Chp-42

3.1K 508 22
                                    

Happy Reading!
🔥








Sakura tidak tahu harus mengatakan apa. Setelah mendengar perkataan Sasuke, ia bisa merasakan perasaan hangat melingkupi hatinya yang paling dalam. Ini adalah kali pertama, seseorang meminta dirinya untuk terus berada di sisinya.

"Aku selalu bertanya-tanya ...," ucapnya seraya memandang pohon-pohon yang tertiup angin, "apa yang membuat Sasuke-kun memilihku?" lanjutnya.

Kedua mata Sasuke terpejam. Pria itu membawa tangan mungil Sakura ke arah bibirnya, lalu mendaratkan sebuah kecupan di sana. "Aku juga ingin tahu," bisiknya.

Alis Sakura menyatu dengan raut bingung. "Sasuke-kun ... tidak tahu?" tanyanya.

"Hn. Hanya kau yang terlintas di pikiranku, saat wanita itu mendesakku untuk menikah."

"Wanita itu ... dia ibumu, Sasuke-kun." Sakura melirik ke arah Sasuke. Ia tidak tahu mengapa pria itu memanggil ibunya dengan sebutan wanita itu.

Sasuke kembali membuka kedua matanya. Ia meremas tangan Sakura dengan erat. "Aku tidak ingin membahasnya."

Sakura menghela napas panjang. Sepertinya, hubungan antara Sasuke dengan ibunya memang tidak baik. "Seharusnya, Sasuke-kun bersyukur karena masih memiliki seorang ibu," bisiknya tanpa sadar.

"Kau tidak tahu apa yang dia lakukan padaku selama ini," ucap Sasuke, "berhenti membahas dirinya. Aku tidak mau memarahimu."

"Kenapa aku ingin tahu semua tentang Sasuke-kun?" tanya Sakura dalam hati. Ia tidak menyangka, kalau Sasuke bisa terlihat enggan membahas tentang ibunya sendiri. "Haik, gomennasai, Sasuke-kun," katanya pelan.

"Bagaimana denganmu? Aku ingin mengetahuinya." Sasuke merapatkan tubuh mungil Sakura dengan tubuhnya.

Membuat wanita musim semi itu tersentak kaget, lalu menatap sendu ke arah Kei, yang saat ini sedang memainkan kancing bajunya. "Tidak ada yang spesial dariku. Aku hanya wanita biasa, yang tinggal di desa bersama Makura-kun."

"Orang tuamu?" tanya Sasuke.

Senyum getir terukir di bibir mungil Sakura, "Mereka sudah tiada sejak aku berusia tujuh tahun."

Jawaban yang keluar dari mulut Sakura, membuat Sasuke terdiam untuk beberapa saat. "Sumanai (maafkan aku)."

"Iie (tidak). Aku sudah terbiasa dengan pertanyaan itu."

Sasuke terdiam. Bagaimana perjuangan Sakura tanpa kedua orang tua di sisinya? Wanita itu bahkan harus memenuhi kebutuhan Makura. Bukankah hal tersebut tidak mudah untuk dijalani seorang wanita?

Kini, ia tahu mengapa Sakura mempertahankan pekerjaannya. Wanita itu bahkan rela melakukan apa saja, asalkan tidak kehilangan pekerjaannya. Sangat sulit untuk menemukan pekerjaan di Tokyo; tanpa adanya pendidikan yang tinggi di belakangnya.

Ia merasa malu, karena sudah menyuruh Sakura melakukan ini itu dengan sesuka hati——mempertaruhkan pekerjaan wanita itu sebagai senjata. Ia tidak memikirkan bagaimana perasaan wanita itu.

Pandangannya beralih ke arah Kei. Anaknya itu terlihat sangat nyaman, saat berada di gendongan Sakura. Sedari tadi, Kei sama sekali tidak rewel; berbeda saat anak itu bersama dengan pengasuh lamanya yang sudah meninggal.

"Kau sudah mengasuh Kei dengan baik," ucapnya, mencoba untuk mencari topik lain.

Sakura tersentak, lalu tersenyum lembut. Ia tidak tahu, kalau Sasuke mulai memerhatikan Kei. "Kei-kun adalah anak yang pintar. Dia hanya membutuhkan kasih sayang."

(DIBUKUKAN) My Rival is My Son?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang