Bab Dua Puluh - The Diamond Ring

21.9K 2.7K 132
                                    

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading..
💓💓💓

"Pengen jalan nggak? Atau masih pusing?" tanya Yodha menatap langsung mataku dengan iris matanya yang coklat gelap.

Dia kembali menatapku aneh. Aneh karena aku hafal sekali segala ekspresinya. Di setiap hari aku mencintainya, aku selalu memperhatikan berbagai ekspresi Yodha dalam menyikapi semua hal yang terjadi.

"Boleh. Ikut aja mau kemana," jawabku melap tanganku setelah mencuci piring.

"Mall ajalah. Tapi makannya di apartemen aja. Jalan-jalan aja. Cari apa gitu," saran Yodha.

Aku mengangguk, "Aku mandi dulu ya."

Yodha memesan taksi online, kami mengobrol di lobi apartemen sambil menunggu mobilnya datang. Lobi apartemen Yodha tampak mewah dengan lantai marmer dan kolom berdimensi besar. Serta dengan tata lampu yang menarik.

"Kamu suka mobil apa Karina? Aku lagi nyari-nyari. Kemarin disuruh bunda bawa aja dari Solo. Tapi males aja sih, pengen beli sendiri aja," ujar Yodha.

"Ih, sayang banget sih. Mending ditabung Yodha. Bawa aja dari Solo. Kan nggak kepake juga disana," aku menjawab gemas.

"Gitu ya? Tapi kamu aja bisa beli mobil sendiri kemarin kan," ujar Yodha nyengir.

Aku berdecak. Laki-laki dan egonya.

"Menurutmu aku nggak usah beli mobil? Iya sih, sayang ya uangnya. Mending buat kamu ambil spesialis," jawab Yodha lagi. Kali ini ekspresinya serius.

Aku mengangguk, "Iya, nggak usah beli mobil sih. Lagian sebutuh apa sih kamu sama mobil di Jakarta ini? Kemana-mana juga dijemputkan sama bang Ando. Bawa mobil malah capek, macet."

"Tapi nanti kita tetep butuh Karina," jawabnya seolah tanpa berpikir.

Kita?? Spesialis??

Maksud kamu dengan kata kita dan spesialis ini gimana? Belum sempat aku bertanya, taksi online kami sudah datang. Yodha, yang memang selalu mudah akrab dengan orang lain, langsung akrab dengan driver taksi online. Kebetulan pula si driver ini mengenali Yodha.

"Abang Ranu gitarisnya Rendervouz ya?" tanya si driver melirik spion tengah. Seorang laki-laki tebakanku berusia awal dua puluhan.

Yodha mengiyakan bersemangat, "Suka lagu-lagunya Rendervouz ya?"

"Iyaa bang, paling suka Separuh Harapan. Ciptaan abang tu ya? Liriknya itu gimana ya, kayak yang ya gitu deh ya bang hubungan," cerocosnya, "Naik turun, putus nyambung. Kayak ngena banget ya bang. Pengalaman pribadi tu bang?"

Yodha tampak bersemangat dan terkekeh menatapku, kemudian menautkan jari-jari kami, "Iya. Ketauan banget ya?"

Si driver melirik ke kursi belakang, "Sama si eneng ini bang? Pacar abang?"

Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang