Bab Dua Puluh Delapan - Kau Menangkan Hatiku

19.9K 2.8K 91
                                    

Happy reading gaess

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading gaess..💓💓

Suasana hening di dalam HRV coklat berplat AD ini. Aku memandang keluar jendela. Yodha juga nggak bernisiatif menyalakan audio di mobilnya. Begitupun kami masih sibuk dengan pikiran masing-masing.

Bukannya mencari topik obrolan, aku malah memanjakan mataku dengan menatap Yodha yang serius menyetir.

Yodha selalu tampak ganteng dimataku walaupun dia hanya berkaos oblong dan bercelana pendek. Kalo kata Anya dulu banget, mataku udah kalah sama hati kalo urusannya sama Yodha. Haha.

Bertahun-tahun kemudian, terbukti kalo Anya salah. Buktinya sekarang Yodha punya banyak fans garis keras. Melihat Yodha yang santai dengan ganteng bukan ganteng anak band yang sengaja berpenampilan effortlessly handsome, malah bikin aku semakin berbinar dengan pemandangan begini di sampingku. Mana kegantengan Yodha naik berkali-kali lipat apabila sedang serius menyetir. Jalanan Solo luar biasa padat di hari Minggu menjelang siang seperti ini.

"Karina, aku kepikiran sama yang aku bilang tadi," kata Yodha di mobil.

Kami akhirnya memang beneran ke The Park mall, soalnya Mas Retyan dong malah nggak pulang-pulang. Berkali-kali menatapku intens, membuatku merasa nggak nyaman dan Yodha berkali-kali lipat semakin gusar.

"Ih, kamu koq diem aja daritadi sih Karina? Nggak mau pergi sama aku? Pilih liat-liatan mesra sama kakak sepupuku?" tanyanya kesal, "Udah susah payah ni ngajak keluar."

Aku tertawa, orangtuanya Yodha bingung tadi. Gimana sih mas, ada saudara dateng malah ke mall.

"Pacarku ganteng amat sih," aku menggodanya sambil tersenyum.

Wajahnya langsung malu, "Apaaa sih Karina. Malah gombalin anak orang. Kamu salah sarapan apa pagi ini?"

Aku tertawa, Yodha sering membuatku tertawa lepas. Somehow, dia sering membuatku bahagia hanya karena hal remeh temeh begini.

"Aku harusnya nggak usah worried ya soal mas Retyan sama si dokter bedah itu. Kamu masih bucinku gini ternyata," gumam Yodha.

Aku kembali tertawa, "Pede amat sih bang jadi laki-laki."

"I love you too Karina," kata Yodha menaikkan alisnya dan dagunya merekah ketika dia tersenyum.

Tak lama ekspresinya berubah serius, "Soal yang kubilang tadi tentang pindah ke Jakarta, sori ya. Aku baru sadar kalo permintaan itu tuh egois banget."

Aku menelan ludah, "Maksudnya?"

Yodha melirikku sebentar sebelum kembali ke jalanan kota Solo, "Iya. Hidupmu tuh di Jogja Karina, karier, keluarga, teman-teman. Kalo aku minta kamu ninggalin semua itu, padahal kamu aja masih nolak lamaranku, apa lagi namanya kalo bukan egois. Jadi tolong lupain aja aku pernah bilang gitu. Sori ya sayang."

Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang