Bang Angga menjemputku setelah ashar. Early dating banget nggak sih. Malem minggu itukan baru sah setelah maghrib. Sebenernya kasian juga sih. Aku tau dia baru bubaran praktek sekitar jam dua siang. And I'm trying to myself to be nice to him.
Reaksi mama sungguh bikin aku malu. Sepertinya mama bakal syukuran liat ada cowok lain selain Yodha yang dateng menjemputku ke rumah.
"Temennya Karin ya?" sambut mama hangat. Aku menahan diri untuk tidak memutar bola mata ke atas.
"Iya tante. Kenalnya di kampus dulu. Sekarang praktek juga di RS tempat Karin kerja," bang Angga memperkenalkan diri. Pake dijelasin segala kami dulu kenalan dimana.
Mama melirikku cepat, meminta penjelasan lanjutan.
"Dokter Angga dokter bedah ma di RS. Udah ya ma, Karin jalan dulu," kataku berdiri sebelum mama mulai norak dengan kegembiraan yang nggak bisa disembunyikan. Ya, keliatan banget.
"Angga pamit dulu tante. Minta ijin Karin saya ajak keluar," kata Bang Angga menyalami mama.
Mama berbisik padaku, "Jangan dicuekin Angga ya Rin, dia kayaknya berpotensi."
Aku mendengus, berpotensi lho bahasanya mama. Udah kayak penilaian pegawai aja.
Benar sih, Angga memang ganteng. Apalagi dengan kaos kerah warna biru terang dan celana cordurai berwarna gelap. Membut penampilannya semakin sempurna. Kalo Bang Angga cenderung rapi, Yodha lebih cuek. Baru belakangan sejak Rendervouz mulai dikenal, Yodha baru memperhatikan penampilannya.
Kembali ke Bang Angga, jangan lupakan wajah yang kayak sengaja lupa cukuran dua harinya, dengan bulu halus tumbuh di sekitar dagunya. Belum lagi kenyataan kalo dia dokter spesialis bedah. Pasti di luar sana banyak ibu-ibu seperti mama yang pengan punya menantu kayak bang Angga. Tak terkecuali mama.
💓💓💓💓💓💓
"Kemana kita dok?" tanyaku ketika duduk di mobil honda CRV putih miliknya.
Angga melirikku, "Bisa nggak sih panggil aja nama aja. Kita nggak lagi di rumah sakit lho Rin."
Aku tertawa kecil. Aku memang sengaja memanggilnya dokter, agar hubungan kami ya seperti ini. Senior dan junior. Nggak lebih.
"Kebiasaan dok," jawabku diplomatis.
"Waktu kenalan dulu, kayak yang lain, kamu panggil aku Bang," ujar Bang Angga mengingatkanku dengan sabar. Oh My God. Itu udah hampir lima tahun yang lalu dan dia masih inget kejadian itu.
Aku terkekeh dan mengalah, "Baiklah. Jadi mau kemana kita Bang."
"Kamu pengen kemana? Yang seru atau yang tenang?" tawarnya.
Aku berpikir sejenak, "Yang seru aja deh."
Angga melirikku heran sebelum melanjutkan berkata, "Tumben. Kayak bukan kamu. Kamu yang biasanya tebakanku milihnya tempat yang tenang. Lagi pusing banget ya bu Karin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita
ChickLitBagi seorang Karina Lakshita, Yodha adalah dunianya. Satu-satunya laki-laki yang dia jatuhi cinta sedalam-dalamnya. Bagi seorang Ranu Yodha Windraya, Rendervouz, band beraliran pop jazz yang sedang naik daun ini adalah segalanya. Bagi seorang Prad...