Happy reading..💓💓
Aku mengganti baju scrub lengan pendek berwarna biru dengan blouse lengan pendek warna peach dan celana kain coklat. Aku tersenyum pada beberapa dokter yang masih berada di ruang istirahat dan berpamitan. Seharusnya shiftku sudah bubaran sejak jam sepuluh malam, tapi karena ada beberapa kejadian darurat, baru hampir jam sebelas malam aku keluar dari rumah sakit.
Aku menyapa beberapa perawat yang masih bertugas, melewati bagian pendaftaran dan ruang tunggu pasien yang masih ramai. Salah satu yang kusukai dari rumah sakit adalah dia nggak pernah mati. Kadang semakin malam justru semakin ramai.
Aku berjalan menuju parkiran mobil sambil membuka ponselku yang sejak tadi sengaja aku setting diam. Ada beberapa pesan, rata-rata nggak penting. Mas Rendy yang bilang rencana mau pulang weekend besok. Oiya, Bang Angga yang bilang balik duluan nggak bisa nungguin shiftku selesai. Hey, ini semakin aneh. Kami bahkan bukan pasangan. Kenapa dia harus minta maaf hanya karena nggak bisa nunggu sampai shiftku selesai.
Aku mendongak menatap langit. Salah satu juga yang kusukai dari selesainya shift sore adalah aku bisa menikmati langit malam. Malam ini cerah. Asyik juga kayaknya mampir makan dulu di gudeg daerah tugu karena kebetulan tadi aku cuman ngemil siomay yang sengaja aku bawa dari rumah.
Oiya. Aku kangen Yodha. Udah hampir dua bulan kami nggak ketemu. Terakhir ya pas aku ke Solo waktu itu. Setelahnya kami kembali tenggelam dalam kesibukan masing-masing. Aku semakin rajin browsing-browsing jurnal kedokteran, walaupun kadang tetap stalking akun Ditya.
Eh, aku nggak stalking lagi karena aku udah resmi jadi followernya. Ditya bahkan yang add aku duluan. Yakali aku nggak follback dia. Please, aku cuman dokter biasa dan dia supermodel. Sombong banget rasanya kalo aku nggak follback dia gitu maksudnya.
Tapi beneran deh toxic banget liat Ig story dan IG feednya Ditya itu. Dia semena-mena banget, dalam sebulan ini, aku hitung dua sampe tiga kali dia posting foto lagi jalan dan makan-makan gitu sama Yodha. Yah ada Val juga sih. Tapi kan aku yang pacarnya aja nahan diri buat nggak masang foto kami. Bener-bener deh. Untung aku udah mayan waras sekarang. Menjauh dari hal-hal begituan. Lebih percaya sama Yodha. Lebih percaya sama diriku sendiri yang mungkin cantiknya cuman seujung kuku dibanding Ditya.
Makanya itu daripada aku kebanyakan liat medsosnya Ditya yang maha sempurna itu, aku menyibukkan diri buka-buka jurnal kedokteran aja. Belajar-belajar lagi persiapan tes PPDS walaupun masih galau. Daripada juga aku belajar kebut semalam pas mendekat tesnya. Ajegile.
Daaaan, betapa terkejutnya aku waktu aku sampe di mobilku, ada seorang cowok yang lagi senderan sambil mainan ponsel juga. Cowok yang beneran barusan kulamunin seakan dia lompat dari otakku. Aku sampe memikirkan untuk ikut tes MMPI karena jangan-jangan karena saking kangennya aku sampe halusinasi begini.
Aku berhenti melangkah kira-kira beberapa meter dari Ignisku. Perlahan Yodha mengangkat kepalanya dan tersenyum lebar. Mengamatiku dalam diam. Lengannya merentang lebar dan aku langsung berlari memeluknya. Aku sampe lupa kalo masih berada di parkiran dokter di rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita
ChickLitBagi seorang Karina Lakshita, Yodha adalah dunianya. Satu-satunya laki-laki yang dia jatuhi cinta sedalam-dalamnya. Bagi seorang Ranu Yodha Windraya, Rendervouz, band beraliran pop jazz yang sedang naik daun ini adalah segalanya. Bagi seorang Prad...