Chp-14

6.8K 629 26
                                    

Happy Reading!
🔥










"Panas sekali," batin Sasuke, seraya menatap kepala merah muda Sakura--yang bersandar di dada bidangnya.

Matanya bergulir ke arah kedua tangannya sendiri; yang menahan kedua lengan wanita itu agar tidak terjatuh. Dan ia semakin tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Ia bukanlah seseorang yang peduli dengan orang lain--meski orang lain itu sendiri adalah bawahannya.

Akan tetapi, melihat pengasuh bayinya itu limbung ke arahnya, ia tidak bisa menghindar begitu saja. Bagaimanapun juga, wanita itu sudah membantunya mengurus Kei.

"Makura-kuuun."

Kedua alisnya mengernyit dalam-dalam, saat mendengar igauan lirih Sakura. Membuatnya merasa penasaran dengan sosok bernama Makura--yang seharian ini ia dengar dari mulut wanita musim semi itu.

Menghembuskan napas panjang, ia segera meraih lipatan lutut Sakura, dan punggungnya--menggendongnya ala bridal style, lalu membawa wanita itu ke arah sofa yang terdapat di ruang kerjanya.

Dengan pelan, ia meletakkan tubuh mungil wanita itu, dan menatap wajahnya lekat-lekat. Kedua mata wanita itu terlihat sembab, dan bibirnya pun tampak pucat.

"Apa dia tidak makan?" batinnya bertanya-tanya.

Namun, dari semua itu, ia sempat merasa terpaku sesaat; ketika melihat betapa mulusnya wajah pengasuh bayinya itu, tidak ada noda sama sekali. Wanita berusia dua puluh delapan tahun itu terlihat sangat muda.

"Wanita yang berani menegurku ...," ingatannya kembali pada saat ia ditegur oleh Sakura karena ia membiarkan Kei terus menangis, "terlihat sangat rapuh sekarang."

Ingatan saat wanita itu histeris dan memeluknya dengan erat, membuat Sasuke mengulurkan tangannya. Namun, ia menghentikan gerakan tangannya--hingga mengambang di udara, lalu berbalik mengepalkan tangannya dengan erat.

Apakah ia sedang mengasihi pengasuh bayinya itu? Dan mengapa ia seakan peduli? Padahal wanita itu hanya bekerja sebagai baby sitter untuk bayinya, tidak ada hal lain selain itu.

Namun-

Tidak ingin membuang-buang waktu untuk memikirkan hal yang tidak perlu. Sasuke beranjak dari posisi jongkoknya, lalu berjalan ke arah pintu keluar. Dan secara kebetulan Samui berlalu di depan ruang kerjanya.

"Hn. Samui," panggilnya, membuat pelayan berambut pirang sebahu itu berjalan mendekatinya.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan Sasuke?" tanya Samui dengan membungkuk sopan.

"Ambilkan kotak obat."

"Baik, Tuan Sasuke. Shitsurei shimasu (permisi)." Samui melangkah mundur dan segera menuruti perintah majikannya itu.

Membuat Sasuke kembali memasuki ruang kerjanya, dan melangkah ke arah meja kerjanya berada. Sesampainya di sana, ia meraih smartphonenya, lalu menghubungi seseorang.



Klik


"Ada yang bisa kubantu, Sasuke?" tanya seseorang di seberang sana, begitu panggilannya direspons.

"Hn. Apa Kei memang harus memiliki ibu susu?" tanyanya balik, dengan nada datar.

Hingga terdengar suara kekehan dari seberang sana, "Apa kau tidak memercayaiku? Kei masih berusia dua setengah bulan, di mana seharusnya bayi itu menerima asi dari ibunya. Kau tidak ingin anakmu itu menjadi kekurangan gizi, 'kan?"

(DIBUKUKAN) My Rival is My Son?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang