; bahwa ia ingin tinggal di rumah ini.
Pada saat itu, Iruka bertanya padanya——berapa usia, dan keahlian yang ia miliki. Setelah mengetahui bahwa ia masih sekolah di tingkat dua, dan tidak memiliki keahlian apa-apa, kepala pelayan itu hanya menghela napas, dan menyuruhnya untuk menunggu kabar darinya.
Sakura yang menyadari Makura masih duduk bersila di atas karpet ruang tamu, segera berjalan mendekat. "Makura-kun? Apa kau tidak berniat untuk mencari kunci rumah yang kita sewa? Kita tidak bisa menginap di sini lagi."
Makura tersentak dari lamunannya, dan mendongakkan kepalanya. "Ah! Sepertinya tidak perlu, Ma-Cherry," ucapnya tanpa pikir panjang.
Membuat Sakura mengerutkan kedua alisnya dengan bingung. "Apa maksudmu?"
Seolah tersadar dengan apa yang baru saja ia ucapkan, Makura menggaruk belakang tengkuknya dengan canggung. "Jika aku katakan ... apa kau akan marah?" tanyanya.
Gelagat yang ditunjukkan Makura, membuat Sakura merasa curiga. "Mengapa aku harus marah? Apa ada hal yang kau sembunyikan dariku?"
"Mana mungkin, Ma-Cherry!" Makura beranjak berdiri, lalu mengibaskan kedua tangannya dengan cepat.
"Lalu?" Sakura memicingkan kedua matanya.
Gluk
Makura meneguk ludahnya dengan susah payah. Rasanya percuma menyembunyikan sesuatu dari Sakura. "Sore (itu) ... s-sebenarnya aku ...."
"Katakan, Ma.ku.ra-kuuun!" kata Sakura dengan penuh penekanan di akhir kalimat.
Tidak bisa menghindari tatapan penuh intimidasi dari Sakura, Makura menghela napas pelan. "Haaah! Baiklah. Pagi tadi, aku menemui majikanmu, dan mengatakan kalau aku dan kau harus tinggal di sini."
Sakura mengerjapkan kedua matanya beberapa kali. "Apa?"
"Aku menyuruh dia untuk membiarkan kau dan aku tinggal di sini," ulang Makura.
Perkataan Makura membuat Sakura terdiam. Jika ditanya, apakah ia shock atau tidak? Jawabannya adalah, ia sangatlah shock. Ia tidak menyangka kalau Makura bisa senekat itu. Ia tidak bisa membayangkan seperti apa wajah Sasuke saat menghadapi sikap Makura.
"Lalu, apa yang dia katakan?" tanyanya.
"Tidak marah?" batin Makura penuh dengan rasa terkejut. "Dia hanya menyuruhku untuk menemui Iruka-Ji."
Helaan napas panjang keluar dari celah bibir Sakura. Wanita itu memejamkan kedua matanya sembari berkata, "Anoo, nee, Makura-kun. Kau tidak seharusnya melakukan itu. Kita tidak bisa tinggal di sini."
"Aku tidak bisa, Ma-Cherry. Kau pasti sangat lelah karena harus berangkat pagi-pagi buta, dan pulang larut malam. Bukankah Samui-nee juga tinggal di sini? Mengapa kita tidak bisa?"
Sakura membuka kedua matanya, dan menatap Makura. Ia teringat pada saat Sasuke memberinya perintah untuk tinggal di sini, dan ia masih ingat penyebab dirinya menolak perintah majikannya itu.
"Aku tahu kalau kau berniat untuk ... untuk ...." Makura mengalihkan pandangannya ke arah lain dengan raut tak suka, dan menghentikan perkataannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(DIBUKUKAN) My Rival is My Son?!
RomanceDibukukan. Fanfiction 21+ IN SAVERAL CHAPTER. Cover by Strife_Nana (dont use, crop, or tracing my art!)🚫⚠️ "Yang dia susui adalah Kei ... lalu mengapa aku yang gugup? Sial!" "Aku tidak mengerti ... kenapa aku bisa sebergairah seperti ini hanya deng...