Chp-9

7.1K 670 11
                                    

Happy Reading!
🔥












Sakura tertegun dengan apa yang Sasuke katakan. Ia sempat mengira bahwa pendengarannya sedang bermasalah, karena tidak mungkin--seorang pria dewasa berusia lebih dari tiga puluh tahun--mengatakan hal yang cukup mengejutkan--dengan tampang datarnya.

Akan tetapi, saat melihat keseriusan dalam kedua mata hitam pria itu, ia yakin kalau pendengarannya tidak mengalami masalah apa pun. Dan hal itu mau tak mau membuatnya merasa gelisah.

"T-tuan ... bu-bukankah ibu su-su-susu itu harus bisa menghasilkan asi?" tanyanya dengan tergagap lantaran malu.

"Hn ...," Sasuke menaikkan sebelah alisnya, "kau pikir aku tidak tahu itu?" tanyanya balik.

"C-chigaimasu (bukan). Ya-yang saya ingin ka-katakan ... s-saya sendiri tidak menghasilkan a-a-asi," jawab Sakura dengan senyum kaku. Keringat dingin mulai mengalir melewati pelipisnya.

Sasuke menghembuskan napas pelan, lalu berkata, "Hn. Aku tahu."

"Kalau dia tahu ... kenapa dia memintaku untuk menjadi ibu asi bagi Kei-kun?" batin Sakura dengan sedikit kesal. Tampaknya ada yang tidak beres dengan majikannya itu.

Ia ingin melayangkan protes untuk menyadarkan pria berambut raven itu. Akan tetapi, tentu saja ia tidak berani melakukannya. Ia tidak ingin kehilangan pekerjaan ini. Karena bagaimanapun, mencari pekerjaan itu sangatlah sulit; apalagi di kota metropolitan--Tokyo.

"Buat Kei tidur ... lalu temui aku di ruang kerjaku," ucap Sasuke, sebelum beranjak dari tempatnya, kemudian melenggang pergi. Meninggalkan Sakura--yang masih mencerna perkataan pria itu.

"Eeeeeeeh! Mau apa pria itu? Dia tidak memiliki maksud terselubung padaku, 'kan?" Sakura menggigit bibir bawahnya, sembari terus memerhatikan punggung tegap Sasuke.

Setelah punggung yang ia perhatikan itu hilang di balik pintu, ia mengalihkan pandangannya ke arah Kei--yang tengah memandanginya.

"Apakah ayahmu itu salah meminum obatnya? Dia menyuruhku menjadi ibu susu untukmu, Kei-kun," ujarnya--mencoba untuk mencurahkan segala pertanyaannya pada bayi tampan itu.

Namun, tampaknya ia hanya akan dianggap gila, jika terus berceloteh pada bayi berusia dua bulan--yang tentunya tidak akan memahami apa yang ingin ia coba katakan. Dan ia beruntung karena tidak ada orang lain di sekitarnya.

Menghembuskan napas panjang, wanita musim semi itu beranjak dari posisinya dan melangkah ke arah pintu. "Huft. Lebih baik aku memberimu makan dulu agar kau bisa tidur, dan aku bisa mencari penjelasan pada ayahmu."












***











Sasuke membaca deretan kalimat yang tertera di layar smartphonenya. Dengan kedua alis yang menyatu dalam, pria itu menggerakkan jemarinya--mengetikkan beberapa kalimat singkat untuk menjawab email yang masuk.

Namun, ia menghentikan gerakan jemarinya, lalu berbalik menghapus semua kalimat yang ia ketik. Kemudian ia menekan sebuah icon voice note, dan berkata, "Jika kau berani mempermainkanku ... kau akan tahu akibatnya."

Setelah berkata demikian, pria itu melempar smartphonenya ke atas meja, lalu meraih sebuah map yang terdapat di atas meja kerjanya. Kemudian membukanya, dan membacanya dalam keheningan.

Hingga suara ketukan yang berasal dari pintu, mengalihkan semua atensinya. "Hn. Masuk!"

Setelah mengatakan itu, ia bisa melihat seseorang membuka pintu dan menampakkan dirinya. "S-shitsureishimasu (permisi), T-tuan," ucap orang itu.

(DIBUKUKAN) My Rival is My Son?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang