Bab Empat Puluh Tiga - The Explanation

26K 2.8K 107
                                    

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading..💓💓

Mama membangunkanku dengan barbar pagi ini. Aku sampai mengerjapkan mata karena kesilauan. Semalam aku kesulitan tidur karena memikirkan hal-hal buruk yang mungkin terjadi dengan foto-foto Yodha. Beragam skenario buruk bertebaran di pikiranku. Mungkin aku baru bisa tertidur menjelang pukul tiga dini hari. Dan sekarang, belum jam lima pagi mama sudah menyuruhku bangun dan sholat shubuh serta menyiapkan sarapan.

"Ayo sholat shubuh dulu dek," ujar mama, "Terus bantu mama siapin sarapan."

"Tumben banget sih ma," aku menutup mataku dengan bantal.

"Yodha di Jogja kan kata papa? Ajak sarapan di rumah," titah mama yang membuatku sontak membuka mata.

Aku meraih guling tapi kalah cepet sama mama, "Mama..semalem Karin nggak bisa tidur. Ini mau lanjut tidur sebentar."

"Adek, bentar lagi jadi istri orang," mama berkata dengan sabar dan duduk di tepi tempat tidurku, "Mulai dibiasakan bangun pagi terus siapin sarapan."

Aku mengerjapkan mata. Keluargaku memang persis yang disampaikan mama. Aku pernah menginap di rumah kakak sepupuku, Mbak Aria. Dia juga pagi-pagi udah bangun dan menyiapkan sarapan untukku padahal pas banget Mas Satriya, suaminya, lagi business trip dan cuman ada aku disana. Kalo aku jadi dia, mungkin aku bakal bangun siang. Kapan lagi yakan.

Selesai sholat shubuh, aku turun ke dapur dan membantu mama. Mama lagi sibuk mencuci sayuran.

"Mama rencana mau masak apa?" tanyaku mengambil pisau, "Karin bantu apa?"

"Yodha suka sayur asem nggak?" tanya mama balik, "Mama rencana masak sayur asem, tempe sama ayam goreng. Paling tambah sambel aja."

Aku manggut-manggut, "Yodha apa aja doyan ma. Gampang makannya," jawabku kemudian mengambil alih sayuran untuk kupotong-potong. Yah aku emang nggak jago-jago amat masak, tapi bisalah dikit-dikit.

Yodha muncul dengan wajah sesegar embun pagi ketika aku masih dengan rambut yang panjangnya nanggung yang kuikat asal di depan kompor. Dengan wajah masih minyakan dan kaos tidur beraroma bawang.

"Hai," sapanya nyengir, "Kata mama disuruh nyusul ke dapur aja."

Aku berdecak, "Mama nih. Harusnya aku mandi dulu baru ketemu kamu."

Yodha tertawa, "Kamu begini aja aku udah cinta kok."

Aku makin manyun. Cinta katanya, tapi baru dua malam yang lalu mesra-mesraan sama perempuan lain. Untung aku nggak lepas kendali dan melakukan tindakan berbahaya yang berhubungan dengan wajan dan minyak panas.

Mama langsung menghilang, pamitan berbelanja dan membuatku harus menyelesaikan memasak untuk sarapan. Pasti mama tersenyum puas melihat hasil kerjaku pagi ini. Ayam goreng yang matang sempurna dengan warna kekuningan, dengan tempe goreng yang beneran kering. Yah, sayur asemnya agak keasinan sih, tapi masih bisa dinikmatilah. Apalagi oleh Yodha. Dia tampak senang sekali pagi ini sarapan bersama dengan keluargaku. Makannya banyak banget dan penuh semangat. Bikin aku kecipratan aura bahagia.

Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang