Happy reading..💓💓💓
Sudah dua bulan berlalu sejak acara lamaran di rumah. Yodha dan keluarganya benar-benar niat ketika melamarku secara resmi di depan keluargaku. Keluarga besar mereka benar-benar hampir semua ikut. Mama kaget ketika aku bilang sekitar empat puluh orang yang ikut ke Jogja. Banyak banget dek, kata mama dan ternyata memang sebanyak itu. Bude dan eyangnya semua hadir. Aku juga ingat, ayah dan ibu Mbak Rania juga hadir.
Belum lagi oleh-oleh dan peningset yang sangat banyak yang membuat keluargaku langsung tercengang. Aku memang pernah bilang keluarga Yodha cukup berada ke mama dan papa, tapi sepertinya mereka nggak menyangka seberapa berada keluarga Yodha. Aku nyengir kuda ketika mama bertanya setelah acara lamaran. Mas Rendy juga tertawa melihat mama dan papa kaget.
"Yodha itu ongkang-ongkang aja udah kaya tujuh turunan ma. Tapi dia milih ngamen fancy gitu deh," kata mas Rendy.
"Ya ampun Rin, kamu koq nggak pernah cerita sih. Untung kita menerima mereka mayan layak," kata mama kesal, "Mama, Aria sama tante-tantemu sampe melongo gitu liat deretan mobil bagus sebanyak itu."
"Udah sih ma. Mereka itu humble banget," kataku kemudian, "Mama tau sendiri Yodha kayak gimana."
Mama mengangguk, "Justru karena liat Yodha, mama nggak nyangka kalo keluarganya wah banget itu. Bisnisnya apa aja sih calon ayah mertua kamu itu?"
"Hotel sama mebelair kayaknya ma. Properti sama restoran juga ada kayaknya. Yodha juga udah mulai mau ngurusin bisnis ayahnya. Tadinya Yodha nggak tertarik sama sekali ma," jawabku mencomot kue mungil cantik dari keluarga Yodha.
"Dek, mas Yodha gitu lho. Udah mau jadi suami, mbok ya ngajeni sedikit dek," tegur mama.
"Serius dek itu Yodha udah mau ikutan bisnis?" tanya mas Rendy, "Butuh tenaga nggak buat bantuin?"
Aku mengedikkan bahu, "Kemarin sih sempat cerita gitu. Udah beberapa kali ikutan meeting perusahaan."
"Wih ngeri..serius bener calon suaminya dek, nggak main-main bener modalnya," celetuk Mas Rendy kemudian.
Aku menopang kepalaku, "Kasiaaan mas. Kurang sibuk apa dia sih, masih harus mondar mandir ke Solo gitu."
"Yah, dokter spesialis tuh butuh modal besar dek," kata mas Rendy yang langsung kupelototi. Papa memang bilang bakal membiayai sekolahku sampe selesai. Tapi aku nggak yakin Yodha bakal setuju. Hampir pasti memang Yodha yang akan menanggung semuanya. Mengingat dia sampai harus ngamen di perusahaan ayahnya.
Dan sudah dua bulan sejak obrolan absurd dengan mas Rendy dan mama. Aku juga selalu ingat obrolan malam itu ketika aku menginap di rumah Yodha sebelum acara lamaran.
Selepas makan malam dan sesi ukur baju, ayah dan bunda mendudukkan aku dan Yodha di ruang keluarga. Aku sedikit tegang melihat ayah Yodha yang memang serius orangnya. Ayah memang memiliki aura tegas dan berwibawa yang membuat segan. Aku rasa karena itulah bisnisnya berhasil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita
ChickLitBagi seorang Karina Lakshita, Yodha adalah dunianya. Satu-satunya laki-laki yang dia jatuhi cinta sedalam-dalamnya. Bagi seorang Ranu Yodha Windraya, Rendervouz, band beraliran pop jazz yang sedang naik daun ini adalah segalanya. Bagi seorang Prad...