Chp-43

3.1K 499 26
                                    

Happy Reading!
🔥







"Oeeeeek oeeeeeek oeeeeek!"

Sasuke dan Sakura sontak menoleh ke arah Kei, yang tiba-tiba menangis dengan suara keras. Sasuke yang tidak tahu harus melakukan apa, mulai menepuk bokong Kei; berupaya membuat bayi itu tenang.

Sedangkan Sakura langsung merapatkan dirinya pada Sasuke, lalu mengelus punggung Kei dengan lembut. "Cup cup cup. Sayang. Kenapa menangis? Cup cup cup."

Kedua mata Sasuke melirik ke arah Sakura. Dada wanita itu menempel dengan lengannya, membuatnya tanpa sadar meneguk ludah.

"Cup cup. Bukankah Kei-kun sedang bersama Papa? Ini Papa, Kei-kun. Papa." Sakura mengusap air mata Kei, lalu menggenggam tangan kecil Kei, kemudian menggoyangkannya dengan pelan.

"Kei-kun bersama Papa. Jangan menangis, ya," hiburnya.

Pandangan Sasuke sama sekali tidak beralih dari Sakura. Senyuman lembut yang terukir di bibir wanita itu, terlihat begitu keibuan, dan penuh dengan kasih sayang yang tulus. Apalagi dengan cara wanita itu menghibur Kei.

Ia mengalihkan pandangannya ke arah Kei, saat tangisan bayi itu berangsur-angsur hilang. Usaha Sakura untuk menghentikan tangisan Kei, ternyata berhasil. Padahal wanita itu hanya melontarkan kata bujukan saja.

"Anak pintar. Jangan menangis, ya. Tidak apa-apa," ucap Sakura diakhiri senyuman manis.

Sasuke berniat untuk menggenggam tangan Kei yang lain. Ia juga ingin melakukan apa yang Sakura lakukan pada Kei. Dan hatinya berdesir saat Kei menggenggam jari telunjuknya dengan erat. Tangan Kei begitu kecil, dan terasa sangat lembut.

Sakura melirik ke arah Sasuke. "Cobalah untuk berkomunikasi dengan Kei-kun, Sasuke-kun," bujuknya.

"Apa dia akan mengerti?" tanya Sasuke. Ia masih merasa enggan untuk berbicara pada Kei.

Pertanyaan yang diajukan oleh Sasuke, membuat Sakura mengerjapkan kedua matanya. Mungkinkah Sasuke berpikir, bahwa berkomunikasi dengan Kei, tidak ada gunanya lantaran Kei masih belum memahami?

Pemikiran tersebut, membuatnya mengulas senyum geli. Ia tidak tahu, kalau Sasuke bisa sepolos ini; menyangkut Kei. Biasanya, pria itu selalu terlihat sempurna dalam segala urusan.

"Tentu saja. Kei-kun pasti mengerti apa yang akan Sasuke-kun ucapkan," jawabnya.

Sasuke hanya terdiam. Ia masih ragu untuk melakukan apa yang Sakura katakan. Bukankah ia akan terlihat konyol jika ia melakukannya?

"Jangan malu, Sasuke-kun. Semua orang tua akan melakukan hal yang sama. Dengan berkomunikasi ... mereka bisa jauh lebih dekat dengan buah hati mereka," ucap Sakura, seolah menyadari apa yang Sasuke pikirkan.

Perkataan Sakura, membuat Sasuke menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan pelan. Semua orang tua akan melakukan hal yang sama? Jika dipikir kembali, saat ini, ia dan Sakura adalah orang tua Kei.

Setelah memantapkan diri, Sasuke mengulas senyum lembutnya, dan menatap Kei. "Ada Papa dan Mama di sini."

Sakura tertegun saat mendengar Sasuke memanggilnya mama, suara pria itu terdengar sangat lembut. Semu merah menjalari kedua pipinya. Apakah Sasuke mengizinkan dirinya menjadi ibu Kei? Ia tidak tahu, mengapa ia bisa merasa bahagia, saat memikirkannya?

"Mama dan Papa akan menjagamu." Sasuke kembali berkata pada Kei. Dan ia cukup terkejut, saat Kei menatapnya dengan penuh antusias. Tampaknya, bayi kecil itu memahami apa yang ia ucapkan.

(DIBUKUKAN) My Rival is My Son?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang