Chp-4

9.4K 711 25
                                    

Happy Reading!
🔥








"Cup cup ... iya, Sayang. Jangan menangis lagi, ya. Ssstttt sssttt."

Sakura mengulas senyum lembutnya, saat mendapati bayi yang ia gendong secara perlahan berhenti menangis, meski masih terdengar isakan lirihnya. Dan dengan lembut, wanita itu mengelus pipi ranumnya--guna menghapus bekas air mata yang ada di sana.

"Kenapa para pembantu yang ada di sini tidak ada satu pun yang mau menenangkannya? Apa mereka tidak kasian melihat bayi sekecil ini terus menangis?" batinnya bertanya-tanya.

Wajah bayi yang masih merah; membuat Sakura mulai menebak-nebak usianya. Namun, jika dilihat dari postur gaya rambut dan bentuk rahangnya, ia bisa menebak kalau jenis kelamin bayi itu adalah laki-laki; sangat tampan dan lucu secara bersamaan.

"Bayi yang sangat tampan," pujinya dalam hati.

Hingga ia tersentak, saat merasakan tatapan penuh intimidasi yang mengarah ke arahnya--tanpa harus ia lihat secara langsung untuk mengetahuinya. Membuatnya mau tak mau menolehkan kepalanya ke arah kanan.

"Aku lupa masih ada orang di sini. Bagaimanapun juga, aku baru ingin melamar kerja di sini, dan aku sudah berperilaku lancang. Tapi ...," kedua mata zambrudnya beralih ke arah bayi mungil yang ia gendong, "melihat bayi ini menangis ... aku tidak tega jika harus membiarkannya," batinnya dengan tatapan penuh prihatin.

"Namanya Kei. Uchiha Kei."

Sebuah suara yang mengalun secara tiba-tiba di tengah kesunyian yang ada, membuat Sakura tersentak dan mengalihkan pandangannya ke asal suara tersebut. Dan sosok pria berambut raven dengan poni yang menutupi mata kirinya, terpantul di kedua mata zambrudnya.

Sasuke yang menyadari tatapan penuh tanda tanya yang tertera di kedua mata hijau yang menatap ke arahnya, kembali angkat bicara dengan kedua tangan yang bersedekap dada, "Berikan semua data lamaranmu ke Samui."

Setelah mengatakan hal tersebut, pria itu membalikkan tubuhnya dan melenggang pergi begitu saja. Meninggalkan tatapan bingung dari wanita yang ada di belakang tubuhnya.

"Maksudnya ... apa aku diterima?" tanya Sakura, setelah kepergian pria yang tidak ia ketahui namanya.

Pandangan wanita itu beralih ke arah bayi--yang kini tertidur pulas dalam gendongannya. "Apa pria tadi itu adalah ayahmu?" tanyanya, seraya mengelus lembut kening bayi itu, "tapi kenapa dia terlihat tidak memedulikanmu?"

"Sakura?"

Sakura mengalihkan pandangannya ke arah pintu--saat namanya dipanggil oleh seseorang. Dan melihat sosok Samui yang berdiri di depan pintu, ia melangkahkan kakinya ke arah sana.

"Akhirnya kau menemuiku," ucapnya, begitu ia sampai di depan wanita berambut pirang tersebut.

Samui menatap ke arah Kei--yang terlelap di gendongan Sakura. Membuat wanita itu menghembuskan napas lega. "Syukurlah. Sedari subuh tadi ... Tuan Muda Kei tidak berhenti menangis."

Mendengar hal tersebut, sontak membuat Sakura mengerutkan dahinya dengan bingung. "Aku sudah mengetahuinya tadi. Dan aku tidak mengerti ... kenapa tidak ada yang menenangkannya jika dia terus menangis?" tanyanya.

"Tidak ada satu pun pelayan yang mampu menenangkan Tuan Muda Kei. Pengasuh lamanya pun memerlukan waktu lama untuk menenangkannya jika dia menangis ...," jelas Samui, seraya menatap sendu Kei, "kau sangat hebat karena bisa menenangkannya ... itulah mengapa Tuan Sasuke langsung menerimamu."

(DIBUKUKAN) My Rival is My Son?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang