Bab Sebelas - Rekonsiliasi

23.3K 2.9K 89
                                    

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading..

"Karina, nanti kamu nginep sini kan?" tanya Yodha. Dia duduk di stool dapur sementara aku mencuci piring dan membersihkan dapurnya.

Aku mengedikkan bahu, "Belum chat mas Rendy sih."

"Aku udah. Dia nanti malem kesini. Tidur di sini juga. Mana dia ngasih adiknya tidur di apartemen pacarnya," dengus Yodha.

Aku tersenyum dan menengok, "Aku masih pacarmu ya? Bukannya kemarin katanya udah nggak mau ke rumah lagi?"

Yodha membalas senyumku dan memintaku mendekat. Aku duduk di stool di depannya.

"Aku minta maaf ya Karina. Aku cemburu liat kamu sama dokter bedah itu," katanya menyesal. Dari sorot matanya, aku melihat dia bersungguh-sungguh dengan apa yang dia katakan barusan.

"Namanya Angga. Aku juga salah sih. Main iyain aja diajakin pergi sama dia. Emosi sesaat gegara liat kamu jalan sama Ditya di instastorynya dia," balasku jujur.

Kali ini mata Yodha melebar, "Hah? Kamu kenapa nggak pernah cerita sih? Kenapa kamu nggak pernah nanya? Aku tuh nggak ada apa-apa sama dia."

Aku mengedikkan bahu, "Kamu nyadar nggak sih komunikasi kita tu berantakan banget. Sejak kamu di Jakarta."

Yodha diam dan menunduk. Mengiyakan kata-kataku barusan tanpa argumen apapun.

"Dunia kamu nggak terjangkau lagi sama aku," aku berkata memecah kesunyian.

Iris gelap Yodha menatap mataku dalam, entah mencari apa disana.

"Ini salah satu usahaku Karina. Ngajakin kamu mulai kenal sama duniaku yang sekarang," jawab Yodha kali ini dengan senyuman tipis tersungging dari bibirnya. Walaupun merokok, bibir Yodha tidak menghitam tetapi tetap berwarna merah segar. Etapi bukan berarti aku memperhatikan bibirnya loh ya. Tentu saja bukan.

Aku kembali menatap matanya, masih nggak yakin.

"Kamu maunya gimana sekarang?" tanya Yodha lembut.

Aku mengedikkan bahu, "Nggak tau sih. LDR ternyata berat, apalagi buat kita yang jadwalnya sama-sama kacau. Aku praktek, kamu selo. Aku selo, kamu rekaman. Gitu aja terus sampe ipin upin jadi mahasiswa."

Yodha tertawa mendengar joke ku yang garing, "Tapi aku sayang kamu Karina."

Aku mendesah, ya kalo gini aku jawab gimana coba. Aku kan juga sayang dia.

"Gimana kalo kubilang cinta aja nggak cukup?" tanyaku sarkas, "Gini loh. Realistis deh. Mempertahankan komitmen itu harus diusahakan, nggak bisa pake cinta aja."

"Jadi kita harus gimana? Kamu mau bubaran?" tanya Yodha serius.

Aku menutup wajahku, "Emang ada jalan lain?"

Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang