"Deeek," teriak mas Rendy dari ruang tamu, "Ada yang nyari."
Aku sedang berganti baju di kamar setelah mager seharian dan akhirnya berhasil mengumpulkan niat untuk makan di luar berdua bersama mas Rendy selepas sholat maghrib. Aku mengamati penampilanku di depan kaca. Not bad. Blus polos berwarna peach dengan rok lebar selutut berwarna pastel juga. Rambut pendekku udah mayan rapi, kutambahkan jepit untuk aksen pemanis aja.
Lagian siapa sih yang nyari aku malem minggu gini. Temenku sedikit. Mana rumahku jauh dari kampus atau dari rumah sakit tempat aku praktek. Jadi dari dulu jarang ada temen main ke rumah gara-gara pinjem catetan. Yang ada aku yang harus keluar rumah dan nongkrong di kos temen buat belajar bareng.
Aku turun dan tertegun melihat siapa yang datang. Laki-laki yang udah kukangenin berbulan-bulan, yang seakan menghilang di telan bumi.
Bumiku lebih tepatnya, karena sesungguhnya dia beredar di mana-mana, di TV, di IG, di youtube. Dia duduk santai di teras. Tanpa gel rambut, hanya dengan kaos bertuliskan The Avengers dan celana jeans, sangat berbeda dengan tampilannya saat di panggung maupun di video-video yang bertebaran di youtube.
"Karina..." sapanya membuang rokoknya. Dia tau aku nggak suka dia merokok di dekatku.
"Oke, gue masuk dulu ya," kata mas Rendy mengerling ke arahku.
Yodha mengangguk, "Sekali-sekali ngopi bareng Ren, sama-sama di Jakarta ini. Mampir tempat gue."
Mas Rendy mengiyakan sambil lalu. Yodha menatapku lama dan tersenyum hangat. Menyebalkan karena aku langsung luluh begitu melihat dagunya yang pecah saat dia tersenyum. Mungkin seperti jutaan fans girl nya diluar sana. Bahkan dengan bodohnya aku merasa ingin langsung melemparkan diri dalam pelukannya.
"Kamu ngapain disini?" tanyaku ketus. Sesuai saran dari Anya, sekali-sekali memang dia harus diomelin, biar nggak seenaknya datang dan menghilang di hidupku. Dikira enak apa kangen. Yang bilang kangen itu bumbunya cinta, try LDR.
"Ngapelin kamu, kan malem minggu. Sama mau nyobain mobil baru kesayanganmu," jawabnya santai, "Kamu malah udah siap mau pergi gini. Yuk ah, kita makan di luar?"
Aku berdecak, "Aku mau makan sama mas Ren."
Yodha mengerjapkan matanya seakan tak percaya pada kata-kataku batusan.
"Aku nggak boleh ikut? Karina, aku dateng jauh-jauh buat ngapelin kamu. Aku deh yang bilang Rendy," bujuk Yodha kemudian.
Yodha satu angkatan dengan mas Rendy, berbeda fakultas. Mas Rendy dari teknik mesin. Jangan tanya siapa yang lulus jadi sarjana duluan, mas Rendy tentu saja. Dia rajin dan pintar. Berbeda dengan Yodha yang kelewat santai.
Mungkin Yodha nggak akan kelar kuliahnya kalo bundanya nggak mengultimatum dia nggak boleh main musik kalo nggak lulus S1. Setelah itu aku jadi saksi betapa dia berusaha keras memperbaiki nilai dan jatuh bangun menyelesaikan skripsinya. And yes, he did it. I am a proud girl friend.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita
ChickLitBagi seorang Karina Lakshita, Yodha adalah dunianya. Satu-satunya laki-laki yang dia jatuhi cinta sedalam-dalamnya. Bagi seorang Ranu Yodha Windraya, Rendervouz, band beraliran pop jazz yang sedang naik daun ini adalah segalanya. Bagi seorang Prad...