Happy Reading!
🔥"Kenapa dia datang ke sini lagi?" batin Sakura tak percaya.
Sasuke melayangkan tatapan penuh intimidasi pada Sakura. Telinganya dengan jelas mendengar perkataan wanita itu; mengenai tidak berpakaiannya. Dahinya berkedut saat memikirkan kecerobohan wanita musim semi itu.
Tanpa mengatakan sepatah kata pun, ia memasuki kamar Sakura, lalu meletakkan koper besar yang ia bawa di samping pintu, kemudian ia menutup pintu dengan pelan.
Ia bisa melihat Sakura langsung menjaga jarak dengannya. Membuatnya mengerutkan dahi, dan berpikir; apa yang membuat wanita itu menjaga jarak? Apakah wanita itu takut ia akan melakukan sesuatu padanya?
"K-kenapa T-Sasuke-k-kun datang kemari?" tanya Sakura.
Sasuke bersedekap dada. Kedua matanya menelusuri tubuh Sakura yang tenggelam di dalam selimut yang membungkusnya. Ia merasa, keputusannya untuk datang ke kamar wanita itu, benar.
Bagaimana jika ia menyuruh Kakashi untuk mengantarkan barang-barang Sakura? Bukankah sekretaris pribadinya itu akan melihat penampilan wanita musim semi itu?
Dengan wajah datar, ia membuka bibirnya, dan berkata, "Kau tidak berharap aku datang kemari?"
Mendengar pertanyaan Sasuke, Sakura mengalihkan pandangannya ke arah lain. "B-bukan begitu. A-aku hanya terkejut ...," ucapnya, takut membuat Sasuke salah paham, "apakah dia kemari karena ingin menjamah dadaku lagi?" lanjutnya dalam hati.
Raut gelisah yang ditampakkan Sakura, membuat Sasuke memejamkan kedua matanya. Sakura sangat mudah dibaca; dari gerak-gerik wanita itu. "Aku hanya mengantarkan barang-barangmu."
Sakura kembali menatap Sasuke. Bahunya yang semula tegang, kini melemas. Helaan napas lega keluar dari celah bibirnya. "Syukurlah kalau seperti itu," batinnya.
"Kau berpikir buruk tentangku?" tanya Sasuke dengan dahi berkerut.
Membuat Sakura mengangukkan kepalanya tanpa sadar dengan mata tertutup. Seulas senyum terukir di bibir wanita itu. "Tentu saja."
Jawaban yang diberikan Sakura, membuat dahi Sasuke berkedut. Apakah ia seburuk itu di mata Sakura? Ia sadar kalau dirinya memang terlalu kaku. Akan tetapi, ia sudah berusaha untuk terlihat baik di depan wanita musim semi itu.
Namun, tampaknya semua usaha yang ia lakukan adalah hal yang sia-sia. Hal apa lagi yang harus ia lakukan agar ia terlihat baik? Apakah ia harus berkonsultasi dengan dokter psikis?
Sakura membuka kedua matanya saat menyadari apa yang sudah ia ucapkan. Ia melihat Sasuke menundukkan kepalanya, hingga ia tidak bisa melihat wajah pria itu, karena tertutupi oleh rambut.
Keringat dingin mulai mengalir melewati pelipisnya. "Baka (bodoh)! Aku sudah mengatakan hal yang tidak seharusnya aku katakan. Bagaimana ini? Tuan Sasuke pasti akan marah," racaunya dalam hati.
Dengan erat, Sakura meremas selimut yang membungkus tubuhnya. "Tu-Sasuke-kun. J-jangan dengarkan perkataanku tadi. A-aku salah bicara. A-aku sama sekali tidak berpikiran buruk tentangmu," ucapnya.
Bagaimanapun juga, Sasuke sudah berbaik hati mengantarkan barang-barangnya kemari. Tidak seharusnya ia menyinggung perasaan pria itu. Di mana rasa terima kasihnya kalau begitu?
Sasuke membalikkan tubuhnya, lalu berjalan ke arah pintu kamar Sakura. Ia melakukan itu, karena ia tidak ingin Sakura melihatnya tersenyum setelah mendengar perkataan wanita musim semi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
(DIBUKUKAN) My Rival is My Son?!
RomanceDibukukan. Fanfiction 21+ IN SAVERAL CHAPTER. Cover by Strife_Nana (dont use, crop, or tracing my art!)🚫⚠️ "Yang dia susui adalah Kei ... lalu mengapa aku yang gugup? Sial!" "Aku tidak mengerti ... kenapa aku bisa sebergairah seperti ini hanya deng...