Bab Delapan - Distracted by The Time

21.5K 2.8K 46
                                    

Aku bangun esok paginya dengan kepala pengar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku bangun esok paginya dengan kepala pengar. Efek ketiduran karena menangis. Kepalaku masih terasa pusing ketika mama mengetuk pintu kamar.

"Karin, banguun..jam segini belum sholat shubuh. Libur ya libur, tapi ya nggak bangun sesiang ini. Anak gadis masih tidur jam segini.." omel mama langsung menarik selimut yang membungkus tubuhku. Semalam aku menyalakan AC dengan suhu 18.

Ya ampun, ingin rasanya aku mengacuhkan omelan mama, tapi takut dosa tentu saja. Surga masih di bawah telapak kaki mama. Belum pindah kemana-mana.

Aku memilih keluar kamar dalam diam tanpa protes dan tidak menjawab omelan mama sama sekali. Hanya berjalan lurus ke kamar mandi dan memilih sholat di kamar daripada di mushola di lantai bawah.

Aku masih melipat mukena ketika mama masuk lagi ke kamar dan duduk bersila di kasur. Alisku menyatu melihat tingkah mama, meminta penjelasan.

"Semalem Yodha kesini, kamu ketemu?" tanya mama menyelidik dengan menatap langsung mataku.

Aku mengangguk malas-malasan. Males banget nggak sih urusan percintaan begini mama harus banget gitu pengen tau. Duh, jiwa kepo mama terhadap kehidupan cinta anaknya memang luar biasa.

"Trus gimana? Kan kamu lagi kencan sama Angga," kata mama tanpa menyembunyikan penasarannya.

"Ya ampun ma. Udah deh ah. Males bahas ginian."

Mama sedikit kesal karena aku memilih nggak membahas, tapi untungnya beliau peka melihat mataku yang kayak panda. Mama tersenyum menepuk punggungku.

"Kalo ada apa-apa, cerita ya Rin. Kamu dari kecil itu tertutup, harus mama tanya-tanya gini terus. Mama cuma khawatir aja sama kamu."

Mau nggak mau, aku tersentuh juga dengan alasan mama kali ini.

Aku tersenyum kecil sebelum berkata, "Iya ma. Karin udahan sama Yodha."

Bener kan semalem kami putus? Dia sendiri yang bilang nggak akan kesini lagi.

Mama mengangguk masih memeluk kepalaku, "Kalo Yodha mau putus, putusin aja Rin. Masih banyak lali-laki di luar sana. Angga misalnya."

"Mamaaaa..udah deh ah. Jangan mulai lagi," aku bersungut kesal. Bisa banget godain anaknya lagi patah hati begini.

Mama tergelak, tapi sejenak kembali serius.

"Mama doain yang terbaik jadi jodoh Karin. Kalo jodohnya Yodha, mama juga ikhlas. Kalo jodohnya Angga, mama lebih senang. Yang penting sayang sama kamu, sayang sama keluarga kita. Udah gitu aja."

Aku mengangguk pelan.

Mama masih memelukku sekali lagi sebelum keluar dari kamar, "Jangan tidur lagi. Anak gadis itu yang rajin, biar jodohnya enteng."

"Mamaaa.."

Mama tertawa menutup pintu kamarku. Tapi ternyata bercerita pada mama, lumayan mengurangi beban di pikiranku. Eh hatiku.

Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang