Chp-2

14.9K 794 39
                                    

Happy Reading!
🔥









"Tuan?"

Sasuke tersadar dari lamunannya, saat sosok di hadapannya itu kembali berseru. Ia merasa heran dengan dirinya yang sempat-sempatnya melamun di depan orang lain.

"Bukan urusanmu," ucapnya dengan nada datar, seraya kembali menatap ke arah bayinya.

Membuat sosok wanita di hadapannya itu, terlihat terganggu. Sebelum melangkahkan kaki mendekati pria--yang tidak melakukan apa pun dan malah membiarkan bayinya terus menangis.

Sesampainya ia di depan pria itu, kedua matanya bisa melihat dengan jelas; bayi mungil yang terus menangis hingga membuat wajah bayi itu memerah pekat.

"Tuan! Jika Anda tidak bisa menenangkannya ... anak Anda bisa-"

"Bukan urusanmu. Pergilah." Sasuke melayangkan tatapan tajamnya.

Kedua mata hitamnya saling beradu pandang dengan hamparan hijau sejuk--yang kini juga menatapnya dengan tatapan kesal.

"Ini memang bukan urusan saya, Tuan. Tapi lihatlah ...," jari telunjuk wanita itu mengarah ke arah sang bayi, "anak Anda butuh pertolongan."

Sasuke menghela napas panjang dan menatap ke arah lain, "Perawatnya baru saja mengalami kecelakaan."

Penjelasan yang tiba-tiba itu, membuat wanita di hadapannya mengerutkan kedua alisnya dengan bingung. Namun, mendengar suara tangisan dari bayi mungil yang terlihat butuh pertolongan itu, membuatnya merasa iba.

"Bisakah saya menggendong anak Anda? Saya ingin mencoba untuk menenangkannya," ujarnya dengan intonasi lembut.

Hal tersebut, mau tak mau membuat Sasuke kembali menatapnya. Kedua matanya mencermati penampilan wanita--yang entah memiliki maksud apa--dengan tiba-tiba muncul, lalu mencecarnya, kemudian ingin menggendong bayinya.

Wanita di hadapannya itu memiliki rambut berwarna merah muda sepunggung dengan ujungnya yang ikal. Kedua matanya yang berwarna hijau zambrud, tidak memperlihatkan niat jahat atau terselubung apa pun padanya.

Namun, tetap saja ia tidak ingin memercayai orang asing dengan mudah. Apalagi itu adalah wanita. Ia tahu kalau semua wanita yang mendekatinya dengan alih-alih bayinya; memiliki niat untuk mengambil perhatiannya.

Akan tetapi, melihat bayinya terus saja menangis, membuatnya menghembuskan napas pelan. "Hn," gumamnya, sebelum menyerahkan bayinya kepada wanita di hadapannya itu.

Wanita berambut merah muda itu pun menerima bayi yang disodorkan ke arahnya. Lalu, dengan senyum yang tersungging di bibirnya, wanita itu menimang-nimang bayi yang kini ada di dalam gendongannya.

"Cup cup ... Sayang. Jangan menangis lagi, ya. Cup cup."

Melihat bagaimana cara wanita di hadapannya berusaha menenangkan bayinya. Sasuke sempat merasa tertegun. Bahkan saat ia mendapati tangisan bayinya berangsur-angsur berhenti.

"Bahkan Hana membutuhkan waktu lama untuk menenangkan Kei," batinnya, sebelum kembali memerhatikan wajah wanita asing itu.

"Bahkan Hana membutuhkan waktu lama untuk menenangkan Kei," batinnya, sebelum kembali memerhatikan wajah wanita asing itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(DIBUKUKAN) My Rival is My Son?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang