Happy Reading!
🔥Tok Tok Tok
Sasuke mengalihkan pandangannya ke arah pintu kamar. Dengan nada datarnya, ia berkata, "Hairu (masuk)."
Kedua alisnya menyerngit saat melihat Makura memasuki kamarnya. Hal apa yang ingin disampaikan pemuda itu? Tidak mungkin jika pemuda itu hanya ingin berkunjung ke kamarnya.
"Doushita (ada apa)?" tanyanya dengan raut datar.
"Hoo. Kamar seorang pria yang gila kerja," kata Makura, seraya menatap seluruh isi kamar Sasuke.
"Jika tidak ada hal penting, keluar."
Mendengar perkataan dingin dari majikan Sakura itu, Makura berjalan mendekat dengan kedua tangan yang bersedekap dada. "Aku bahkan belum mengatakan mengapa aku datang kemari."
Sasuke menghiraukan keberadaan Makura, dan kembali fokus meneliti dokumen yang akan dirinya bawa untuk meeting. "Katakan."
"Biarkan Ma-Cherry tinggal di sini."
"..." Sasuke menatap Makura. Apakah ia salah dengar?
Makura mengalihkan pandangannya ke arah lain, terlihat raut tak suka tertera di wajahnya yang tampan. "Aku tidak ingin dia kerepotan."
Kepingan ingatan saat melihat Sakura tergesa-gesa melakukan pekerjaan rumah di pagi hari, membuat Makura merasa khawatir. Ia takut terjadi apa-apa pada Sakura saat berada dalam perjalanan menuju rumah Sasuke.
Apalagi saat ia mengingat kejadian pagi ini; di mana Sakura tengah mengasuh bayi bermana Uchiha Kei. Wanita musim semi itu terlihat sangat menyukai pekerjaannya. Hal inilah yang membuatnya harus memilih keputusan.
Sasuke menghela napas pelan, lalu beranjak dari posisinya. Berdiri berhadapan dengan Makura, ia melayangkan tatapan penuh intimidasi. Rambut merah muda Makura sedikit membuatnya bingung.
Ia belum pernah bertemu dengan seorang laki-laki berambut merah muda, bahkan saat membayangkannya saja tidak pernah. Akan terlihat aneh jika seorang laki-laki memiliki rambut merah muda.
Namun, hal tersebut berbeda dengan laki-laki di hadapannya itu. Makura tidak terlihat aneh sama sekali dengan rambut merah mudanya. Apakah karena ekspresi yang ditampilkan pemuda itu?
"Seperti melihat cermin," batinnya saat mengetahui ekspresi Makura tidak jauh beda dengan dirinya. "Dia menolak untuk tinggal."
Makura menaikkan sebelah alisnya. "Nande (kenapa)?"
"Tanyakan sendiri padanya." Setelah mengatakan hal tersebut, Sasuke melangkah ke arah pintu kamar.
Membuat Makura mendengus pelan. "Karena aku."
Sasuke menghentikan langkahnya. "Menurutmu?"
"Jika benar. Aku juga akan tinggal di sini."
Dahi Sasuke berkerut. Ia tidak mengira bahwa Makura akan mengatakan hal itu. "Tempat ini bukan tempat bakti sosial."
"Kaupikir aku mau tinggal di sini. Semua ini demi Ma-Cherry. Aku bisa bekerja di sini ...," Makura melangkah mendekati Sasuke, "jangan katakan kalau kau hanya ingin Ma-Cherry saja yang tinggal di sini. Sampai kapan pun aku tidak akan membiarkannya."
Setiap kalimat bernada dingin yang keluar dari mulut Makura, membuat Sasuke merasa seperti berbicara dengan dirinya sendiri. Ia ingin membungkam mulut Makura——menunjukkan bahwa dirinyalah yang berkuasa di rumah ini.
Akan tetapi, entah mengapa ia tidak bisa melakukannya. Bukankah ini aneh? Dari mana perilaku lemah itu datang?
"Temui Iruka," ucapnya, lalu membuka pintu kamar, kemudian melenggang pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
(DIBUKUKAN) My Rival is My Son?!
RomanceDibukukan. Fanfiction 21+ IN SAVERAL CHAPTER. Cover by Strife_Nana (dont use, crop, or tracing my art!)🚫⚠️ "Yang dia susui adalah Kei ... lalu mengapa aku yang gugup? Sial!" "Aku tidak mengerti ... kenapa aku bisa sebergairah seperti ini hanya deng...