"Gimana perutmu?"
Aku membuat teh manis hangat untuk kami berdua setelah selesai mandi. Kami duduk lesehan di ruang tengah. Yodha mulai memetik gitarnya.
"Udah enakan. Kamu disini gini, bikin hidupku original deh Karina."
Aku menyeruput teh panas, "Maksudnya hidupmu selama ini hot chicken crispy?" tanyaku asal.
"Hidup Karina sayang, bukan ayam KFC," seru Yodha gemas kemudian menjawab, "Tapi kira-kira ya gitu deh. Teh anget, makan masakan rumahan, bener-bener kayak gini emang harusnya hidup Karina. Bukan makan nasi kotak, sarapan di hotel, makan siang di pesawat, makan malam di backstage," lanjutnya dengan senyuman tipis di bibirnya.
Aku memandangnya sayang sekaligus iba dan miris. Aku nggak bisa membayangkan hidup kayak yang Yodha jalani. Capeknya udah kebayang.
Aku tadi sempat menelpon mama. Begitu buka ponsel, ada 7 kali missed call dari mama, sepuluh spam pesan dari mama. Sebuah pesan dari Anya. Juga beberapa pesan dari Bang Angga. Dia tau dari Anya kalo aku cuti demi nonton konsernya Yodha. Aku meringis dan merasa bersalah memikirkan Bang Angga. Aku membalas sih pesan-pesannya. Dia hanya berpesan take care ya Karin dengan emoticon senyum.
Ketika aku menelepon mama balik dan mengatakan kalo aku di apartemen Yodha, mama marah, tentu saja, tapi kubilang Yodha lagi diare. Lagian mas Rendy juga bakal nyusul kesini juga. Dia tadi udah chat, cuma kayaknya dia sampe apartemen Yodha malem karena harus lembur. Tapi kata Mas Rendy, apartemen Yodha nggak terlalu jauh dari kantornya.
Yodha memetik gitarnya kemudian bersenandung pelan.
"Pengen kunyanyiin lagu apa?" tanyanya yang fokus pada gitar yang dipeluknya.
Aku tertawa, "Lagi suka Tulus. Yang mana aja."
Tetaplah bersamaku
Jadi teman hidupku
Berdua kita hadapi dunia
Kau milikku ku milikmu
Kita satukan tuju
Bersama arungi derasnya waktu..Yodha bernyanyi dengan suara khas yang berat dan dalam. Berbeda dengan suara Tulus yang ringan. Tatapannya tidak lepas dari mataku spontan membuatku terpaku dan berharap debaran jantungku tidak terdengar oleh Yodha.
"Teman hidup banget sih," aku berkata mengalihkan obrolan.
Yodha tersenyum lebar, "Soon.."
"Ini kenapa bahasan dari tadi nyerempet nikahan terus sih?" tanyaku mulai horor dengan sikap Yodha.
"Ya hubungan juga kan tujuannya ke pernikahan Karina. Maybe nggak dalam waktu dekat, tapi harapanku kelak juga gitu kali. Kelaknya padahal entah kapan juga sih," jawabnya tergelak, "Emangnya kamu enggak?"
"Emm. Belum kepikiran," jawabku jujur, "Mama ngamuk tau aku nginep sini, padahal aku bilangnya mas Ren juga kesini pulang kantor," ucapku mengalihkan bahasan. Sungguh aku bingung dengan tingkah Yodha yang aneh. Bukan aku nggak suka. Tapi kami nggak pernah membahas hal semacam ini. Hubungan kami lebih..kasual.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita
ChickLitBagi seorang Karina Lakshita, Yodha adalah dunianya. Satu-satunya laki-laki yang dia jatuhi cinta sedalam-dalamnya. Bagi seorang Ranu Yodha Windraya, Rendervouz, band beraliran pop jazz yang sedang naik daun ini adalah segalanya. Bagi seorang Prad...