Chp-21

5.6K 646 63
                                    

Happy Reading!
🔥










"Kau bisa 'kan, Haruno-san?" Naruto kembali bertanya, saat tidak mendapati respons dari Sakura.

Membuat Sakura tersentak dan menunduk seketika. "T-tapi, itu bukan tugas s-saya, Namikaze-san. S-saya takut-"

"Kau tenang saja. Sasuke tidak semenakutkan itu ...," sela Naruto, "bukan begitu, Iruka-Ji?" tanyanya pada Iruka.

Iruka yang sedari tadi memerhatikan segera menganggukkan kepalanya dengan gerakan kaku. "B-benar, Tuan Naruto."

Sakura menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan pelan, ia tidak mungkin menolak perintah dari teman majikannya, ia tidak mau dikecap sebagai pengasuh tidak tahu diri.

"B-baiklah. Mohon tunggu sebentar," ucapnya dengan pelan, lalu ia berjalan ke arah tangga.

Selepas kepergian Sakura, Naruto membalikkan tubuhnya membelakangi Iruka, lalu menampakkan seringai penuh makna. "Tidak sulit juga," pikirnya.

Sedangkan Iruka yang menyadari gelagat dari sahabat majikannya itu, hanya bisa menghela napas pasrah. "Rencana apa yang ingin dilakukan Tuan Naruto untuk Tuan Sasuke?" tanyanya dalam hati.

Sementara itu, di posisi Sakura berada.

Wanita itu tampak sedang menaiki anak tangga dengan raut cemas. Bahkan, beberapa kali ia sempat menghentikan langkahnya--guna menghirup udara sedalam mungkin.

Perintah yang diberikan oleh Naruto sangat jauh dari tugas utamanya. Namun, sekali lagi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Posisinya sebagai bawahan tidak bisa membuatnya berlaku sesuka hati.

Setelah membutuhkan waktu kurang dari dua menit untuk sampai di penghujung tangga, akhirnya ia sampai di lantai dua. Tidak ada hal apa pun di lantai dua, selain sebuah pintu berwarna hitam pekat di sisi kanan tangga.

"Sepertinya, lantai dua hanya digunakan untuk kamar Tuan Sasuke," batinnya.

Tidak ingin membuang-buang waktu, hingga ia tidak bisa segera mengurus Kei, ia pun berjalan mendekati pintu kamar Sasuke. Sesampainya di sana, ia meremas kedua tangannya, lalu melirik ke kanan dan ke kiri.

Keadaan hening yang secara otomatis membuat jantungnya berdebar, membuatnya merasa bingung untuk melakukan apa. Hingga beberapa saat kemudian, ia akhirnya mulai memberanikan diri untuk mengetuk pintu di depannya.

Tok Tok Tok

Beberapa saat menunggu, dan tidak ada sahutan apa pun dari dalam kamar Sasuke. Membuat Sakura menggigit bibir bawahnya, lalu kembali mengetuk pintu.

Tok Tok Tok

Kali ini, ia harus menggunakan suaranya, karena mungkin saja Sasuke tidak mendengar suara ketukan pintu. "T-tuan S-Sasuke? I-ini saya. A-apakah Tuan sudah bangun?" tanyanya dengan sopan.

Namun, lagi-lagi tidak ada sahutan dari dalam sana.

"Bagaimana ini? Tidak mungkin aku memasuki kamar Tuan Sasuke," gumam Sakura dengan gelisah.

Akan tetapi, tampaknya ia harus memberanikan diri. Ia tidak bisa membuang waktu lebih lama lagi. Kei bisa bangun dan menangis kalau ia tidak segera mendatangi bayi mungil itu.

Dengan menarik napas dalam-dalam, ia pun meraih knop pintu, lalu mencoba untuk membukanya. "Jika terkunci, aku tidak harus masuk untuk membangunkannya."

Pada kenyataannya, pintu kamar Sasuke tidaklah terkunci, membuat Sakura bisa membukanya dengan mudah.

"Hanya membangunkan, seharusnya ini bukanlah hal yang sulit," pikir wanita itu--percaya diri.

(DIBUKUKAN) My Rival is My Son?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang