Happy reading..💓💓
Aku meremas-remas telapak tangan di pangkuanku. Cemas menunggu Ditya muncul di tempat janjian kami. Sebuah restoran yang menjual pancake di Grand Indonesia.
Aku beralasan pada mama dan papa kalo masih ada yang harus aku selesaikan di Jakarta. Memang bener sih, aku sekalian ke UI tadi pagi, melengkapi surat pernyataan yang kurang. Nggak seurgent itu sampai membuatku harus ke Jakarta sih, tapi aku nggak mungkin mengungkapkan alasanku secara jujur pada mama dan papa.
Yodha juga kaget karena kebetulan dia lagi di Bandung. Dia berusaha kembali secepat mungkin setelah acara selesai. Aku bilang sih tadi nggak usah keburu-buru. Aku bawa baju sih buat jaga-jaga kalo terpaksa harus menginap di Jakarta, tapi rencana awal adalah aku langsung pulang ke Jogja pake pesawat paling malam. Mama dan papa ribut karena menurut orang Jawa, riskan aku pergi keluar kota sendirian saat menjelang pernikahan begini.
Aku memesan pancake dengan topping ice cream dan rasberry segar serta air mineral. Pesananku baru datang ketika aku melihat Ditya, dengan penampilan yang luar biasa menawan, muncul di hadapanku. Aku yang memakai pencil skirt dan blouse longgar berwarna peach dengan flat shoes, walaupun menurutku dandananku udah cukup manis dan paripurna, mendadak tampak gembel dibandingkan off shoulder dress bermotif bunga-bunga merah dan high heels merah yang menyempurnakan penampilan Ditya.
"Hai," sapa Ditya ramah, "Maaf agak telat ya."
Aku melambaikan tangan menandakan tidak masalah sama sekali, "Aku juga barusan kok."
"Lo lagi disini? Kapan dateng?"
Aku nyengir, "Tadi pagi. Ke Salemba dulu terus kesini."
Ditya tersenyum manis membalas senyuman beberapa orang yang nampaknya mengenalinya.
"Jadi lanjut kuliah di Jakarta lo akhirnya?" tanya Ditya membalik-balik menu dengan anggun.
Aku mengangguk kemudian menyodorkan plastik berisi bakpia kukus rasa coklat, oleh-oleh kekinian yang lagi ngehits banget di Jogja. Padahal buat orang Jogja asli kayak aku, itu namanya bukan bakpia tapi bolu kukus.
"Aww. Makasih loh Rin," ucap Ditya tulus, "So, ada apa tiba-tiba banget ngajak ketemuan?"
Aku mengambil sesuatu dari dalam tasku, "Mau ngasih undangan," ujarku menyodorkan undangan undangan dengan warna coklat dengan pita kertas berwarna krem. Sederhana tapi elegan. Pilihan Mbak Aria memang nggak pernah mengecewakan.
"Yodha juga pasti ngundang acara di Solo. Tapi siapa tau kamu bisa dateng pas akad nikah atau resepsi di Jogja," lanjutku, "Acaranya dua kali, di Jogja sama di Solo."
Ditya menerima undangan dariku kemudian membukanya, "Well. Gue belum bilang selamat. Selamat ya lo akhirnya nikah juga sama Ranu."
Aku mengangguk, "Makasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita
ChickLitBagi seorang Karina Lakshita, Yodha adalah dunianya. Satu-satunya laki-laki yang dia jatuhi cinta sedalam-dalamnya. Bagi seorang Ranu Yodha Windraya, Rendervouz, band beraliran pop jazz yang sedang naik daun ini adalah segalanya. Bagi seorang Prad...