Chp-34

3.5K 526 38
                                    

Happy Reading!
🔥







Beberapa menit yang lalu.

Sasuke menutup laptopnya, lalu melepas kacamata yang ia pakai. Helaan napas keluar dari celah bibirnya. Ia lega karena sudah menyelesaikan pekerjaannya untuk presentasi besok. Itu tandanya ia bisa istirahat.

Drrrrrrrt Drrrrrrrrrt

Suara getaran yang berasal dari smartphone yang ada di sebelah laptopnya, membuat kedua alisnya berkerut. Siapa yang berani menghubunginya di jam segini?

Dilandasi rasa penasaran, ia pun meraih benda pipih itu. "Untuk apa dia menghubungiku larut malam begini?" gumamnya, saat melihat nama Tsunade tertera di layar smartphonenya.

Karena tidak bisa menjawab pertanyaannya sendiri, ia segera menerima panggilan dari dokter pirang itu. "Hn?"

"Untunglah kau belum tidur," ucap Tsunade.

Sasuke menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa. "Doushita (ada apa)?" tanyanya.

Terdengar helaan napas panjang dari seberang sana, hingga tak lama Tsunade berkata, "Aku mendapat kabar kalau kau sudah menikahi ibu susu Kei. Apa aku benar?"

"Dari mana dia tahu?" batin Sasuke bingung. Bukankah informasi itu hanya rekan bisnisnya saja yang tahu?

"Ternyata aku benar. Begini, Sasuke. Aku hanya ingin bertanya, apakah Sakura sudah bisa menghasilkan asi untuk Kei?"

"Aku tidak tahu," jawab Sasuke setelah lama terdiam. Dan pria itu bisa mendengar helaan napas Tsunade.

"Sasuke. Jika seperti ini terus, Kei benar-benar akan kekurangan gizi. Jangan kau pikir penggunaan susu formula pada bayimu itu akan memenuhi kebutuhan bayimu. Sejak dia lahir, dia sama sekali belum mendapatkan asi pertamanya."

Kali ini, giliran Sasuke yang menghela napas. "Lalu apa yang harus aku lakukan?"

"Hmmm. Bukankah kau sudah menjadi suaminya? Bagaimana kalau kau juga membantu proses keluarnya asi Sakura?"

Pertanyaan yang diajukan oleh Tsunade, membuat dahi Sasuke berkedut. Lelucon apa lagi yang ingin dibuat oleh dokter pirang itu? "Aku tidak mau," jawabnya mutlak.

"Ckckck, Sasuke ... Sasuke. Sampai saat ini pun kau masih bersikap egois. Kei adalah darah dagingmu. Kau sendiri yang melihat hasil DNA itu. Bagaimana bisa kau tidak memedulikan anak kandungmu sendiri?"

Kedua alis Sasuke menyatu dalam. Kenapa Tsunade begitu kekeh untuk menyuruhnya melakukan apa yang wanita itu mau? Helaan napas panjang kembali keluar dari celah bibirnya. Ia memijat ujung keningnya dengan mata terpejam.

"Apa yang harus aku lakukan?" tanyanya kemudian.

"Begini ... kau harus merangsang payudara Sakura. Sehingga kelenjar susunya akan terstimulasi. Bukankah aku sudah memberinya alat pompa payudara? Kau bisa membantunya agar bisa bekerja dengan cepat."

Perkataan Tsunade membuat Sasuke semakin mengerutkan kedua alisnya. Mengapa ia harus melakukan itu? Ia sudah berjanji pada Sakura untuk tidak menyentuh wanita itu. "Bukankah kau sudah memberinya obat?"

(DIBUKUKAN) My Rival is My Son?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang